Thursday, October 15, 2009

Ulama Palestina: Persatuan Umat Islam Jalan Satu-satunya Untuk Kemerdekaan Kota Suci dan Masjid Al-Aqsha

Ikhwanonline.com

Syeikh Yusuf Jum’ah Salamah, salah seorang ulama masjid Al-Aqsha al-mubarak menegaskan bahwa persatuan bangsa Arab dan Umat Islam serta menghilangkan pertikaian dan perpecahan yang terjadi di dalamnya adalah jalan satu-satunya untuk mengembalikan kota-kota suci, memerdekakannya dan membersihkannya dari najis Yahudi para pelaku kerusakan, terutama masjid Al-Aqsha yang suci.

Dalam konferensi yang diselenggarakan di kantor persatuan wartawan Mesir hari ini beliau meminta kepada para ulama umat Islam untuk menjelaskan hakikat pertikaian dan perseteruan yang sebenarnya antara Arab dan Zionis, bahwa hal tersebut merupakan perang agama bukan perang politik belaka, dan memberikan peringatan bahwa rencana dan konspirasi busuk Zionis hampir mencapai kesempurnaan untuk meyahudikan Al-Quds, yang mana pada akhir konsensusnya adalah dikeluarkannya keputusan tentang rencana penghancuran 55 rumah yang terdapat di camp pengungsian “Sya’fath”.

Dan beliau juga menegaskan bahwa entitas Zionis, dalam rencana ini menargetkan pengokohan posisinya atas kota al-muqaddasah (kota yang suci) dan menerapkan shibghah Zionisme atasnya serta menghilangkan berbagai unsur dan simbol Arab, Islam dan Nasrani di dalamnya. Dan pada sisi lain beliau juga mengingatkan bahwa Umat Islam pada hakikatnya memiliki banyak pilar dan unsur untuk menggapai kemenangan; ekonomi yang kuat, ide yang brilliant dan tangan yang aktif bekerja, namun yang kurang dari mereka adalah persatuan.

Syeikh salamah juga mengatakan bahwa apa yang terjadi di Al-Quds saat ini bukan hal yang baru, namun merupakan bagian dari rentetan rencana Zionis yang diawali sejak bercokolnya Yahudi di kota yang suci ini setelah perang dan agresi tahun 1967, dan yang pertama kali di lakukan Zionis saat itu adalah mendirikan tembok yang mereka namakan dengan “Tembok Ratapan” padahal konsensusnya bertolak belakang dengan yang dikeluarkan oleh negara-negara anggota PBB tahun 1931 bahwa tembok kilat bagian yang tidak dipisahkan dari masjid Al-Aqsha yang dimiliki ikatan secara khusus oleh umat Islam dan bukan milik Yahudi.

Beliau juga memuji atas sumbangan dan bantuan bangsa-bangsa di dunia, Arab dan Islam terhadap Al-Quds dan Gaza, namun beliau tetap meminta bantuan lebih dengan melakukan usaha untuk menolong dan berjuang bersama warga Palestina di Al-Quds dan mendirikan hubungan baik dengan mereka di berbagai sektor; bisnis, rekonstruksi, membangun rumah sakit dan melengkapinya dengan peralatan dan perangkat yang memadai.

Adapun tentang pengaruh arah pemerintah Zionis di masa yang akan datang tentang rencana meyahudikan al-Quds, beliau berkata: “Usaha penggalian dan penghancuran pada pondasi-pondasi Masjid Al-Aqsha bukan ide pemerintah sayap kanan saja, namun itu semua merupakan strategi Zionis yang telah disepakati bersama oleh seluruh partai sekalipun masih terjadi perbedaan pendapat, dan setiap mereka melakukan perannya sesuai dengan waktu dan kemampuan”. Beliau juga menegaskan bahwa file penggalian tidak berada di tangan pemerintah namun terdapat pada tangan-tangan lembaga-lembaga ekstrim yang berusaha melakukan konspirasi pecah belah Faksi-faksi Palestina, diiringi dengan masa bodohnya bangsa Arab dan diamnya warga internasional sehingga memuluskan berbagai rencananya.

Salamah juga menekankan bahwa masjid Al-Aqsha dan kota suci bukan milik bangsa Palestina saja, namun merupakan milik umat Islam di seluruh dunia, sambil berkata: “Wahai saudara kami tercinta, Palestina adalah milik umat Islam, dan barangsiapa yang merasa memiliki sesuatu maka hendaknya ia menjaga dan mempertahankannya”.

Beliau juga menjelaskan bahwa hubungan umat Islam dengan masjid Al-Aqsha dalah hubungan keyakinan dan aqidah; karena perjalanan yang dilakukan oleh nabi saw pada rihlah Isra dan mi’raj merupakan mukjizat yang juga merupakan bagian dari aqidah dan keyakinan, begitu pula bahwa masjid al-Aqsha menjadi saksi akan perhelatan akbar konferensi tingkat tinggi para nabi dan rasul pada malam isra dan mi’raj, dan nabi pada saat itu menjadi imam, seperti yang diingatkan oleh nabi saw:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلىَ الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مََنْ خَذَلَهُمْ. قِيْلَ: أَيْنَ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ

“Umatku akan terus berada dalam kebenaran dan tegas berpegang teguh padanya tidak takut terhadap orang yang melecehkan dan menghinakannya. Dikatakan: di manakah mereka wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “di Baitul Maqdis dan di punggung Baitul Maqdis”.

Syeikh Salamah juga menegaskan bahwa bangsa Palestina masih tetap berpegang teguh dengan agama mereka, mempertahankan aqidah dan keyakinan mereka serta setia dengan bumi dan tanah air mereka, dan mereka tidak akan meninggalkan bumi Palestina sejengkal pun walau harus mati syahid karenanya.

Syeikh Salamah mengecam pelecehan yang ditayangkan oleh stasiun televisi Zionis terhadap nabi Isa As dan ibunya Maryam, dan menegaskan bahwa aqidah Islam sangat menghormati para pemuka agama, dan barangsiapa yang memusuhi salah satu nabi dan rasul maka pada hakikatnya telah memusuhi nabi Muhammad saw.

0 comments:

Post a Comment

Template by - Abu Syamil