Thursday, December 24, 2009

Hijrah dan Pilar-Pilar Kebangkitan Umat


Oleh : DR. Muhammad Mahdi Akif
Mursyid 'Am Ikhwanul Muslimin

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam kepada sebaik-baik ciptaan Allah pemimpin dan teladan seluruh umat manusia, Nabi Muhammad saw dan keluarganya serta para sahabatnya semuanya, setelah itu;

Kita sedang memperingati perjalanan hijrah Nabi saw yang penuh berkah, dan saat ini kita sedang berada dibawah naungannya yang setiap tahunnya selalu kita peringatkan; hal ini menegaskan bahwa hijrah merupakan inspirasi yang tiada habis-habisnya, bekal yang tidak akan pernah berhenti memberikan pelajaran dan ibrah yang selalu kita cari dan kita butuhkan, apalagi pada saat ini kita hidup dalam realita yang penuh dengan kenistaan, terutama yang dialami oleh umat karena kelemahan dan keterbelakangan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa hijrah merupaka titik tolak dan merupakan perubahan besar bagi lahirnya negara Islam dan kebangkitannya; karena itu pada saat kita memperingatinya kita dapat menjadikannya sebagai prinsip-prinsip utama dan poros yang sangat penting sebagaimana yang telah diajarkan oleh Al- Mustafa saw dan dapat dijadikan panduan bagi kehidupan kita semua, dan hijrah juga dapat dijadikan sebagai titik tolak terbesar bagi umat Islam dalam rangka menuju kebangkitan dari keterpurukan yang sedang diderita umat saat ini, karena degnan poros dan prinsip-prinsip itulah mampu membina dan membimbing generasi awal dari para sahabat sebelumnya sehingga mampu meletakkan diatasnya dasar-dasar negara Islam pertama, dan mereka telah memberikan dampak besar pada pembangunan peradaban Islam selama berabad-abad.

Jika kita ingin melakukan kebangkitan yang sebenarnya untuk umat Islam ini, dan mengembalikan kemuliaannya serta posisinya sebagai pemimpin ditengah umat lainnya; maka kita harus banyak mengambil pelajaran dari perjalanan hijrah dan apa yang terdapat di dalamnya dari berbagai prinsip dan langkah-langkahnya, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari prinsip-prinsip ini baik untuk diri sendiri dan realitas kehidupan kita, dan diantara inti dari prinsip-prinsip tersebut adalah:

• Ikhlas yang sempurna kepada Allah,

• Tajarrud yang penuh kepada Allah,

• Merasakan adanya ma’iyyatullah,

• Menjalin hubungan baik dengan Allah,

• Memiliki rasa percaya diri dan yakin akan kemenangan bagi tantara Allah,

• Memliki keinginan yang kuat dan semangat yang tinggi,

• Semangat dalam jihad dan pengorbanan, usaha, kesabaran dan ketekunan,

• Cermat dalam melakukan persiapan, perencanaan, kerja yang baik,

• Merangkum semua hal di atas dengan landasan cinta dan ukhuwah yang tulus, kejujuran, amanah dan kesetiaan serta ikhlas dalam menjalin hubungan antara sesama anggota di semua tingkat.

Generasi terbaik

Sungguh para muhajirin masa awal telah mendapatkan ujiannya namun mereka berhasil dan sama sekali tidak pernah merasa lemah terhadap apa yang menimpa mereka di jalan Allah, bahkan tidak pernah ada diri mereka perasaan kalah dan tunduk, begitupun kaum anshar yang diuji dengan kesetiaan dan pembelaan terhadap kaum muhajirin; akhirnya mereka berhasil dengan gemilang seperti yang dicatat oleh Allah dalam kitab-Nya:

وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung”. (Al-A’raf:157).

Mereka menganggap kehidupan sebagai kehinaan ketika iman sudah menghujam dalam jiwa mereka, bahkan dunia adalah kecil ketika ingin menggapai kemuliaan pada misi hidup mereka.

Demikianlah gambaran yang nyata yang tampak di dalamnya akan inti berbagai fenomena yang istimewa dari kalangan para muhajirin ..mereka yang telah diusir dari rumah mereka dan dirampas harta mereka, mereka dipaksa untuk keluar dari mereka dengan kejahatan, penganiayaan dan penolakan yang dilakukan oleh kerabat dan keluarga mereka di Mekkah, tidak karena ada kesalahan yang mereka lakukan namun hanya karena mereka beriman kepada Allah .. Mereka meninggalkan rumah dan harta mereka untuk mencari karunia dan ridha Allah, tidak ada tempat untuk belindung kecuali kepada-Nya, dan tidak ada tempat bernaung kecuali naungan-Nya .. namun sekalipun mereka terus dikejar dan diburu, dan jumlah mereka sedikit, mereka tetap berusaha mendukung dan membela Allah dan Rasul-Nya saw

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan ingatlah (hai Para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur”. (Al-Anfal:26)

Merekalah orang-orang yang mengucapkan keimanan dalam lisan mereka, dan mempraktekkannya dalam kerja mereka sementara mereka juga tetap setia kepada Allah karena telah memilih-Nya, dan setia kepada Rasul-Nya kerena telah mengikutinya , serta setia kepada kebenaran, seakan mereka seperti sosok yang menginjakkan kakinya diatas bumi dan disaksikan oleh umat manusia

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ هُمْ الصَّادِقُونَ

“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hasyr: 8).

Sebagaimana orang-orang Anshar telah membuktikan kesetiaan dan keimanan mereka, dengan memberikan dan membagikan kepada orang-orang muhajirin harta yang mereka miliki sekalipun mereka hidup miskin dan membutuhkan kepadanya, namun hati mereka lapang siap menerima terhadap setiap orang datang kepadanya, dengan demikian membuktikan hakikat kesatuan dan persatuan yang sebenarna, dari ma’rifah kepada persahabatan, dan dari persahabatan kepada cinta, dan dari cinta kepada itsar, sehingga tidak mengherankan jika Al-Qur’an mencatat sikap yang mulia mereka dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 9).

Demikianlah gambaran yang penuh cahaya dan nyata yang tampak sebagai model yang sangat istimewa dari orang-orang Anshar, kumpulan ini memiliki karakter yang unik, bahkan merambah ke berbagai pelosok.. sekiranya hal tersebut nyata terjadi, mungkin banyak kalangan manusia sebagai contoh mulia seakan seperti khayalan, keimanan telah menjadi rumah, tempat naung dan negeri dalam jiwa mereka, memberikan ketenangan ruh mereka, mengharap pahala dan ketentraman padanya sebagaimana seseorang mendapatkan ketentraman ketika berada di rumahnya.

Demikianlah kaum muhajirin yang diuji akan kekuatan dan keteguhan iman mereka, orang-orang Anshar diuji dalam hal kecintaan yang sempurna dan mereka semua berhasil melewatinya. Semestinay masyarakat mendapatkan ketentraman dengan prinsip-prinsip yang luhur ini dan bahkan mendapatkan kemuliaan derajat dan kehormatan dalam nilai kehidupan setiap insan.

Bahwa Prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi saw ini telah merasuk ke dalam jiwa para generasi yang setia terhadap apa yang telah mereka ikrarkan, dan jika kita ingin berhasil seperti yang mereka peroleh, maka kita harus mengkuti jejak langkah mereka, berjalan mengikuti jalan mereka, karena mereka telah menjual jiwa mereka kepada Allah, dan mengorbankan diri mereka di jalan Allah

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنْ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمْ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنْ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمْ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah: 111)

Antara masa lalu dan masa kini

Lihatlah, bagaimana kerugian yang dialami dunia kita saat ini karena jauh dari mengambil pelajaran hijrah yang mulia seperti yang telah ditampilkan dan diajarkan oleh Rasulullah terutama dalam menanamkan rukun-rukun cinta, itsar dan pilar-pilar ukhuwah di antara anggota masyarakat?, Dan bagaimanakah agama yang mulia dan agung ini harus memiliki tekad yang kuat, kesabaran dan ketabahan?, Dan bagaimanakah negara Islam yang telah menjadikan hijrah sebagai inti kekuatan Negara yang besar diantara umat lainnya dan rujukan bagi negeri dan bangsa di dunia .. maka akan kita dapati bahwa kita sedang mengalami kerugian yang banyak karena telah kehilangan manhaj dari pembawa hidayah yang amin saw, jauh petunjuk dan sirahnya yang mulia. Apa yang dialami umat saat ini?!

* Demikianlah kondisi yang dialami oleh Negara Palestina dengan berbagai Agresi brutal dan pembantaian yang mengerikan dari entitas Zionis yang begitu benci kepada saudara dan keluarga kita di Gaza, dan diiringi dengan kehinaan dan kebancian sikap pemerintah dan penguasa Arab dan Negara-negara Islam untuk mendukung dan membela mereka, belum lagi tidak adanya usaha dan gerak mereka terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh zionis yang mengancam masjid Al-Aqsa yang sedang tertawan, lupa terhadap pelajaran hijrah yang berisi pelajaran besar dalam jihad dan pengorbanan, yang sekiranya kita mau mengamalkan dan mempraktekkannya maka kita akan dapat menggapai kemuliaan dan kebesaran di dunia serta ganjaran yang berlimpah di akhirat, namun penyakit “ al-wahn” telah melanda umat ini sehingga lupa atau pura-pura lupa akan sejarah dan perjalanan hidup nabinya yang penuh dengan kemuliaan.

Bahwa kondisi yang terjadi dan dialami oleh suadara kita tercinta di Gaza sangat membutuhkan pembela dan pendukung yang hakiki yang bertaqwa kepada Allah, mau membela mereka dengan memberikan pertolongan yang hakiki bukan sekedar wacana dan klaim palsu.

* Begitu pula terhadap saudara di Afghanistan .. di Irak .. di Somalia .. di Sudan .. di Yaman .. Dan banyak lagi negara Islam lainnya; Ini adalah suatu kelemahan dan kehinaan yang memilukan dihadapan musuh bebuyutan umat; sehingga menjadikan musibah di tengah umat semakin bertambah dan kuat, dan hal tersebut adalah merupakan istidraj bagi umat agar mau memfungsikan kekuasaan, kemampuan, dan energinya dalam melakukan peperangan internal; sehingga umatpun sibuk dengan dirinya sendiri dan terjadilah pertumpahkan darah oleh tangan mereka sendiri, lalu setelah itu mereka bekerja dengan visi yang sempit dan agenda rancu yang jauh dari memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi umat dan masa depannya.

Sekiranya para penguasa dan pemimpin mau mencontoh dan meneladani apa yang terjadi dalam hijrah seperti ukhuwah, persatuan, ikatan, keterpautan dan keinginan yang besar dalam menghadapi tantangan, bekerja sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menakjubkan dan memposisikan diri pada tempat yang sesuai dengannya; niscaya mereka akan mampu menghindarkan umat dari berbagai peristiwa yang mengenaskan dan mampu menghadapi serangan yang beruntun atasnya.

Dalam pemilihan umum Amerika Serikat dan pemilihan Presiden Obama memberikan pelajaran yang nyata ketika mereka menggantungkan harapan kepadanya dan membawa pidatonya di Universitas Kairo lebih dari yang sewajarnya; namun harapan tersebut sirna karena perhatiannya terhadap hal-hal yang banyak terutama tekanan kepada musuh zionis atas umat Islam tidak menjadi kenyataan, dan kegagalan Bangsa Arab dan umat Islam dalam menuju satu kesatuan dan tekanan terhadap musuh pun kembali terjadi.

Beberapa bulan yang lalu telah menjadi saksi adanya semangat rasisme Barat terhadap semua yang berbau Islam dan jilbab, yang telah mencapai puncaknya adalah pembunuhan atas dasar agama; seperti yang terjadi terhadap peristiwa terbunuhnya seorang wanita farmasi Mesir karena berpegang teguh pada jilbab dan kepatuhannya terhadap ajaran-ajaran agamanya, peristiwa tersebut merupakan korban ketiga sebagai hasil dari referendum Swiss tentang pelarangan izin mendirikan menara-menara masjid di negara tersebut.

Hal ini semakin menegaskan akan tumbuhnya semangat permusuhan dan rasisme terhadap semua hal yang berbau Islam di Barat, unilah yang mengundang kita untuk menghadapinya dengan berpegang terguh pada Islam dan ajaran-ajarannya dan menyeru kepada mereka dengan dan nasihat yang baik, dan pentingnya memberikan gambaran yang sebenarnya kepada Barat tentang citra Islam dengan bentuk keteladanan yang baik, etika dan perilaku yang santun serta praktek-praktek normal lainnya.

Sebagaimana pernah kita saksikan akan peran Turki di wilayah tersebut dan efektivitasnya dalam menyelesaikan sejumlah isu, termasuk: Palestina, Irak dan Suriah, serta Armenia, dengan metode politik yang rasional dan mengadopsi isu-isu dan sikap bangsa Arab dan umat Islam. Muncul dengan jelas sikap Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan pada acara World Economic Forum di Davos setelah bertengkar dengan Presiden entitas Zionis karena serangan Zionis di Gaza.

Dan diantara peristiwa penting yang terjadi pada tahun lalu adalah terus terjadinya keruntuhan ekonomi akibat sistem keuangan berbasis ribawi, stabilitas yang mengalami kegagalan dan adanya pembantaian manusia sehingga menimbulkan banyak korban dan kerugian yang masih terus terjadi karena kegagalan yang konstan sehingga hal tersebut mengundang sebagian penulis Barat untuk mengadopsi prinsip-prinsip syariat Islam, seperti dalam sebuah artikel “Roland Xin” seorang editor surat kabar “Le Journal de Vinnis” dalam sesi pembukaan pada 25/9/2008 dengan Judul: “Apakah sudah waktunya untuk mengadopsi prinsip-prinsip hukum Islam di Wall Street?”; didalamnya dia berkata: “Jika para pemimpin kita ingin sungguh-sungguh membatasi spekulasi keuangan yang menyebabkan krisis, maka tidak ada yang lebih sederhana daripada itu kecuali menerapkan prinsip-prinsip Syariah Islam. “

Demikianlah para pemimpin pemikiran Barat yang menyerukan penerapan prinsip-prinsip Islam setelah kita meninggalkannya, kita telah menghinakan diri karena tidak pernah mau menerapkannya dan mendukungnya, dan lupa bahwa diantara inti dan utama dari perjalanan hijrah adalah Mendirikan negara Islam, memperkuat pilar-pilarnya, membangun perekonomian Islam, dan membangun pasar Islami guna menghadapi pasar Yahudi.

Sebagaimana pemerintah Mesir yang terus menerus- dan sayangnya – tetap menerapkan politik penahanan terhadap warga negaranya, meracik tuduhan palsu terhadap mereka, melemparkan mereka ke penjara-penjara tanpa mempertimbangkan hak-hak konstitusional yang paling mendasar dan hukum negara sekalipun, dan mengabaikan ketentuan-ketentuan peradilan yang berlaku; mengabaikan kebebasan, kehidupan, waktu, tenaga dan harta serta jiwa mereka dengan menolak segala bentuk dan cara untuk mengeluarkan dan memerdekakan mereka.

Bahkan permasalahan ini telah sampai pada pembongkaran fasilitas yang ada untuk melayani rakyat dan harta mereka, dengan mengabaikan kesucian harta tersebut, dengan beranggapan bahwa masyarakat tidak membutuhkan sarana vital dalam rumah sakit, sekolah, dan lain-lainnya, tanpa mempertimbangkan kehormatan seterunya dan tidak mau mengalah demi kemasalahan yang lebih tinggi daripada kepentingan partisan murahan.

Wahai umat Islam….

Jika kita ingin mengembalikan kemuliaan dan kewibawaan Islam serta kejayaannya seperti yang telah diraih pada masa sebelumnya maka sudah seharusnya kita menghiasi diri dengan pilar-pilar yang telah diterapkan oleh al-habib al-mustafa nabi Muahmmad saw, dan mengambil kesempatan pada Tahun Baru hijriah ini dengan lebih banyak bekerja keras dan sungguh-sungguh serta berjuang untuk membela Islam di semua level dan tingkatannya, meningkatkan perbuatan baik, taat dan ibadah kepada Allah SWT, bersegera kembali kepada Allah dan menghiasi diri dengan moral dan prilaku Nabi saw, serta menjadikannya sebagai lampu mercu suar yang dapat menerangi dan menyinari jalan hidup kita semua, sebagaimana kita harus menghijrahkan diri dari berbagai perbuatan dosa dan maksiat, dari ketidakadilan, kezhaliman dan kehinaan diri.

Kita sangat membutuhkan sistem moral Islam yang telah dipancangkan kaidah-kaidahnya oleh Islam yang hanif, dan berbagai peristiwa yang kita laluinya menunjukkan besarnya kebutuhan kita terhadap peradaban manusia terhadap sistem ini; untuk menyelamatkan mereka dari apa yang hadapi, dan membimbing mereka menuju jalan pembebasan dan keselamatan, yaitu jalan Allah yang lurus.

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Kalian adalah jantung kehidupan umat ini, kalian adalah hati kehidupan umat, sesuai dengan kesadaran dan kebangkitan kalian maka umat akan bangkit; maka dari itu milikilah perasaan akan besarnya amanah dan tanggung jawab yang dipikulkan pada pundak kalian, dan jadilah orang dicintai sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Tuhan kalian, dan jadikanlah hijrah dan apa yang ada didalamnya sebagai pelajaran dan nasihat, serta jadikanlah apa yang ada dihadapan kalian sebagai teladan, berusaha mengamalkan dan menerapkannya sebagaimana yang telah diterapakn oleh pemimpin dan teladan kita Nabi saw.

Dan ketahuilah bahwa diantara kewajiban utama kalian adalah membangkitkan umat dan berkontribusi pada kinerja yang efektif dalam menunaikan perannya melakukan perbaikan, menerapkan pilar-pilar perbaikan dan kewajiban-kewajiban dalam diri kalian sebelum berdakwah kepada selain kalian, hiasilah jiwa kalian dengan semangat inisiatif dan keberanian dalam berpikir dan bertindak, dan bergantunglah pada perencanaan yang baik dan kerja yang ihsan, pada pembaharuan dan pengemabangan pada program-program dan sarana kalian, dengan mendahulukan perbuatan daripada perkataan, tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai rintangan dan hambatan, serta banyak mengambil manfaat dan pelajaran dari berbagai pilar yang sudah disebutkan untuk kalian sebelum yang lainnya.

Berjalanlah wahai Ikhwan dengan membawa berkah Allah, bekerja untuk menegakkan kebenaran, yang harus diarahkan ke hati dan indra kalian serta perbuatan kalian dengan penuh kekuatan

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Ali Imran:139)

Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah

Baca Selengkapnya...

Friday, December 4, 2009

Pesan Untuk Para Tamu Allah


Risalah dari Muhammad Mahdi Akif,
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin

________

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

Wahai saudara kami para hujjaj ke baitullah…

Wahai umat yang sedang khusyu beribadah dan kembali kepada Tuhan mereka…

Wahai mereka yang rela meninggalkan tanah air mereka…

Wahai mereka yang dengan tulus memisahkan diri dari berbagai hiruk pikuk dunia…

Wahai mereka yang sedang memenuhi panggilan Allah…

Wahai Mereka yang sedang menggerakkan jiwa dengan penuh kerinduan dan cinta dalam memenuhi panggilan Allah…

Wahai mereka yang bangkit untuk segera menyambut seruan Allah Pencipta dan Pemimpin mereka dengan mengumandangkan kalimat talbiyah:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ

“Aku Penuhi panggilan-Mu Ya Allah Aku penuhi, Aku Penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu Aku Penuhi”.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.. selanjutnya;

Pada saat pelaksanaan konferensi yang paling komprehensif, agung dan mulia di muka bumi ini; kita teringat akan peristiwa pelaksanaan haji wada’ Nabi kita saw berdiri dihadapan umat yang dihadiri lebih dari 100 ribu umat yang telah disatukan oleh Islam dan setelah mereka dipisahkan oleh adanya fanatisme kesukuan; untuk memperingatkan umat akan tipu daya setan yang licik yang terus berupaya mengembalikan ke lingkaran fanatisme dan jahiliyah beliau bersabda:

أَلاَ لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، أَلاَ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ وَلَكِنَّهُ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَكُمْ

“Janganlah kalian kembali kufur setelah aku, sebagian kalian memukul leher (saling bunuh) sebagian lainnya, ketahuilah bahwa syetan telah putus asa untuk menjadikan orang yang rajin shalat pemujanya, nemun mereka berhasil menabur benih perselisihan di antara kalian”(Musnad Ahmad),

Maksudnya adalah menjadikan tipu daya kepada umat ini menabur benih diantara mereka dengan pertikaian, perselisihan, benci, perang, fitnah dan lain-lainnya.

Dan beliau saw meminta umat yang menghadiri konferensi saat itu untuk menginformasikan dan menyampaikan kepada seluruh umat risalah ini dengan mengatakan:

لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ؛ ‏رُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ

“Hendaknya yang hadir saat ini menyampaikan kepada yang tidak hadir; betapa banyak orang yang menyampaikan lebih banyak dari orang yang mendengat”. (Shahih Bukhari).

Tentunya umat ini masih merasakan kebahagiaan dengan taujih Nabi yang agung dan mulia ini, sehingga umat berkumpul pada muktamar yang agung setiap tahunnya, secara totalitas menunaikan ibadah dan ikhlas karena Allah, menolak perpecahan, tidak melakukan hal lain pada musim yang suci ini kecuali mengangkat bendera persatuan Islam, tidak menyeru kepada yang lain kecuali seruan pada persatuan yang integral. Saat kondisi yang lekat dengan nilai ruhi (spiritual) ini; mereka khusyu bermunajat, menghiasi diri dengan ketaatan, menghibur diri dengan keimanan ditengah kondisi yang memilukan, setiap Muslim merasakan bahwa dirinya berada di puncak kemuliaan jati diri manusia, mengalahkan kemuliaan malaikat karenanya; karena itulah dosa-dosa diampuni, segala usaha dijadikan kesyukuran, setiap langkah dilakukan yang dilakukan oleh para hujjaj ditulis oleh para malaikat pembawa rahmat sebagai kebaikan, dan dihapus dosa-dosanya, dalam suasana yang penuh kesadaran dan realita yang menakjubkan sehingga memberikan atsar (pengaruh) menjadikan orang yang berhaji baik jiwanya, suci hatinya, bersih kejahatan diri, serta ditambah dengan adanya konvergensi sosial untuk dapat saling mengenal dan memahami nilai-nilai Islami, pertemuan jiwa orang beriman untuk saling cinta dan berkasih sayang dan menumbuhkan spiritualitas di bawah naungan tanah suci, dan di area yang suci. Pada saat menjadi tamu Allah yang Maha Mulia, para hujjaj tidak melakukan apa-apa kecuali hal-hal yang mengarah pada ibadah; karena itu ungkapan mereka hanyalah takbir, lantunan mereka adalah tasbih, seruan mereka adalah talbiyah, doa mereka adalah tahlil, langkah mereka adalah ibadah, kumpul mereka adalah shalat, safar mereka adalah hijrah menuju Tuhan mereka, sebagaimana tujuan mereka adalah menggapai ampunan dari Allah dan ridha-Nya, sehingga tampak dari mereka bak sekumpulan yang orang yang begitu kokoh dan komprehensif serta menakjubkan seakan seperti sebuah kerangka kerja yang konsisten walaupun mereka berbeda ras, bahasa dan bangsa.

Demikianlah gambaran umat Islam yang satu yang ditampilkan dalam perjalanan ibadah haji sebagai konferensi umat Islam tingkat tinggi dan Mulia ini.

Selamat untuk kalian wahai para tamu Allah…

Kabar gembira untuk kalian wahai para penyambut panggilan Al-Khalil; Ibrahim AS, abul anbiya dan Nabi kita Muhammad saw… karena itu Kami menyeru kalian untuk melemparkan berbagai sebab perpecahan, menghindar dari berbagai perselisihan, menolak berbagai usaha, benih atau hasutan, dan meletakkan semua bendera yang mengarah pada propaganda dan syiar selain pada tauhid dan talbiyah, dan kkhusyu’ dalam dzikir dan ketaatan, dan mengisi seluruh waktu (sibuk) untuk menjawab panggilan dan berdoa; Saya mengingatkan kalian untuk menjadikannya sebagai wirid untuk umat ini;

semoga Allah menghentikan darah yang mengalir pada tubuh umat..!!

Semoga Allah menolak berbagai fitnah…!!!

Semoga Allah memberikan kepadanya jalan kebenaran…!!!

Semoga Allah melindunginya dari berbagai tipu daya musuh, kebodohan orang bodoh dan dungu…!!!

Semoga Allah membebaskan mereka dari tangan-tangan kotor dan tidak bertanggungjawab, memerdekakan rumah-rumahnya dari agresi para penjajah…!!!

Semoga Allah menyatukan hati-hati mereka dalam kebaikan dan menolak berbagai kejahatan diantara mereka serta menjadikan mereka berada dalam satu tangan (bersatu) untuk melawan musuh-musuhnya…!!!

Semoga Allah menerima ibadah haji kalian, mengampuni dosa kalian dan dosa-dosa yang kalian mohonkan ampunan untuknya, melindungi kalian dari berbagai bala dan bencana serta fitnah, serta mengembalikan negeri dan bangsa kalian menjadi bagian yang diterima, dikabulkan dan diampuni serta menggapai kebahagiaan.

Allah Maha besar dan segala puji hanya milik Allah.

Salawat dan salam atas Nabi Muhammad saw beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Baca Selengkapnya...

Wednesday, November 25, 2009

Syahadah (Mati Syahid) dan Tadhiyah (Berkorban) dalam Menghadapi Kerusakan dan Zionisme


Risalah DR. Muhammad Mahdi Akif
_________________________
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin

Segala puji hanya milik Allah.. kita mohon Ampun kepada-Nya, dan memohon petunjuk dari-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan dan kekerdilan jiwa-jiwa kita dan keburukan perbuatan-perbuatan kita… barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka selamanya tidak akan tersesat dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak ada petunjuk baginya.. kita sampaikan salawat dan salam kepada pemimpin kita Muahmmad saw, nabi yang membawa petunjuk dan terpecaya, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya … selanjutnya..

Bahwa setiap orang yang memiliki kesadaran akan selalu memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan keadaan dunia secara seksama, sehingga dirinya mendapati berbagai fenomena ibtila (ujian) yang mengepung umat ini.. terkepung antara dijajah oleh sang perampas yang selalu mengambil kekayaan alamnya dan melanggar kehormatan serta membunuh anak-anak, dan diantara penguasa zhalim dan lalim, yang menguasai berbagai kekayaan dan potensi yang dimiliki umat guna melanggengkan singgasananya, sekalipun harus menggbunakan aparat keamanan dan mengabaikan stabilitas Negara, atau harus mengorbankan kehormatan rakyatnya dan bahkan kehidupan mereka dalam berbagai sisinya…

Hal ini Tidak jauh dari yang dialami oleh Pakistan, Afghanistan, Iraq, Palestina, Lebanon dan Mesir serta negeri lainnya yang merasakan ujian dan mendapatkan sesuatu yang diada-adakan oleh musuh dan bahkan oleh anak negeri sendiri, sebagai salah satu gambaran akan banyak ragam model yang digunakan di dalamnya..

Di Afghanistan, Iraq dan Palestina sedang mengalami penjajahan dan perampasan… yang sebenarnya juga merupakan jenis penjajahan yang dibentuk oleh adanya persekutuan syaitan antara Amerika dan zionis, dan dibelakangnya ada Barat yang tidak pernah lepas dari 3 hal; apakah ikut berkonspirasi dan menjadi pendukung proyek penjajahan, atau bermain bak pemeran seorang pengacara, atau dia sendiri syaitannya namun sebagai syaitan bisu!

Adapun pada sebagian Negara Arab dan Islam tidak jauh berbeda mengalami itu kecuali yang mendapat curahan rahmat dari Tuhannya; karena yang memusuhi dan memerangi adalah bagian lain dari pelaku… ia adalah pemerintah dan penguasa yang rusak dan keji…sehingga umat ini telah menjadi kelompok yang tercerai berai, dimulai dari negeri kita sendiri (Mesir) yang mengalami dan merasakan kezhaliman dan permusuhan terhadap rakyatnya… serta beberapa lembaga internasional yang rusak, merampas kekayaan alamnya untuk diberikan kepada sekelompok kecil dari pemiliknya, hingga pada rezim yang selalu melakukan penyerangan dengan menggunakan bom melalui pesawat perang, melindas tubuh mereka dengan mobil tank, mengusir seperti yang dilakukan oleh para penjajah dan bahkan dalam bentuk yang lebih banyak dan besar kekejian dan kenistaan pada era yang menjunjung tingga hak asasi manusia!!.

Ikhwan sekalian…

Selamanya tidak mungkin kita bisa memisahkan antara dua sisi mata uang, seperti halnya juga kezjlia karena kezhaliman bukan satu bagian dan bahaya adalah bagian lainnya; namun karena keduanya telah menjadi bagian dari persekutuan yang tidak baik (suci) antara pemerintah yang zhalim dan penjajahan yang tiran; karena kaduanya telah membuat agenda yang rinci dengan apa yang dapat dilakukan sebagai kerja sama yang jahat antara kedua belah pihak; pihak Zionis Amerika atau pihak pemerintah yang zhalim dan korup yang dilakukan oleh sebagian anak bangsa…

Karena itulah, ini menjadikan para generasi yang ikhlas dan menjaga jati diri serta sederhana sebagai target dari berbagai arah; diskriminasi, penangkapan dan penghentian sumber rezki, dan bahkan dengan cara pembunuhan seperti yang terjadi di lembah Afghanistan, Pakistan dan Yaman, baik yang dilakukan oleh pasukan bersenjata penjajah yang keji atau pasukan bersenjata Negara tersebut yang seharusnya memberikan pertahanan dan penjagaan terhadap negeri dan anak bangsanya!! Dan kekuatan barat telah berubah menjadi kekuatan yang mampu menundukkan umat Islam hingga pada target yang satu, antara kekuatan arogansi internasional dan kekuatan korup dan kezhaliman pemerintah internal.!!

Kejadian yang memilukan!!

Terjadi peristiwa yang memilukan yang tidak hanya membuat sedih dan miris hati saja terhadap apa yang terjadi pada umat yang pada suatu masa telah menjadi yang besar dan sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia, bahkan telah membuat hati menjadi marah… marah terhadap apa yang terjadi akan berbagai tindakan kriminal dan kejahatan terhadap hak bangsa dan kekayaannya, dan dari keras kepalanya sebagian anak bangsa yang tetap ngotot melanjutkan politik yang tidak memberikan implikasi yang baik kecuali nestapa dan musibah…kita bisa ambil contoh apa yang terjadi di bumi Palestina…sangatlah aneh dan menakjubkan sekali bahwa sebagian umat –pemimpin dan rakyat- percaya bahwa entitas zionis dan Amerika memiliki kesungguhan dan itikad baik terhadap apa yang mereka dengungkan seperti proyek yang mereka namakan dengan “Proses perdamaian di Timur Tengah”!!

Dan bahkan yang lebih membuat terkejut, marah dan pautu diingkari adalah masih saja dari warga Arab dan umat Islam yang percaya dan bahkan sebagian lainnya terus menyampaikan dan menyebarkan isu disetiap harinya secara gamblang “sikap tidak ada keraguan akan niat yang sebenarnya dari Amerika dan zionis terhadap hak-hak kita dan negeri Palestina yang terjajah.

Bahwa pemerintah Amerika saat ini sedang membangun politik atas dasar memberi komentar dan janji saja terhadap Palestina yang rela memilih adanya perundingan dengan musuh, sehingga memberikan peluang kepada entitas zionis merampas bumi Palestina melakukan dengan bebas dan leluasa dan melakukan segala yang diinginkan, baik politik, dukungan, manipulasi dan kecurangan di negeri yang disucikan di seluruh dunia.

Akhir dari sikap dan politik ini adalah seperti yang diumumkan oleh menteri luar negari Amerika, Hillary Clinton dalam kunjungan terakirnya di lokasi (bumi Palestina); yang mana beliau hanyak mengulang dari kebijakan yang lalu dengan menegaskan bahwa pemerintah Amerika terkait dengan permasalahan pemukiman di Tepi Barat yang terjajah, dan bersikap dengan garang mengumumkan tidak ada syarat dan alasan untuk membekukan pemukiman di Tepi Barat yang terjajah, dan apa yang dibuat sendiri dengan sebutan “Perundingan Perdamaian”.

Bahwa tingkat keburukan dan kekotoran menteri luar negeri Amerikan telah mencapai puncaknyapada saat mengumumkan akan dukungannya yang penuh terhadap sikap perdana menteri entitas yang jahat dan keji serta teroris Benyamin Netanyahu; dengan mengatakan bahwa dirinya memiliki hak dari sisi sejarah terhadap sikapnya yang menolak untuk membekukan pelaksanaan perundingan dengan pemerintah Palestian dengan syarat dihentikannya pembangunan dan perluasan penjajahan di Tepi Barat!!

Dan bukan hal yang aneh jika seseorang mengatakan bahwa permasalahan Palestina menjadi saksi nyata akan adanya kemunduran yang pesat sejak Barrack Obama memangku jabatan presiden Amerika, secara angka dan realita apa yang terjadi di bumi Palestina seakan mengatakan bahwa masa pemerintahan Amerika saat ini yang baru berjalan beberapa bulan saja memberikan implikasi yang sangat buruk terhadap warga Palestina; yaitu adanya proses pengusiran besar-besaran dalam sejarah Al-Quds yang terjajah bagi warga Palestina dari rumah-rumah mereka, diiringi dengan kemunduran yang sempurna dalam sikap sampai pada hanya memberikan janji-janji kosong di lokasi tersebut dengan Negara Palestina.

Namun kondisi yang memilukan ini terdapat sisi yang cerah dari permasalahan, seakan sebagai salah satu dari sunnah Allah dan undang-undang Ilahi di muka bumi ini; pada saat terjadi secara nyata bahwa barang gadaian yang dijadikan jaminan oleh sebagian orang kepada Amerika menemui kegagalan, bahwa hal tersebut jika dari sisi Palestina atau yang lainnya terus berlangsung pada metode ini –perundingan yang mandul-, tidak akan terjadi kecuali akan menyingkap realita yang sebenarnya, apakah sebagai korban, pengekor atau diktator yagn kejam yang tidak menginginkan sesuatu kecuali terwujudnya kepentingan pribadi daripada kepentingan bangsa dan permasalahan yang mulia ini.

Sejarah perjalanan menggapai syahadah dan tadhiyah

Wahai umat Islam…

Jika kita lihat kembali arah sisi pandang secara menyeluruh, maka dalam kondisi seperti ini kita akan mendapatkan diri kita dituntut untuk menentukan sikap prioritas… prioritas ini telah dijelaskan dalam berbagai perkembangan yang menetapkan bahwa pasukan perlawanan akan terus berjuang hingga mendapatkan kemenangan atau syahadah di jalan memegang prinsip, agama dan nilai-nilai luhur, yang hingga saat ini menjadi pilihan yang bersih bahkan menjadi satu-satunya pilihan yang nyata dan real serta diterima untuk dilaksanakan dalam menghadapi apa yang terjadi.

Dan apa yang kami sampaikan disini wahai Ikhwan bukanlah hal yang baru dan dibuat-buat; namun umat ini telah menetapkan sepanjang sejarahnya menampakkan kemampuannya untuk berkorban dan menebus dengan jiwa di jalan Allah demi tegaknya agama dan nilai-nilai luhur yang diimaninya… menegaskan bahwa hal tersebut sangat banyak terjadi akan kemampuannya untuk meraih kebebasan dan kemerdekaannya…melakukan perlawanan menghadapi berbagai model penjajahan dan penindasan, sekalipun harus melakukan pengorbanan dan menghadapi berbagai rintangan.

Karena itu dari hulu sungai nil yang besar, Kafr Ad-dawar dan Al-Azhar Syarif merupakan lintasan sejarah hingga mencapai pada para pemilik keteguhan di Palestina dan penjaga kesucian baitul maqdis, melintasi Al-Jazair dengan revolusi kemerdekaannya yang penuh berkah, yang mampu menghadirkan lebih dari satu juta warga yang syahid, Iraq dengan revolusinya yang banyak dan berakhir dengan adanya penjajahan dan penindasan, begitu pula dengan perjuangan rakyat dan bangsa Mesir yang mampu memaksa pasukan Inggris untuk pergi dan hengkang sehingga mendapatkan apa yang kita dakwahkan kepadanya dan berusaha kita teguhkan; hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru atau suatu kewajiban temporer belaka, namun sesungguhnya ia merupakan bagian dari akidah bagi setiap insan muslim, dan merupakan fitrah yang diciptakan oleh Allah atasnya, karena diantara ciri insan beriman adalah tidak ridha dengan kehinaan..

Allah berfirman:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kalian merasa hina dan merasa sedih, karena kalian adalah lebih mulia jika kalian beriman”. (Ali Imran:139)

Dan diantara ciri insan muslim adalah membangun hidup yang penuh dengan izzah (kemuliaan) dan memiliki harga diri, jika tidak maka mati lebih baik, lebih mulia dan lebih berharga daripada hidup penuh dengan kehinaan dibawah api penjajahan atau berada diantara kotornya penindasan dan kerusakan, sebagaimana insan muslim yang benar adalah yang tidak rela terhadap berbagai tindak kezhaliman dan selalu mengajak pada keadilan dan hidup merdeka..

Bahkan Allah SWT menjadikan nilai kebebasan dan kemerdekaan bagian fitrah manusia itu sendiri. Allah berfirman:

أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Maka Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (Al-Mulk:22)

Dan Allah berfirman dalam surat An-Nahl:

وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهُّ لا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus?” (An-Nahl:76)

Dan sepanjang sejarah manusia bukan saja sejarah Arab Islam disebutkan bahwa para pejuang dan mujahidin di jalan agama, Negara dan nilai-nilai luhur mereka; mereka selalu dikenang dan diingat oleh bangsa, dan banyak lembaran-lembaran catatan dan nama-nama jalan dan kota menjadi saksi.

Bahwa kemerdekaan dan kehormatan kita tidak akan dapat diraih kecuali dengan melakukan perjuangan yang hakiki, memiliki harga yang besar pada setiap melintasi jalan menuju perbaikan dari berbagai kekuatan; baik dengan waktunya, tenaganya dan kebebasannya… dan tentu tidak akan tercapai pula perjuangan kemerdekaan melawan penjajah dan melawan pemerintah yang rusak dan penindas dengan menggunakan seluruh sarana negara.

Maka hendaklah seluruh umat menyadari bahwa ruh jadid harus terus berjalan dan bergelora di dalam jiwa

Untuk menanamkan cita dan harapan di bumi yang sedang berusaha membebaskan diri dari penjajahan dan penindasan dan membebaskan mereka dari putus asa.

Dan untuk memaparkan syariat al-izzah dalam menghadapi kehancuran dan kehinaan yang mengepung umat akibat pengaruh cerai berai, perpecahan dan pencurian…

Dan mampu untuk melakukan persiapan…Untuk menghadapi musuh penjajah dengan berbagai sarana sehingga mampu membuat gentar, menolak dan menahan dengan berbagai senjata pembebas yang dimiliki para pejuang…

Dan pada saatnya sang penindas dan pelaku kerusakan memiliki sarana untuk menolak dari tipu dayanya, Allah akan menghisabnya oleh karena kelalaiannya, mengingatkan akan usahanya yang telah memenjara warganya.

Dan persiapan kita dalam hal ini bukanlah suatu pembangkangan, bukan tindak kriminal dan permusuhan; karena kemerdekaan suatu Negara dari penjajahan dan penindasan dengan berbagai fenomenanya; tidak dapat tercapai kecuali dengan melakukan perjuangan yang dipandang oleh Ikhwanul Muslimin sebagai satu-satunya jalan untuk melakukan perbaikan dari berbagai penyimpangan yang terjadi, memompa seluruh potensi yang terkubur karena cuek, dan usahanya untuk mewujudkan cita-cita umat, dan tentu tidak akan celaka orang yang berjalan melakukan perjuagan sekalipun dengan susah payah karena setiap suatu kelahiran pasti ada rasa sakit namun dengan itu akan menghilangkan segala penyakit umat.

Karena itu, manakah yang lebih mulia menggapai syahadah dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah atau kita diuji dari berbagai tindak kejahatan, kerusakan dan penindasan sementara kita berusaha menghilangkan dari tubuh umat dan bangsa, dengan mengamalkan firman Allah:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ آوَوا وَنَصَرُوا أُوْلَئِكَ هُمْ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”. (Al-Anfal:72)

Ya Allah berikanlah kepada umat ini kemuliaan yang memberikan petunjuk, sehingga didalamnya ada rasa bangga bagi mereka yang menginginkan kemerdekaan, kemuliaan, kebaikan, perjuangan, kesungguhan dan menghinakan di dalamnya bagi setiap orang yang melakukan penjajahan, penindasan, kerusakan, kejahatan, pencurian dan kezhaliman.

Dan akhir dari doa kami adalah bahwa segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam…

Dan shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Baca Selengkapnya...

Sunday, November 22, 2009

As Syakhshiyah Al Jundiyah (Kepribadian Kader Dakwah)

Hidup merupakan perjuangan, berjuang untuk menunaikan tugas dakwah yang mulia. Tugas yang tak pernah usai seiring perjalanan waktu. Malah semakin bergulirnya waktu semakin bermunculan tugas baru. Sebagaimana komentar seorang pujangga, ‘terbitnya fajar, merekahkan harapan cerah dan membawa sekelumit beban’. Akan tetapi bagi seorang aktivis dakwah waktu menjadi jalannya kehidupan. Sehingga kader dakwah selalu menata waktunya demi kehidupan yang ia jalani agar senantiasa siap menyongsong tugas yang ada dihadapannya.

Bukanlah sesuatu yang dipungkiri bahwa tugas dakwah memang bukanlah tugas yang ringan. Ia banyak liku dan kendala yang rumit. Baik dari pihak eksternal ataupun dari internal sendiri. Terkadang tugas dakwah menjadi beban berat untuk dipikul. Terlebih lagi bagi mereka yang berkepribadian rentan dan rapuh. Tugas itu menjadi tembok besar yang teramat sulit untuk dilewati. Mereka akan berkecil hati menatap tugas demi tugas. Terasa berat untuk menggerakan kaki dan tangan menerima tugas tersebut.

Namun tidak demikian bagi kader pilihan. Mereka akan berupaya maksimal untuk dapat menunaikan tugas mulia itu dengan sebaik-baiknya. Bahkan kader yang berkepribadian amal da’awy akan menyongsongnya dengan gembira. Tidak ada dalam diri mereka, kamus lelah dan ciut menyambut tugas. Karena tugas itu akan menjadi momen untuk mengukir sejarah hidupnya dengan tinta emas bagi kemenangan dakwah ini. Ia menjadi mulia bersama dakwah atau mati dengan keharuman sikap perilakunya dalam amal Islam.

Ketika Syaikh Mutawalli Sya’rawi menyampaikan pidatonya dalam suatu acara, bahwa amanah umat ini teramat berat. Karena kompleksitas masalah yang dihadapinya. Dan disertai penghalangnya dari musuh-musuh umat yang tidak pernah henti untuk menghancurkannya. Disamping itu kader dakwah yang memandu amanah ini sulit untuk didapatkan. Maka kepada siapa amanah umat ini diserahkan?. Hasan Al Banna bergumam dalam hatinya ketika mendengar ceramah sang Syaikh, ‘aku ingin, akulah orangnya yang akan mengemban amanah itu. Beginilah sikap kader dakwah yang brilian dalam menyambut tugasnya.

Menyikapi kenyataan ini bahwa tugas dakwah dan kepribadian kader merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dimana keduanya saling mempengaruhi. Maka perlu disadari pada seluruh kader untuk membangun dirinya agar menjadi kader-kader pilihan yang sanggup memikul tugas dakwah ini dengan hati lapang. Sehingga tugas demi tugas dapat tertunaikan dengan baik. Bila kader dakwah tidak lengah dalam masalah ini dan selalu berusaha untuk meningkatkan kepribadian dirinya dalam mengemban amanah ini maka ia dapat menaklukan dunia sebagaimana obsesi Imam Hasan Al Banna Rahimahullah. Sang Imam pernah mengungkapkan obsesinya dalam Risalahnya Kepada Pemuda, bahwa ia bisa menaklukan dunia dengan kader-kader pilihan dibawah binaannya. ‘Siapkan 12 ribu kader, aku akan bina mereka dan aku akan taklukan dunia dengan bersama mereka’.

Melalui pemahaman ini upaya untuk meningkatkan kepribadian diri dalam mengemban tugas dakwah ini menjadi perilaku harian bagi kader dakwah.

Tidak boleh ada kesempatan yang terbuang dan tidak terpakai untuk agenda ini. Agar kepribadiannya tidak melempem, tidak pula mendua tetapi kepribadian yang tangguh dan ulet dalam amal dakwah. Selayaknya setiap kader menata dirinya dengan sungguh-sungguh agar dapat merealisasikan obsesi sang Imam. Untuk itu para kader dakwah perlu menyiapkan diri agar memiliki kepribadian yang dapat menuntaskan tugas dakwah dan merealisaikannya:

1. Bina ruhil ghirah (Membangun Ruh Keghairahan)

Menyadari banyaknya tugas dakwah yang perlu diemban, kader dakwah harus membangun keghairahannya. Keghairahan untuk terus berbuat dan berjuang demi tegaknya dakwah. Sehingga semangatnya berkobar-kobar. Tidak pernah lemah sedikitpun dalam menghadapi rintangan. Tidak pernah layu dengan bergulirnya zaman. Tidak pernah gentar karena tantangan. Ia bagaikan batu karang di tengah lautan yang kokoh menghadapi terjangan ombak.

Abul ‘Ala Al Maududi mengingatkan kader-kadernya, ‘bila kalian menyambut tugas dakwah ini tidak sebagaimana sikap kalian terhadap tugas yang menyangkut urusan pribadi kalian maka dakwah ini akan mengalami kekalahan yang telak. Oleh karena itu sambutlah tugas ini dengan ghairah. Amatlah tepat taujih Abul ‘Ala Al Maududi ini bila melihat sederetan tugas dan harapan umat. Bila saja kader dakwah memahami dengan betul maka mereka akan berupaya untuk menjaga keghairahannya agar tidak pernah redup sedikitpun. Karena ia akan berakibat fatal dalam menunaikan tugas ini.

Sebaliknya jiwa yang berghairah dalam menyambut tugas-tugasnya akan mudah untuk menyelesaikannya. Ia bahkan dapat menemukan celah-celah sempit untuk menjadi peluang besar yang akan menjadi menyebab kemenangan dakwah ini. Ia tidak pernah mundur tatkala bahaya menghadang. Ia tidak lelah ketika peluh bercucuran. Yang ada dalam benaknya adalah kami siap mengembannya untuk sebuah kemenangan.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim”.. (Ali Imran: 139 – 140).

Karena itu sepantasnya bagi kader untuk selalu berusaha meningkatkan ghairahnya melalui amalan-amalan yang disunnahkan Rasulullah SAW. sehingga ghairahnya tidak kendur. Apakah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, mengkaji sejarah kepahlawanan Islam, membayangkan pahala dan balasan yang dijanjikan Allah SWT., bercermin dari kehidupan kader-kader daerah terpencil yang sangat bersemangat untuk menyebarluaskan dakwah ini ataupun dengan kiat-kiat lainnya. Amalan tersebut menjadi bahan bakar untuk semangatnya agar selalu bergelora.

Syaikh Muhammad Ahmad Rasyid mengingatkan “gelorakan semangatmu wahai ikhwah dan jangan kendur sedikitpun marilah maju bersama kafilah dakwah ini. Siapa yang tidak lagi bersemangat maka janganlah ikut barisan kami”.

2. Tasyji’u ruhil mubadarah (Membangkitkan semangat inisiatif

Memahami tugas dakwah yang rumit maka setiap kader hendaknya selalu membangkitkan semangat berinisiatif. Agar dapat mensikapi dengan cepat apa yang sedang dihadapi dakwah ini. Tentu dengan mengacu pada kententuan syar’i. Sehingga aktivis dakwah tidak linglung dan bingung untuk segera berbuat atas sesuatu yang perlu segera disikapi. Selayaknya seorang kader tidak pernah mati inisiatifnya. Ia selalu berinisiatif untuk membela dakwah dengan berbagai potensi yang ada pada dirinya.

Seorang pujangga mengingatkan bahwa matinya inisiatif akan menutup banyak peluang. Malah ia melihat apa yang dihadapannya menjadi momok yang menakutkan. Ia akan menjadi orang yang penakut pada sesuatu yang belum terjadi bahkan ia sudah membayangkan dengan bayang-bayang hitam yang sangat mengerikan. Umat dan dakwah ini akan gembira terhadap kader yang kaya inisiatif. Sebagaimana gembiranya orang tua pada anaknya yang berinisiatif tinggi. Sang anak menyemirkan sepatu ayahnya ketika sang ayah hendak berangkat kerja. Ia suguhkan air minum hangat untuk ayahnya yang baru tiba. Ia rapikan belanjaan ibunya ketika datang dari pasar. Ia bersihkan alat-alat masaknya dan lain sebagainya. Orang tua akan sangat senang dengan perilaku anaknya dan ia akan banggakan dihadapan saudara dan tetangganya.
Syaikh Sayid Muhammad Nuh menceritakan murabbinya Syaikh Abbas Asisi yang selalu kaya inisiatif dalam berdakwah. Beliau bukan hanya kaya akan ide dan gagasan tetapi kaya pula dengan sikap dan perbuatannya. Hingga banyak orang yang tertautkan hatinya pada dakwah karena inisiatifnya yang teramat tinggi. Ada pemuda yang tertarik pada dakwah karena ia menyebut namanya yang telah ia hafal. Ada pula orang yang berjiwa kasar menjadi pengikut dakwah lantaran ia buka dengan dialog-dialog yang menarik. Dan masih banyak lagi kisah lainnya.

Kader yang berinisiatif tidak hanya semata mengandalkan point-point buku manual melainkan ia juga dapat melakukan sesuatu dengan tepat dan benar sesuai masanya yang sedang dihadapinya. Inisiatif memang tidak lahir begitu saja. Ia selalu beriringan dengan kebiasaannya untuk berbuat. Kebiasaan berbuat dapat menerobos celah sekecil apapun untuk menemukan hal-hal baru. Oleh karena itu Allah SWT. merintahkan orang-orang beriman untuk senantiasa berbuat.

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.(At Taubah: 105).

3. Bina ruhil mas’uliyah (Membangun jiwa tanggung jawab terhadap dakwah)

Tanggung jawab kader terhadap dakwah tidak boleh berkurang. Kader hendaknya selalu membangun rasa tanggung jawabnya setiap saat.

Berkurangnya tanggung jawab kader pada dakwah ini dapat memporak-porandakan amanah umat ini. Kader yang bertanggung jawab pada tugas tidak bisa bersantai-santai/beruncang kaki sementara kader lainnya sedang sibuk menunaikan tugas.

Jiwa tanggung jawab ini sangat dikaitkan dengan keimanan yang melekat padanya. Juga dikaitkan dengan kesertaannya menjadi umat Muhammad SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.,

“Bukanlah golongan kami orang yang tidak punya perhatian terhadap urusan kaum muslimin”. (Bukhari).

Sangatlah logis bila tanggung jawab terhadap dakwah ini berhubungan erat dengan kesertaannya sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Karena merekalah yang bertanggung jawab langsung terhadap kesinambungan dakwah ini.

Tersebar luas dakwah ini atau tidak ada pada pundak mereka. Mereka yang menjadi pelanjut dakwah ini telah mendekatkan dirinya dengan para Nabi. Lantaran mereka telah melaksanakan hal yang sama dilakukan para Nabi.
Kader dakwah yang bertanggung jawab pada tugas kadang tidak bisa tidur nyenyak. Ia senantiasa berpikir keras untuk untuk kemajuan dakwah. Ia merasa malu bila tidak dapat berbuat apa-apa. Ia merasa sedih bila dakwah tidak berkembang. Ia sangat senang kalau dakwah ini menggeliat dan meraih banyak pengikut. Ia risih bila meninggalkan tugas yang masih berceceran di sana-sini. Dan ia akan senantiasa siap menyongsong tugasnya. Wajarlah bila Imam Hasan Al Banna memandang sikap kader yang tidak bertanggung jawab pada tugasnya sebagai perbuatan dosa.

Oleh karena itu kader dakwah dalam menyongsong tugas mulianya seperti pengikut Nabi Isa AS. yang setia. Merekalah kaum Hawariyun sangat peka pada tanggung jawab dan tugasnya. Sebagaimana firman Allah SWT.:

“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (Ali Imran: 52).

4. Tarqiyatu ruhil badzli wat tadhhiyah (Membangkitkan semangat pengorbanan)

Pengorbanan dan perjuangan sesuatu yang niscaya. Perjuangan tidak dapat dipisahkan dengan pengorbanan. Dakwah suci ini bergerak dengan deras karena pengorbanan para kadernya. Maka semangat pengorbanan harus terus hidup di hati kader dakwah agar menjadi kepribadian mereka yang sesungguhnya. Sehingga mereka akan selalu terdepan dalam pemgorbanan.

Karenanya tidak ada dalam sejarah sebuah perjuangan ideologi yang dibangun tanpa perjuangan. Maka sudah menjadi suatu keharusan untuk berkorban dengan apa yang ada padanya demi tegaknya dakwah mulia ini.

Kader-kader yang siap berkorban menjadi syarat mutlak untuk suatu kemenangan. Dengan jiwa ini jalan mencapainya menjadi mulus. Perjalanan meraih kemenangan bak tanpa hambatan. Adalah hal patut bagi seluruh kader dakwah memberikan sesuatu yang amat diperlukan dakwah ini. Ini menjadi tanda keringanan dirinya untuk berkorban. Dalam berkorban untuk dakwah tidak pernah terbetik untuk menolaknya. Bahkan sedapat mungkin memberikan apa yang sangat berharga dalam dirinya. Jiwa dan raga.

Semangat semacam inilah yang melancarkan futuhat dakwah di berbagai negeri. Termasuk ketika menaklukan Romawi. Khalid bin Walid RA. ditanya pembesar Romawi perihal kepahlawanan kaum muslimin sehingga mereka bisa menaklukkan Romawi. Panglima Khalid RA. menjawab, ‘Kami dapat berada di depan mata kalian dan menaklukkan negeri kalian karena kami datang bersama orang-orang yang cinta mati sebagaimana kalian mencintai hidup’. Tentunya pengorbanan semacam ini pengorbanan yang maksimal. Memang Allah SWT. hanya menerima pengorbanan hamba-Nya yang maksimal. Seperti dalam Firman-Nya.

“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (Al-Maidah: 27).

Syaikh Muhammad Ahmad Rasyid mengingatkan bahwa dalam perjalanan dakwah ini janganlah bersikap seperti umat Nabi Musa yang duduk-duduk berdiam diri saja menunggu datangnya kemenangan dari perjuangan Nabinya. Akan tetapi berbuat banyaklah untuk jalan dakwah ini dengan senantiasa selalu berkorban dan tidak pernah kendur semangatnya untuk berkorban. Memang semestinya demikian.

Tentu saja semangat berkorban ini tidak akan kendur manakala sikap kepatuhan kader pada ajaran ini tidak berkurang secuilpun. Mereka mematuhi ketentuan yang sudah seharusnya dijalankan. Mereka mengokohkan ruh maknawiyahnya setiap saat. Mereka berada dalam stamina spiritual yang prima. Said Hawwa menegaskan bahwa pengorbanan merupakan kepatuhan dan kepatuhan adalah syarat kemenangan. Maka siapkanlah sarana-sarana kemenangan dengan meningkatkan semangat berkorban terus menerus agar kemenenagan menjadi kenyataan yang dekat.

5. Tarqiyatu ath-Thaqah adz-Dzatiyah (Meningkatkan potensi diri)

Untuk dapat melaksanakan tugas mulia ini kader dakwah mesti menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan potensi dirinya. Agar ia bisa memberikan apa saja yang dibutuhkan dakwah ini. Meningkatkan potensi diri berawal dari penggalian potensi dan penajamannya. Adalah kemestian bagi kader untuk dapat mengenali potensinya. Sehingga ia tahu betul kemampuannya selaras dengan keperluan dakwah ini.

Menyadari kedudukan potensi kader bagi kelangsungan dakwah ini amat berarti maka para kader perlu mencermati dan mempertajamnya. Karena apapun potensi yang dimilikinya sangat berguna bagi dakwah ini. Sekalipun seperti butiran pasir. Memang secara fisik sebutir pasir sangat kecil adanya.

Dan bila dibandingkan dengan material lainnya dalam sebuah bangunan terasa begitu amat sangat kecil. Tampaknya ia bukanlah unsur penentu dalam kekokohan bangunan tersebut. Betul adanya asumsi ini bila satu butir pasir saja yang berpandangan demikian. Akan tetapi jika seluruh butiran pasir beranggapan sama maka rubuhlah bangunan tersebut.

Karena itu kader dakwah tidaklah boleh memandang remeh terhadap berbagai potensi yang diberikan kader lainnya. Malah harus menghargai potensi-potensi tersebut dan menyemangati untuk berupaya terus meningkatkannya. Sebab Allah SWT. menyukai orang-orang yang dapat ikut serta dalam barisan dakwah ini dengan potensi yang diberikan-Nya.

“Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (Al-Isra’: 84)

Sedapat mungkin setiap waktu yang bergulir potensi kader semakin tajam. Seiring berjalannya waktu potensi kualitas kader semakin membaik. Seperti ungkapan seorang ulama tatkala berjumpa dengan temannya menyatakan ‘tidak aku temukan dalam dirinya setiap berlalunya waktu kecuali semakin membaik kepribadiannya’. Bila kondisi ini menjadi watak dan kepribadian para kader dakwah. Tidak mustahil kemenangan ini amat sangat dekat.

Hayawiyatun Harakiyatun (Kedinamisan Gerak Dakwah)

Adalah suatu kepatutan bagi kader dakwah untuk mengkondisikan kepribadiannya sedemikian rupa. Dengannya gerak dakwah ini akan semakin dinamis. Bahkan akan semakin mulus melenggangkan badannya untuk berkembang dan tersebar luas. Penyebaran dakwah yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan pelosok wilayah. Sehingga kenikmatan dakwah ini dirasakan secara merata. Ini menjadi indikasi kedinamisannya.

Sebagaimana pertumbuhan fisik manusia yang dinamis adalah ketika seluruh organnya berkembang seimbang. Perkembangan tubuh yang imbang untuk dapat menjalani hidupnya yang semakin hari semakin menuntut kekuatan organ tubuhnya. Sehingga tidak boleh ada satu selpun dalam tubuhnya yang ngawur perkembangannya. Karena hal itu berdampak pada kesehatan dan kekuatan tubuhnya melakukan gerak hidupnya.

Adalah kewajiban kader dakwah untuk memenuhi kepribadian dirinya yang berimbas pada kedinamisan gerak dakwah ini. Dan kepribadian ini menjadi watak harian para kader. Maka mulailah berbenah diri secepat mungkin memenuhi tuntutannya. Terlebih bahwa kedinamisan dakwah ini memiliki dampak yang sangat besar. Bagaikan air yang terus mengalir. Aliran air akan menjadi suatu kekuatan dan energi kehidupan. Sebaliknya air yang diam tidak mengalir akan berakibat rusaknya susunan senyawa yang ada sehingga dapat merusak zat benda lainnya.

Kedinamisan gerak dakwah ini akan berdampak pada:

1. Isti’dadu lit tanfidz (Kesiapan dimobilisasi di setiap lini)

Kesiapan kader dakwah untuk bisa dimobilasasi bagi kemenangan merupakan dampak dari gerak dakwah yang dinamis. Keberadaan kader di berbagai lini dapat memudahkan memikul tugas yang semakin banyak. Selayaknya memang bagi Kader dakwah menyadari akan fungsi dan perannya. Sehingga ia dapat selalu siap sedia dimobilisasi dalam untuk proyek besar dakwah ini. bahkan kesiapan dimobilisasi dan berada pada seluruh lini dari dakwah ini menjadi indikasi kualitas kader. Sebagaimana ungkapan Rasulullah SAW. tentang prajurit yang baik adalah mereka yang berada pada tugasnya masing-masing. Bila ditugaskan pada barisan depan ia ada di sana. Dan bila ditugaskan di bagian belakang ia pun menjalankan tugasnya di sana dengan baik.

Berada pada posisinya masing-masing, kader dakwah tidaklah boleh gentar apalagi kecewa dan mengeluh. Sebab semua itu tidak akan bermanfaat bagi dirinya untuk menjalankan tugasnya. Melainkan ia sambut dengan hati senang gembira dan selalu bermohon kepada Allah SWT. agar Dia senantiasa memberikan kekuatan untuk menunaikan tugas tersebut. Sehingga ia akan menjadi satu barisan prajurit yang gagah perkasa menyelesaikan amanahnya.

“(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran: 172).

Kesiapan kader berada pada lini dakwah yang beragam karena menyadari bahwa pos-pos dakwah ini tidak boleh ada yang kosong. Kekosongan pos dakwah dapat membuka pintu kekalahan. Terlebih lagi pada pos yang sangat strategis. Cukuplah peristiwa Uhud menjadi pelajaran berharga bagi kader dakwah. Dimana pos-pos yang diringgalkan kadernya dapat menjadi peluang bagi musuh untuk mengobrak-abrik barisan kaum muslimin. Oleh karena itu apapun yang ditugaskan dakwah ini untuk menempati lini-lininya dan siap dalam keadaan dimobilisasi mesti diterima dengan antusias dan mengistijabahinya. Malah bila perlu selalu beranggapan bahwa justru disitulah letak kehidupan bagi dakwah ini.

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan”. (Al-Anfal: 24).

Meski demikian tidak menutup peluang untuk menyampaikan pendapatnya tentang lini yang paling tepat bagi dirinya. Namun yang perlu diingat adalah sikap kesiapannnya untuk dimobilisasi tidak boleh sampai hilang.

2. Taqwiyatu matanah at tanzhimiah (Mengokohkan soliditas struktural)

Gerak dakwah yang dinamis berdampak pula pada kesolidan struktural dakwah. Apalagi dengan keadaan kadernya yang selalu dalam kondisi siap sedia. Keadaan ini akan mejadikan struktural tidak akan pernah keropos. Sebab sering kali penyebab kekeroposan struktural lantaran gerak dakwah yang asal menggeliat dan kadernya yang dipenuhi dengan qadhaya internal.

Sudah dapat dipastikan bahwa kader yang selalu rebut dengan urusan internal konflik akan menggembosi perjalanan dakwah. Malah gerak dakwah ini menjadi rusuh, jalan tak beraturan dan berarah.

Umar bin Abdul Aziz RA. memerintahkan kepada seluruh jajaran panglimanya untuk mencermati para prajuritnya. Agar selalu memonitor mereka sehingga dapat mengetahui aktivitas apa yang sedang mereka lakukan. Tidak dibenarkan bagi mereka berdiam diri atau tidak dalam barisannya. Perhatian yang sedemikian rupa untuk mempersempit ruang bagi kekeroposan struktural. Karena prajurit yang tidak berada dalam barisan amal akan berpeluang menjadi perusuh.

Ketahanan struktural dapat menjadi tameng yang amat kuat melawan serangan musuh. Serangan sebesar apapun tidak akan mempan untuk menerobos masuk ke dalamnya. Ketahanan ini sekaligus melindungi prajurit yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Allah SWT. mewanti-wanti agar selalu menjaga daya tahan struktural melalui persatuan dan kesatuan prajurit yang ada di dalamnya.tidak gaduh dengan persoalan internalnya. Tidak ribut dengan qadhaya dakhiliyahnya.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Ali Imran: 103)

3. Tawsi’atu munawarati ad da’wah (Meluasnya Manuver Dakwah)

Dampak lainnya adalah manuver dakwah semakin meluas. Ia tidak dihambat oleh urusan-urusan internal sehingga langkah geraknya semakin melebar. Apalagi misi dari dakwah ini berkembang. Maka gerakannya harus selalu berkembang baik sisi jumlah kadernya, wilayahnya, jangkauan tanggung jawabnya, tuntutan dan kebutuhannya serta sisi perkembangan lainnya
Rasulullah SAW. selalu mengamati perkembangan demi perkembangan dakwah ini dengan mendapatkan informasi dari para sahabatnya. Sehingga beliau dapat membayangkan masa-masa yang akan terjadi pada dakwah dan umatnya setelah hamasah nabawiyah(kepekaan kenabiannya) tentunya.

Paling tidak dengan kondisi kader dan struktural yang mapan tanpa hambatan yang berarti bagi dakwah ini penyebarluasan dakwah akan semakin pesat dan cepat. Sehingga dakwah ini kembali pada ashalahnya yakni miliki semua orang dari berbagai kalangan bukan hanya pada kalangan tertentu yang sangat terbatas.

Bila seluruh jajaran kader menghiasi dirinya dengan kepribadian kader dakwah sedemikian rupa dan gerak dakwah ini semakin dinamis tanpa henti atau stagnan dalam geraknya maka futuhat-futuhat dakwah ini semakin dekat. Dan pintu-pintu kemenangan itu semakin terbuka. Serta serombongan manusia akan berbondong-bondong menerimanya. Tinggal permasalahan adalah sejauh mana kemauan kader untuk menata diri dan menghiasinya dengan kepribadian tersebut. Disinilah masalahnya. Maka sejak saat ini tanamkan dalam diri kita masing-masing untuk berupaya mewujudkannya dalam diri kita. Tanpa kenal lelah dan henti. Berusahalah semaksimal mungkin semoga Allah SWT. membantu diri kita untuk mengaplikasikannya.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nur: 55)

Baca Selengkapnya...

Monday, November 9, 2009

Mengenang 100 tahun Imam Syahid Hasan Al-Banna


Mengenang seratus tahun Imam Syahid Hasan Al-Banna; kembali kita mengingat masa hidup beliau, di saat begitu banyak peristiwa yang menerpa dunia Islam setelah perang dunia I, dan disaat dunia Islam mengalami kemunduran akibat jatuhnya khilafah Islamiyah, sehingga mesti ada seseorang yang lahir ke dunia mengembalikan Islam kembali hidup dan mulia.

Saat begitu kuatnya persekongkolan yang dilakukan oleh kekuatan jahat pemerintahan Arab dan dunia barat, hadir seorang pemuda berumur 21 tahun yang telah banyak meneguk air sungai nil untuk menghilangkan dahaga dan menjadikan ajaran Islam sebagai syariat dan minhajul hayah (jalan hidup), Al-Quran sebagai hidayah. Beliau selalu menyeru “Wahai kaum kami, sesungguhnya saya menyeru kepada kalian, bahwa Al-Quran ada ditangan kanan saya dan sunnah di tangan kiri saya dan amal para salafussholih dari umat ini sebagai tauladan. Kami menyeru kepada kalian untuk kembali kepada Islam; ajaran dan hidayah Islam… Islam adalah sistem kehidupan yang komprehensif, mencakup segala aspek kehidupan, dia merupakan negara dan bangsa, atau pemerintahan dan umat, dia merupakan akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan, dia merupakan tsaqafah dan qonun atau ilmu dan hukum, dia merupakan materi dan harta atau usaha dan kekayaan, dan dia merupakan jihad dan da’wah atau prajurit dan ideologi, sebagaimana dia merupakan akidah yang bersih dan ibadah yang benar satu sama lainnya”.

Jadi melalui cahaya yang bersinar di ufuk mengajak untuk mengembalikan kehidupan pada ajaran Islam yang agung, melalui tangan yang telah digerakkan oleh pertolongan ilahi sehingga mampu mengemban beban da’wah ini dan mengembalikan cahayanya kembali bersinar, memancarkan cahaya kesegala penjuru dunia. Demikianlah Imam Syahid Hasan Al-Banna, lahir kedunia pada saat dan waktu yang tepat, guna membangun kembali Islam yang telah luntur dan membina jamaah yang beriman dan mampu mengemban da’wah yang telah diamanahkan di pundak yang menisbatkan diri kepada da’wah.

Imam Al-Banna rahimahullah adalah figur yang telah digerakkan oleh takdir ilahi, dibentuk oleh tarbiyah Rabbaniyah, muncul pada waktu dan tempat yang tepat, maka sangatlah cocok ungkapan ustadz Umar At-Tilmitsani dengan “Anugerah yang sangat berharga”. Beliau tidak pernah ragu untuk mengenalkan dirinya: “Saya adalah seorang pelancong yang sedang mencari kebenaran, manusia yang mencari petunjuk ditengah kerumunan manusia, rakyat yang mengidamkan kemuliaan negaranya, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang sejahtera dibawah naungan Islam yang suci, saya seorang hamba yang mengenal tujuan hidup, lalu beliau membaca firman Allah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian Aku diperintahkan dan Aku termasuk orang yang pertama muslim”. (Al-An’am : 162-163). Inilah saya, lalu sipakah anda?

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna, saat beliau masih belia, sosok yang memiliki kecerdasan pada akal dan fikirannya, begitu besar semangat dan ghirahnya terhadap agama. Saat beliau berumur 10 tahun tidak didapati dalam dirinya kecuali kegigihan beliau dalam merubah segala kemungkaran yang dilihatnya, seperti yang pernah dilakukan terhadap seorang penari telanjang yang menari di atas perahu di sepanjang sungai nil di daerah Al-Mahmudiyah.

Begitupun kita mengenang beliau; Saat menjadi pelajar dalam berbagai jenjangnya, beliau begitu semangat dalam mengikuti dan membentuk Jam’iyyah (lembaga) da’wah seperti (Jam’iyah akhlak Al-adabiyah – lembaga akhlak dan etika, Jam’iyah man’u al-muharramat – lembaga pencegah perbuatan haram, Jam’iyah Al-ikhwan al-hashofiyah - Lembaga al-Ikhwan al-hashofiyah), kita belajar dari beliau akan ghirah Islam yang begitu menggelora, semangat dalam menyampaikan da’wah dan himmah (Antusias) dalam mengajak manusia pada kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Kita mengenang beliau; Sosok yang hidup dengan jujur karena Allah, menunaikan janjinya bersama Allah saat mendaftarkan dirinya sebagai tentara Allah, seperti dalam ungkapannya yang masyhur, sebagai bagian dari impiannya: “Saya harus menjadi seorang yang mursyid (memberikan arahan) dan muallim (memberikan pelajaran), sehingga sepanjang hari saya bisa mengajarkan anak-anak, sementara di malam harinya saya bisa mengajarkan orang tua tentang tujuan agama mereka, sumber kebahagiaan dan perjalanan hidup mereka. Kadang disampaikan melalui khutbah dan kadang dengan melakukan dialog, mengarang buku, menulis, dan juga dengan melakukan jaulah (perjalanan)”.

Kita belajar darinya akan tingginya semangat dan tujuan hidup serta kesempurnaan dalam menunaikna apa yang dinadzarkan terhadap dirinya.

Kita semua mengenang beliau; Seorang muslim yang optimis dan berani membusungkan dadanya sambil berkata: “Inilah saya”, Sambil menggenggam Al-quran dan dengan suara yang tinggi beliau berseru: “Jalan yang benar adalah dari sini”, beliau juga menyampaikan kepada seluruh manusia “Bahwa Islam adalah sistem yang komprehensif mencakup segala aspek kehidupan, menetapkan hukum pada setiap keadaan dan meletakkan sistem yang permanen dan teliti serta tidak pernah berhenti sekalipun berhadapan dengan benturan-benturan dan sistem yang dlalim dalam memberikan kebaikan kepada manusia manusia”. Kita belajar darinya sikap optimisme yang membangun.

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna, sosok yang beriman kepada Allah dan memiliki keyakinan yang penuh akan pembelaan dan dukungan Rabb-nya, beliau menyeru: “Serukanlah kepada kami karena sesungguhnya kami membawa suatu kebaikan, kumpulkanlah kepada kami manusia maka akan kami bacakan kepada mereka dzikir, kami akan menjadi dokter bagi yang sakit, akan diam teliang penduduk dunia jika tidak mendengar semboyan kami; “Allah adalah tujuan kami, Rasul adalah pemimpin kami, Al-Quran dustur kami, jihad adalah jalan hidup kami, mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami…” Kita belajar dari azzam (semangat) dari seorang pemuda yang beriman yang tidak merasa lemah, keyakinannya sangat tinggi dalam jiwanya, agamanya, dakwahnya dan kesiapan dirinya untuk berkorban dijalan da’wah yang diembannya.

Mengenang seratus tahun imam Syahid Hasan Al-Banna; sosok yang begitu berani menyerukan tujuan ideologinya: “Mencetak generasi baru yang beriman kepada ajaran-ajaran Islam yang benar, siap bekerja dalam melakukan perbaikan pada umat dengan shibgah al-islamiyah (celupan islam) yang komprehensif dalam segala aspek kehidupan”. “Shibgoh Allah, dan adakah shibghoh yang lebih baik dari shibgoh Allah ?” (Al-Baqoroh : 138). Beliau berhasil menyelamatkan umat Islam dari penyimpangan, menyambungkan lisannya dan menyemburkan ruhnya kepada murid-muridnya, dan dengan gambalang beliau berkata kepada mereka: “Ruh yang berjalan dihati umat ini yang hidup dengan Al-Quran, cahaya yang bersinar hingga menembus kegelapan materi melalui ma’rifah Allah swt, suara yang bergema meninggikan dakwah Rasulullah saw… Kita belajar darinya akan terangnya tujuan dan status serta benarnya petunjuk jalan.

Mengenang beliau; Seorang imam (pemimpin) yang sangat mengagumkan, di bumi Mesir beliau mampu menembus jalan hingga berpuluh-puluh kota besar dan beribu desa, berbicara kepada setiap manusia paling sedikit tiga ribu desa, beliau menanamkan benih cinta melalui senyuman dan kasih sayang, memberikan keyakinan yang memuaskan dan menyejukkan, menghindar silang pendapat dan menolak perdebatan dan memberikan komentar dengan gamblang bukan dengan fenomena, mendahulukan yang lebih penting dari yang penting… Namun sebelum dan sesudahnya beliau selalu menekankan akan pentingnya taqwa kepada Allah dan bersiap diri untuk bertemu dengan-Nya, beliau selalu menyeru : “Bahwa fana dalam kebenaran merupakan kunci kekekalan”. .. Kita belajar darinya usaha yang terus menerus untuk menyebarkan da’wah dan risalah, dan tidak kekalnya jiwa dari ajalnya.

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna; Pendiri dua ribu cabang di berbagai desa di penjuru Mesir, pada tiap cabang didirikan sekolah untuk menanamkan kebangsaan dan jihad, amal shalih dan dakwah, beliau menghidupkan kepahlawanan dan keberanian, membuka wawasan terhadap hakikat yang terjadi didunia politik, membina generasi baru yang memliki kesemangatan kebangsaan dan memiliki kesiapan untuk mengorbankan jiwanya dan hartanya dan segala apa yang dimilikinya guna mempertahankan negara dan kehormatan dirinya.

Mengenang seratus tahun Imam Al-Banna; sosok yang memberikan gambaran kepada kita tentang pengikutnya: “Mata mereka terus bangun hingga larut sementara manusia terlelap dalam tidurnya, jiwa mereka sibuk sementara yang lainnya dalam keadaan lalai, salah seorang dari mereka duduk di perpustakaannya hingga larut malam terus bekerja dan berjuang, menjadi mufakkir dan mujaddid, terus berjalan selama sebulan sepanjang hidupnya, sehingga saat berada dipenghujung bulan dijadikan tempat kembalinya adalah untuk jamaah, dikeluarkan hartanya untuk merealisasikan tujuannya, lisannya berbicara untuk membangunkan umatnya yang lengah akan pengorbanannya. “Saya tidak berharap kepada kalian upah, karena tidak ada yang aku harapkan kecuali ganjaran dari Allah”. (Hud : 29).. Kita belajar darinya usaha yang sempurna terhadap dakwah dan permasalan umat.

Mengenang Imam Syahid Hasan Al-Banna saat beliau berpidato: “bahwa Umat yang baik dalam mempersiapakan kematian, mengetahui bagaimana menggapai kematian yang mulia, maka Allah anugerahkan kepadanya kehidupan yang mulia di dunia dan kenikmaatan yang kekal di akhirat, maka persiapkanlah diri kalian untuk menyongsong hari yang agung, bersegeralah dalam menyambut kematian sehingga jiwa kalian akan hidup, dan ketahuilah bahwa kematian merupakan suatu kepastian, dan tidak akan terjadi kematian kecuali hanya sekali, jika anda membuatnya berada di jalan Allah maka hal tersebut merupakan keberuntungan didunia dan ganjaran di akhirat”. Kita belajar darinya bagaimana hakikat berkorban dan berdakwah dijalan Allah .

Saudaraku yang tercinta…

Seratus tahun telah berlalu kelahiran pemimpin kita, namun sosok dakwahnya masih tetap menggetarkan dunia, para pembela dakwah dan ideologinya dan juga para penentangnya, semuanya melihat seperti burung elang yang terbang diatas langit menembus angin topan, para pengikut dakwahnya masih terus bergerak di setiap tempat, dakwah yang menembus hingga 90 negara di dunia, hingga menjadi tandhim Islam yang membawa ideologi, menyeru dan membina manusia menuju Allah, untaian hikmah beliau masih terus bergema dan selalu diulang di tengah-tengah kita, beliau selalu menyerukan kepada pendukung dan penentangnya: “Kami akan memerangi manusia dengan cinta”. Memberikan arahan akan tabiat perjuangan dan jalan yang sebenarnya: “Bahwa perjuangan kita adalah perjuangan tarbiyah (pembinaan)”. Guna menebar benih cinta dan tarbiyah dalam dakwah, keduanya merupakan rahasia keberlangsungan dakwah sekalipun angin topan menerpanya. (Ikhwanonline.com 14/11/2006. Oleh: Ismail Hamid)

Baca Selengkapnya...

Sunday, November 8, 2009

Imam Al-Banna Menyeru Melakukan Boikot Ekonomi Atas Amerika Untuk Palestina


Minuman Coca Cola adalah haram… khususnya bagi ikhwanul Muslimin

Ustadz imam syahid Hasan Al-Banna, mursyid Am ikhwanul mulismin menyebarkan berita secara umum kepada seluruh kantor cabang ikhwanul Muslimin yang ada di Mesir, beliau menyampaikan bahwa “”Pemerintah Amerika telah memberikan sikap terhadap permasalahan Arab dan Palestina yang jauh dari kebenaran dan keadilan bahkan justru mendukung kezhaliman dan orang-orang yang melakukan kezhaliman.

Karena minuman coca cola adalah minuman yang berasal dari Amerika, maka menjadi kewajiban bagi kita dihadapan Allah, Negara, agama dan Arab untuk tidak membantu orang-orang yang mendukung Yahudi dalam melakukan penjajahan, permusuhan dan pembantaian terhadap umat Islam, karena hal tersebut tidak sesuai dengan agama dan perintah-perintahnya yang toleran dan mulia dan memerintahkan untuk memusuhi orang-orang yang melakukan permusuhan kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.

Karena itulah, saya mengajak kepada Ikhwanul Muslimin seluruhnya untuk menjadikan minuman coca cola sebagai minuman haram atas mereka, karena itu janganlah memasukkan minuman tersebut ke rumah-rumah dan kantor-kantor, serta tidak menjadi minuman yang disuguhkan kepada pengunjung atau tamu-tamu…

Ikhwanul muslimin wajib melakukan boikot terhadap minuman Amerika dan seluruh barang yang berasal dari Amerika, sementara bagi ikhwan yang menjual minuman tersebut maka harus mengembalikan kembali kepada produsennya, sehingga kita dapat memberikan sikap tegas kepada Amerika bahwa kita adalah umat yang memahami kewajibannya, dan sebagai umat yang tidak ingin membentangkan tangannya terbuka begitu saja serta tidak mau bekerja sama dengan musuh-musuhnya apalagi terhadap negara terang-terangan melakukan permusuhan kepada kita (umat Islam).

Demikianlah wasiat saya kepada kalian, dan inilah wasiat Allah dan wasiat Al-Qur’an.

Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah.

____________________________________

Sumber:

Turats imam Al-Banna, dinukil dari Koran Tanta. Edisi 838, tahun 23, tanggal 18 Sya’ban tahun 1367/26 Juni tahun 1948. (hal:7)

Baca Selengkapnya...

Saturday, November 7, 2009

Etika Timbal-balik Antara Pemimpin & Bawahan Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah yang Shahih

Oleh: Aba AbduLLAAH

Assalamu ‘alaykum,

Segala puji adalah hanya layak bagi ALLAH, kami memuji-NYA, meminta pertolongan kepada-NYA & meminta ampunan, dan kami berlindung dari keburukan hawa nafsu kami dan dari kejelekan amal-amal kami, barangsiapa diberi hidayah oleh ALLAH maka tiada yang dapat menyesatkannya & barangsiapa yang disesatkan ALLAH maka tiada yang dapat memberinya hidayah…

Dan kami bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali ALLAH, Yang Maha Esa & tiada sekutu bagi-NYA, dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah Nabi & rasul-NYA. Kamipun bersaksi sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabuLLAAH & sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi SAW, dan seburuk-buruk urusan adalah yang dibuat-buat, dan semua yang dibuat-buat itu adalah bid’ah & semua bid’ah adalah sesat & semua kesesatan adalah di neraka…

Ikhwah wa akhwat fiLLAAH a’anakumuLLAAHa jami’an,

Menyambut mulai masuknya sebagian du’at ke marhalah daulah & makin banyaknya ikhwah wa akhwat yang menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan (baik eksekutif maupun legislatif), dan semakin hari semakin banyak amanah kekuasaan yang diujikan oleh ALLAH SWT untuk dipegang oleh para du’at dari harakah ini, maka ada beberapa dhawabith kepemimpinan Islam yang merupakan ashalah da’wah kita, yang hendaknya selalu dijaga & diperhatikan..

Agar dijadikan sebagai Ma’alim Fi Thariq (Rambu-rambu dalam Perjalanan), demikian kata Sayyid Quthb -ja’alahuLLAAHu syahidan- atau sebagai Nurun ‘ala Darb (Cahaya dalam Perjalanan), demikian kata Syaikh Ibni Baaz -rahimahuLLAAH-; sehingga kita tidak menjadi ghurur (lupa diri), ataupun terjadi tamyi’ (pengenceran) terhadap nilai-nilai dakwah ini saat mengemban amanah memimpin ummat ini insya ALLAH, aamiin ya RABB…

Oleh sebab itu ana berusaha membuat tulisan ini untuk mencoba menjelaskan secara singkat Etika Kepemimpinan dalam Islam, serta Etika yang Saling Timbal-Balik, apa yang harus dilakukan & dipenuhi oleh seorang qiyadah (baik qiyadah dakwah maupun qiyadatul ummah), dan apa saja yang wajib dipenuhi oleh seorang jundiyyah (baik junudu dakwah maupun junudu daulah), sehingga mudah-mudahan kita selalu berada di dalam jalur yang benar & berhak mengharapkan ridha ALLAH & Jannah kelak, sebagai pemimpin ummat yang adil yang paling pertama akan diberi naungan oleh ALLAH SWT di yaumil Mahsyar kelak, aamiin ya RABB…

Wa ufawwidhu amrii ilALLAAH innaLLAAHa bashiirun bil ‘Ibaad,

Abi AbduLLAAH

AL-ADAAB AL-MUTABAADILAH BAYNA AL-QIYAADAH WAL JUNDIYYAH FII DHAU’IL KITAABI WAS SUNNAH

(Etika Timbal-balik Antara Pemimpin & Bawahan Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah yang Shahih)

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas orang-orang yang dipimpinnya di Hari Kiamat kelak.[1]”

1. KEPEMIMPINAN DALAM LUGHAH:

a. Imam: Asal katanya ‘Amama’ karena ia: Berada di depan (amam), mengasuh (ummah), menyempurnakan (atammah), menenangkan (yanamma). Berkata Imam Al-Jauhary : Imam adalah orang yang memberi petunjuk (yuqtada)[2].

b. Amir: Yang memberi perintah (seperti dalam ayat : Amarna mutrafiha), juga sesuatu yang mengagumkan (seperti dalam ayat : laqad ji’ta syai’an imra)[3].

c. Waliyy: Dekat, akrab (Jalasa mimma yali=duduk dengan orang didekatnya); tempat memberikan loyalitas (ALLAHumma man waliya min amri ummati)[4].

d. Qadah/qiyadah: Penggiring ternak, orang yang memberi petunjuk, pemandu atau penunjuk jalan[5].

e. Khalifah: Para fuqaha’ mendefinisikannya sbg suatu kepemimpinan umum yg mencakup urusan keduniaan & keagamaan, sbgm yg dilakukan oleh Nabi SAW yg wajib dipatuhi oleh seluruh ummat Islam. Menurut Imam Al-Mawardi sama dengan al-Imamah, karena inilah asal dari kepemimpinan di masa Nabi SAW, yaitu untuk memimpin agama & keduniaan[6]. Menurut Ibnu Khaldun yaitu penanggungjawab umum dimana seluruh urusan kemaslahatan syari’at baik ukhrawiyyah maupun dunyawiyyah kembali kepadanya[7].

2. KEPEMIMPINAN DALAM AL-QUR’AN:

a. Memiliki Loyalitas yang Mutlak: “Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi Pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.[8]”

b. Kuat & Amanah: “Berkata salah seorang diantara anaknya (Syu’aib) : Wahai ayahanda, jadikanlah ia sebagai pegawai, karena sebaik-baik pegawai adalah yang kuat lagi bisa dipercaya.[9]”

c. Sehat & Berilmu: “…Sesungguhnya ALLAH SWT telah memilihnya (Thalut) sebagai rajamu, karena ia memiliki kekuatan fisik dan berilmu. Sesungguhnya ALLAH memberikan kekuasaan-NYA kepada siapa yang dikehendaki-NYA, sesungguhnya IA Maha Luas (ilmu-NYA) lagi Maha Mengetahui.[10]”

d. Merupakan Ujian ALLAH SWT: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya AKU akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zhalim.[11]“

e. Merupakan Tanda Ketaqwaan: “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.[12]”

3. KEPEMIMPINAN DALAM AS-SUNNAH:

a. Jujur dan Tidak Menipu: Nabi SAW melaknat pemimpin yang dipercaya untuk mengurus urusan ummat lalu ia malah menipu atau menyengsarakan mereka, sebagaimana dalam sabdanya SAW : “Ya ALLAH, siapa saja yang diberikan kekuasaan untuk mengurusi ummatku lalu ia menyengsarakan mereka, maka persulitlah ia. Dan siapa saja yang diberi kekuasaan lalu ia mempermudah mereka, maka mudahkanlah ia.[13]” Dan Islam menyatakan bahwa pemimpin yang tidak memperhatikan kebutuhan, kedukaan dan kemiskinan ummat maka ALLAH SWT tidak akan memperhatikan kebutuhan, kedukaan dan kemiskinannya pada Hari Kiamat kelak[14].

b. Adil & Amanah: Islam menempatkan pemimpin yang adil dan amanah dalam derajat manusia yang tertinggi, yang memperoleh berbagai penghargaan dan kehormatan. Diantaranya ia termasuk kelompok pertama yang dinaungi oleh ALLAH SWT diantara 7 kelompok utama yang dinaungi-NYA pada Hari Kiamat kelak[15]; Iapun akan berada di atas mimbar dari cahaya nanti di Hari Kiamat[16]; Dan pemimpin yang demikianlah yang akan senantiasa dicintai dan didoakan oleh rakyatnya karena kebijaksanaannya memimpin rakyatnya[17]; Sehingga dalam salah satu haditsnya, nabi SAW sampai menyatakan bahwa pemimpin yang demikian termasuk 3- golongan manusia yang paling utama dan paling berhak masuk Jannah, disamping orang yang lembut dan penyayang pada keluarganya dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta[18].

c. Tidak Wajib Taat pada Pemimpin yang Memerintahkan Maksiat: Oleh karena itu di dalam Islam pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagaimana disebutkan diataslah yang berhak dan wajib untuk ditaati (Tafsir QS An-Nisaa’, 4:59), syarat taat pada pemimpin dalam ayat tersebut adalah mu’allaq/tergantung pada apakah ia taat pada ALLAH SWT dan Rasul SAW atau tidak, dimana cirinya adalah ia senantiasa kembali kepada ALLAH SWT dan rasul-NYA SAW jika terjadi perbedaan pendapat ataupun perselisihan) dan bukan pemimpin yang memiliki sifat sebaliknya, jika ia memiliki sifat sebaliknya maka tidak wajib sama sekali untuk didengar dan ditaati[19].

d. Tidak ada Batasan Ras/Kebangsaan: Tentang siapa pemimpin itu Islam tidak membatasi ia dari ras dan kelompok apapun, asal mengikuti dan menegakkan syariat maka wajib ditaati, sekalipun ia adalah seorang yang berkulit sangat hitam yang kepalanya bagaikan kismis (saking hitamnya)[20]. Kendatipun demikian, afdhal memilih pemimpin disesuaikan dengan suku/kebangsaan rakyat yg dipimpinnya[21].

e. Pemimpin Wajib Memilih Bawahan yang Jujur: Seorang pemimpin yang adil tentunya akan memilih pembantu-pembantu, wakil-wakil dan menteri-menteri yang adil pula. Tidak mungkin seorang yang baik (tanpa keterpaksaan) akan mengangkat atau memilih wakil dan menteri yang merupakan para musuh ALLAH SWT, seperti para koruptor, kaum oportunis apalagi para kolaborator asing[22]. Benarlah pernyataan pemimpin abadi kita nabi Muhammad SAW : “Jika ALLAH SWT menghendaki kebaikan kepada seorang penguasa, maka IA akan memberikan untuknya menteri-menteri yang jujur, (yaitu) yang jika ia khilaf maka selalu mengingatkan dan jika ia ingat maka selalu dibantu/didorong. Dan jika ALLAH SWT menghendaki keburukan kepada seorang penguasa, maka IA akan memberikan untuknya para menteri yang jahat. Jika penguasa itu lupa, maka tidak diingatkan dan jika ia ingat maka tidak didorong/dibantu.[23]”

4. KEWAJIBAN TAAT PADA PEMIMPIN YANG ISLAMI:

a. Wajib Taat pada Pemimpin yang Islami: Bersabda Nabi SAW : “Barangsiapa yg taat kepadaku maka ia telah taat kepada ALLAH, dan barangsiapa yg tidak taat kepadaku maka berarti tidak taat kepada ALLAH. Barangsiapa yg taat kepada Pimpinan (yg nyunnah) maka berarti ia telah taat kepadaku, dan barangsiapa yg tidak taat kepada pimpinan (yg nyunnah) maka berarti ia telah tidak taat kepadaku.[24]”

b. Ketaatan tersebut tetap Berlaku Walaupun Di Satu Sisi Seolah Mengorbankan Kepentingan sebagian Rakyatnya: Dari Abu Hunaidah, Wa’il bin Hajar ra berkata : Bertanya Salmah bin Yazid al-Ju’fiy pd Rasulullah SAW : Wahai Nabi Allah … bgm pendptmu jk ada seorg pemimpin yg selalu meminta ketaatan dari kami tapi tidak memberikan hak kami, apa yg anda perintahkan pd kami ? Maka Rasulullah SAW memalingkan wajahnya, mk Salmah bertanya lagi yg kedua kali, maka jawab Rasulullah SAW : Dengarlah oleh kalian semua dan taatilah ia, karena bagi kalian pahala ketaatan kalian dan baginya dosa ketidakadilannya.[25]”

c. Dosanya Memisahkan Diri dari Ketaatan pada Pimpinan yang Islami: Bersabda Nabi SAW : “Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan, maka ia kelak akan bertemu dengan ALLAH SWT tanpa dapat mengemukakan argumentasi apapun.[26]” Dalam hadits lainnya: “Barangsiapa meninggalkan ketaatan lalu memisahkan dirinya dari Jama’ah lalu ia meninggal maka ia mati Jahiliyyah.[27]” Perhatikan baik-baik dalam hadits tersebut disebutkan Al-Jama’ah, yg maksudnya Jama’ah Islam, bukan sembarang pemerintahan, (lihat pula judul bab pada takhrij hadits tersebut di dalam Shahih Muslim).

5. BENTUK-BENTUK KETAATAN:

a. Mendengarkan dan memahami perintah dengan sebaik-baiknya, memohon penjelasan sampai jelas kemudian melaksanakannya dengan tidak menunda-nunda dan dengan sebaik-sebaiknya. Lihat kisah Ali bin Abi Thalib ra dalam perang Khaibar dalam Shahih Bukhari[28].

b. Melipatgandakan kesabaran saat melaksanakan perintah tersebut, ikhlas dan tidak menguranginya atau menambahinya sedikitpun. Lihat kisah Jundub bin Makits al-Juhni saat dalam Sariyah[29].

c. Melaksanakan dengan segera perintah tersebut, walaupun tidak sesuai dengan pendapatnya atau berbeda dengan keinginannya, lihat kisah Hudzaifah bin Yaman saat perang Ahzab[30].

d. Saling memberi dan menerima nasihat. Lihat kisah Umar bin Khattab ra saat perjanjian Hudhaibiyyah dengan Nabi SAW & Abubakar ra[31].

e. Meminta izin dalam setiap urusan pentingnya atau sebelum mengambil keputusannya[32].

WaLLAAHu a’lamu bish Shawaab…

Catatan Kaki:

[1] HR Bukhari, XXII/43 no. 6605; Muslim, IX/352 no. 3408

[2] Lisanul Arab, Ibnu Manzhur, XII/22

[3] Lisanul Arab, III/370

[4] Ash-Shihah fil Lughah, Al-Jauhary, I/22

[5] Al-Qamus Al-Fiqhi, I/388

[6] Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, Al-Mawardi, hal.3

[7] Al-Muqaddimmah, Ibnu Khaldun, hal.180

[8] QS Al-Maidah, 5/55-56

[9] QS Al-Qashshash, 28/26

[10] QS Al-Baqarah, 2/247

[11] QS Al-Baqarah, 2/124

[12] QS Al-Furqan, 25/74

[13] HR Muslim no. 1828

[14] HR Abu Daud no. 2948; Tirmidzi no. 1332; al-Hakim IV/93-94; menurut Imam al-Mundziri sanad-nya shahih karena ada syahid dari hadits Muadz ra yang diriwayatkan oleh Ahmad V/238-239.

[15] HR Bukhari II/119 dan 124; Muslim no. 1031

[16] HR Muslim no. 1827; Nasa’i VIII/221; Ahmad II/160

[17] HR Muslim no. 1855

[18] HR Muslim no. 2865

[19] Bukhari XIII/109; Muslim no. 1839; Abu Daud no. 2626; Tirmidzi no. 1707; Nasa’i VII/160

[20] HR Bukhari XIII/108

[21] HR Bukhari, XXII/44, bab Al-Umara’u min Quraisy; Muslim, IX/333-338

[22] QS Al-Mumtahanah, 60:1

[23] HR Abu Daud no. 2932, dengan sanad yang baik menurut syarat Muslim; juga Nasa’i VII/159 dengan sanad yang shahih

[24] HR Bukhari, kitab al-Jihad, bab Yuqatilu min Wara’il Imam, juz-IV, hal.61

[25] HR Muslim, bab Fi Tha’atil Umara’ wa in Mana’u, IX/384

[26] HR Muslim, IX/393

[27] HR Muslim, kitab al-Imarah, bab Wujub Mulazamatin Jama’atil Muslimin ‘Inda Zhuhuril Fitan, juz-III hal.1476

[28] Fathul Bari’ , Ibnu Hajar, IV/57,58; V/22,23,171

[29] Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir, IV/222,223

[30] Shahih Muslim, III/1414, 1415; Musnad Ahmad, V/392,393

[31] Sirah Nabawiyyah, Ibnu Katsir , III/218, 319

[32] QS An-Nur, 24/62

Baca Selengkapnya...

Template by - Abu Syamil