Tuesday, February 9, 2010

Ikhwanul Muslimin Di Bawah Naungan Panji Al-Qur’an


Kepada para pemuda…. Yang merinduk lahirnya kejayaan …

Kepada umat yang tengah…. Kebingungan di persimpangna jalan…

Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya…. Yang telah menggoreskan catatan membanggakan

Di lembar sejarah umat manusia… Kepada setiap muslim….

Yang yakin akan masa depan dirinya…. Sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan

Di kampung akhirat… Kepada mereka semua kami persembahkan risalah ini….

RISALAH IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA

Adalah sebuah risalah masa lalu yang penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan…

Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan, Untuk masa depan yang penuh cahaya…

Wahai para pemuda…

Wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur….

Untuk membangun kehidupan…

Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah….

Wahai semua yang turun ke medan…

Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya….

Disinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan…

Di sinilah hikmah itu, disinilah kebenaran…

Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad…

Bersegeralah bergabung dengan pareda bisu…

Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi…

Untuk menyatu dengan pasukan Ikhwanul Muslimin…

“Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama seluruhnya milik Allah.”

Ikhwanul Muslimin

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabatnya.

Kami ucapkan salam Islam, salam dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan,

“Assalaamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Wahai umat manusia seluruhnya….

Suara jeritan ini; yang berkumandang dari relung tragedi kemanusiaan yang getir dan memilukan; yang lahir dari rahim kegelapan zaman ini, di arus kehidupan yang memancar dari teriakan prihatin seluruh alam; yang dibawa oleh gelombang lembut menyelusup ke berbagai penjuru kehidupan; yang dapat mematikan secara mengejutkan segala impian, janji-janji, dan fenomena yang menipu serta penuh kepalsuan; Mendorong kita untuk terjun dengan dakwah ini…

Dakwah yang tenang, namun lebih gemuruh dari tiupan angin topan yang menderu…

Dakwah yang rendah hati, namun lebih perkasa dari keangkuhan gunung yang menjulang…

Dakwah yang terbatas, namun jangkauannya lebih luas dari belahan bumi seluruhnya…

Ia sepi dari prilaku yang menipu, dan gemerlap yang penuh dusta. Sebaliknya, ia dikemas oleh keagungan hakikat, keindahan wahyu, dan pemeliharaan Allah.

Ia bersih dari berbagai kerakusan nafsu dan kepentuingan pribadi. Oleh karenanya, ia mampu melahirkan putra-putra generasi yang percaya padanya dan tulus bekerja untuknya; yang memandu tertegaknya bangunan di bawah naungan dakwah yang pertama…

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Wahai manusia seluruhnya…

Dangarlah suaranya yang bergemuruh, yang disambut oleh seruan para da’i setelahnya sebagaimana teriakan dakwah sebelumnya;

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ . قُمْ فَأَنْذِرْ . وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ

“Wahai yang berselimut, bangun dan berilah peringatran. Dan Tuhanmu maka agungkanlah.”

Bersamaan dengan itu berkumandang pula firman-Nya:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr: 94)

Dan wahyu senantiasa menyeru seluruh umat manusia dengan seruan:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, ‘maka berimanlah kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk,” (Al-A’raf: 158)

Di mana posisi kita berhadapan pesan-pesan Islam ini?

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Wahai manusia seluruhnya…

Sesungguhnya Allah swt. telah membangkitkan untukmu seorang pemimpin, telah menggariskan bagimu aturan, telah menjelaskan kepadamu hukum-hukum, menurunkan untukmu sebuah Kitab, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, membimbingmu menuju kebaikan dan kebahagiaan, serta menunjukimu ke jalan yang lurus. Adakah kamu telah mengikuti pemimpin itu, kamu hormati aturannya, kamu praktekkan hukum-hukumnya, dan kamu sakralkan Kitab yang dibawanya? Sudahkah kamu halalkan yang ia halalkan dan kamu haramkan yang ia haramkan?

Berterus teranglah menjawab pertanyaan tersebut, niscaya akan kamu jumpai hakekat yang jelas dihadapanmu.

Seluruh aturan yang engkau jadikan pijakan dalam setiap urusan hidupmu adalah aturan buatan manusia belaka; yang tidak ada hubungannya dengan Islam; tidak digali dari sumber nilai Islam dan tidak pula disandarkan kepadanya.

Undang-undang yang mengatur urusan dalam negerimu, peraturan yang mengatur hubungan negaramu dengan negara lain (baik bilateral maupun multilateral), undang-undang peradilan, undang-undang pertahanan keamanan dan militer, sistem ekonomi (baik menyangkut ekonomi negera maupun personal), sistem pendidikan, bahkan undang-undang perkawinan dan kerumahtanggaan serta sistem perilaku personal, juga mentalitas umum para pejabat dan rakyat serta berbagai fenomena kehidupan yang dilahirkannya, semua itu adalah sistem dan undang-undang yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Apa Lagi yang Masih Tersisa

Lihatlah masjid-masjid itu, yang megah dan indah, dia dipenuhi oleh orang-orang lemah dan renta, yang menunaikan rakaat shalatnya tanpa muatan ruh dan khusyuan, kecuali sedikit dari padanya yang mendapat hidayah Allah.

Sedangkan hari-hari puasa mereka setiap tahun tidak lebih dari sekedar saat-saat bermalasan dan berhari libur, serta saat untuk memanjakan makan dan minum di malam harinya. Sedikit sekali dari mereka yang memperoleh pembaharuan ruh iman dan penyucian hati dengan puasanya.

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, dan amat sedikitlah mereka itu…” (Shaad: 24)

Lalu berbagai penampilan yang menipu seperti pakaian, kopyah, tasbih dengan berbagai asesorisnya, jenggot yang menjuntai panjang, sorban yang membalut sekujur badan, kata-kata agamis yang diucapkan…. Apakah hanya sebatas itu hakekat Islam yang diinginkan Allah. Hanya sebatas itukah Islam yang diturunkan sebagai rahmat yang agung dan anugrah yang besar bagi seluruh alam?

Apakah seperti ini hidayah yang dibawa oleh Muhammad saw., yang dengannya hendak dikeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya?

Itukah hakekat syari’at Al-Qur’an yang akan mengobati penyakit umat manusia dan menyelesaikan persoalan mereka, yang telah meletakkan sistem nilai -yang cermat dengan akarnya yang kokoh- untuk melakukan perbaikan?

Gelombang Taklid Kepada Barat

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Wahai umat manusia seluruhnya…

Kita harus memahami bahwa sebuah gelombang peradaban yang siap menghempaskan dan arus pemikiran yang siap melemparkan telah mengharu-biru akal pikiran manusia, yang membuatnya lalai dan terperdaya, hingga jatuh tersunggkur dalam kubangan kenikmatan semu.

Berbagai faham dan aliran bangkit dengan seruannya, beragam filsafat pemikiran dan sisitem dimunculkan, berbagai bangunan peradaban ditegakkan, semua ini bersatu dalam rangka menghadapi arus Islam yang telah mengaliri jiwa putra-putranya.

Mereka bersatu untuk memperdayakan umat di tempat tingalnya sendiri, mengepung mereka dari segala penjuru, merasuki negeri dan rumah-rumah mereka, bahkan menguasai hati, nalar, dan perasaan mereka. Mereka menyiapkan segala daya dan upaya yang dapat memperdaya umat dengan kekuatan dan kekuasaannya, dengan suatu upaya yang belun pernah dilakukan sebelumnya.

Ia hancur luluhkan umat Islam hingga akar-akarnya, dan ia pencundangi berbagai negeri yang dahulu pernah cemerlang di bawah panji Daulah Islam. Dan ini semua memberi pengaruh yang amat nyata, sehingga lahirlah generasi yang gersang dan papa, yang lebih akrab dengan nilai-nilai di luar Islam daripada dengan miliknya sendiri.

Mereka lalu menempati posisi-posisi penting sebagai pengendali urusan umat, mereka menduduki posisi terhormat dalam urusan pemikiran dan politik, maupun moral dan agama. Bahkan banyak diantaranya yang menduduki lembaga eksekutif. Lalu mereka mendorong umat untuk bekerja memenuhi apa yang menjadi ambisi dan obsesinya, padahal dirinya tidak tahu persis apa yang dimauinya dan apa pula yang menjadi orientasi hidupnya.

Akhirnya, berkumandanglah suara propagandis yang menyeru kepada pemikiran toghut; jika kalian melepaskan sisi-sisa semangat Islam kalian, kalian terima dengan lapang dada tawaran untuk merengkuh nikmat hidup ini dengan segala harga, pola pikir dan Iafenomenanya, kalian lemparkan jauh-jauh pola pikir kuno yang ada di kepala dan benak kalian dengan tulus hati, tidak munafik dan menipu, maka hakikatnya kalian telah berprilaku sebagaimana orang-orang barat namun mulut kalian tetap bersuara sebagaimana orang-orang muslim.

Sesungguhnyalah kita mengetahui bahwa kita telah jauh dari hidayah dan akar Islam.

Sebenarnya Islam tidak menolak untuk memetik kemanfaatan dan hikmah dari mana pun datangnya, namun ia menolak tegas jika harus menyerupakan segala sesuatunya dengan hal yang di luar Islam, atau melemparkan aqidah, kaidah-kaidah hukum, serta pemikiran Islam, untuk kemudian membeo di belakang masyarakat yang telah terperdaya oleh dunia dan terperangkap oleh tipu daya syetan.

Sungguh , ilmu pengetahuan telah maju, keterampilan telah canggih, pemikiran telah berkembang, harta berceceran dan dunia gemerlapan dan umat manusia pun tenggelam dalam lautan kenikmatan.

Namun demikian, apakah ini semua mendatangkan kebahagian hakiki bagi mereka?

Apakah itu semua menciptakan rasa aman pada hidup mereka?

Atau, apakah itu semua membawa jiwa mereka menuju ketenangan dan kedamaian yang sejati?

Apakah setiap orang telah menikmati saat tidurnya?

Apakah air mata derita manusia benar-banar tiada lagi menetes?

Apakah kejahatan telah diperangi sehingga masyarakat telah aman daripadanya?

Apakah berjuta fakir miskin telah benar-benar dapat mencukupi kebutuhan perutnya yang dililit rasa lapar?

Apakah berbagai tempat hiburan dan kesenangan yang telah memenuhi setiap tempat benar-benar telah menghibur mereka yang didera derita hidup terus-menerus?

Apakah masyarkat telah benar-benar mencicipi hidangan ketenangan dan kedamaian, dan telah aman dari perilaku orang-orang aniaya?

Wahai manusia, sedikitpun tidak mereka dapatkan semua itu.

Jika demikian, lalu apa keistimewaan peradaban ini dibanding dengan peradaban yang lain?

Dan bukan itu saja.

Tidakkah kita melihat bahwa sistem hukum, sistem pendidikan, dan akar filsafat mereka, bahkan paradigma ilmu pengetahuan yang mereka bangun serta angka-angka yang mereka ciptakan terdapat sesuatu yang paradoks antara satu bagian dengan bagian lainnya.

Dan tidakkah kita mengamati bahwa berbagai eksperimen yang telah meminta korban yang besar dan waktu yang panjang berujung pada kegagalan yang pahit, keputusasaan dan penderitaan?

URGENSI KEBERADAAN KITA

Lantas apa urgensi keberadaan kita wahai Ikhwanul Muslimin?

Secara umum dapat kita katakan bahwa kita berhadapan dengan gelombang materialisme, yang berupa kebangkitan sektor materi dan peradaban kelezatan serta syahwat, yang mana ia telah memerosotkan moral bangsa-bangsa Islam, menjauhkan mereka dari kepemimpinan Nabi saw. Dan hidayah Qur’an, menghalangi dunia dari bimbingannya, menarik mundur peradabannya ke masa ratusan tahun silam sehingga kita terbelenggu di negeri sendiri dan membiarkan masyarakat bergulat dengan derita.

Kita tidak boleh tinggal diam di hadapan ini semua, namun harus hadapi mereka ditempatnya dan siap bertempur di bumi mana ia bercokol, hingga dunia seluruhnya menyuarakan dakwah atas nama Nabi saw. Dan menanamkan keyakinan kepada semua bangsa terhadap nilai-nilai Islam.

Dengan demikian, terkembanglah payung Islam mengayomi seluruh bumi. Ketika itulah impian setiap muslim terwujud. Tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya hanya milik Allah.

وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ . فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

“Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari kemenangan itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (A-Ruum: 30)

Itulah urgensi keberadaan kita scara umum.

Adapun dalam tatanan praktis kita ingin menegakkan nilai-nilai Islam di negeri Mesir terlebih dahulu, karena ia berada di barisan depan diantara berbagai bangsa Islam dan masyarakatnya. Setelah itu baru ditegakkan di negara-negara lainnya.

Menegakkan sistem perundangan dalam negeri, sebagai perwujudan firman Allah:

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hartilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu…” (Al-Maidah: 49)

Menegakkan sistem perundangan yang mengatur hubungan negara dengan berbagai bangsa di dunia, untuk mewujudkan firman Allah:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (Al-Baqarah: 143)

Menegakkan hukum peradilan yang berpijak pada ayat Al-Qur’an:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kami hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa: 65)

Menegakkan sistem perundangan pertahanan dan keamanan serta militer, untuk merealisasi anjuran sikap siaga menghadapi perintah yang tertuang dalam Qur’an:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah” (At-Taubah: 41)

Menegakkan sistem ekonomi yang mandiri untuk mengatur kekayaan alam harta benda, baik bagi negara maupun pribadi warganya. Hal ini berpijak pada firman Allah:

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang tidak sempurna akalnya harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (An-Nisa:5 )

Menegakkan sistem pendidikan dan pengajaran dalam rangka memberantas kebodohan, sesuai dengan pesan Ilahi dalam Qur’an:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan.” (Al-Alaq: 1)

Menegakkan undang-undang keluarga dan kerumahtanggaan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pendidikan anak di rumah, baik putra maupun putri. Hal ini sebagia realisasi firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (At-Tahrim: 6)

Menegakkan sistem perundangan yang mengatur perilaku individu untuk mewujudkan keberhasilan hidup yang dicita-citakan, sesuai dengan isyarat Qur’an:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

“Telah beruntung orang yang mensucikan dirinya.” (Asy-Syams)

Menegakkan iklim positif secara umum untuk melindungi setiap pribadi masyarakat, baik pejabat maupun rakyat, dengan berpijak pada firman-Nya:

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan duniawi, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini..” (Al-Qashash: 77)

Dengan tegaknya itu semua, kita menginginkan terwujudnya:

Pribadi muslim..

Rumah tangga muslim..

Masyarakat muslim..

Pemerintah muslim..

Dan suatu negara yang mengayomi negri-negeri Islam, menghimpun berbagai keanekaragaman kaum muslimin, menyiapkan kejayaan masa depan mereka, mengembalikan buminya yang hilang dan berjuang mendapatkan kembali tanah air mereka yang terampas. Lalu ia panggul panji jihad dan bendera dakwah ilallah hingga dunia seluruhnya damai di bawah naungan Islam.

BEKAL KAMI

Wahai sekalian manusia….

Inilah tujuan kami, dan Inilah manhaj kami.

Lantas apa bekal kami untuk mewujudkan manhaj ini?

Bekal kami adalah bekal yang juga dimiliki para pendahulu kami. Dia adalah senjata yang pernah dipakai untuk memerangi dunia oleh pemimpin dan teladan kami; Muhammad Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Dengan kelangkaan bilangan dan sedikitnya bekal namun ditopang oleh kesungguhan yang agung. Itu pula senjata yang akan kami pergunakan untuk memerangi dunia ini kembali.

Mereka telah beriman dengan sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sesuci-sucinya dan seabadi-abadinya iman;

- Iman kepada Allah, pertolongan, dan dukungan-Nya.

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ

“Jika Allah menolong kamu , maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu…” (Ali Imran: 160)

- Iman kepada panglimanya, beserta ketulusan hati, dan kepemimpinannya,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu…” (Al-Ahzab: 21)

- Iman kepada sistem dengan keistimewaan dan keunggulannya,

يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhan-Nya ke jalan keselamatan…” (Al-Maidah: 16)

- Iman kepada persaudaraan dengan hak dan kewajiban serta kesuciannya,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…” (Al-Hujurat: 10)

- Iman kepada balasan akhirat dengan keagungan dan kelipatannya,

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

“…Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shaleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (At-Taubah: 120)

- Iman kepada keberadaan diri mereka sendiri, yakni sebagai jamaah yang dipilih oleh takdir untuk berperan menyelamatkan alam semesta ini, yang telah mendapatkan keutamaan dengan peranannya ini dan jadilah mereka sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya.

Mereka telah mendengar penggilan iman, lalu mereka pun beriman. Kita berharap bahwa Allah swt. berkenan menanamkan rasa cinta kepada iman ini dan menjadikannya sebagai hiasan di hati, sebagaimana ia telah menganugrahkan hal yang sama kepada para pendahulu kita.

Iman Adalah Bekal Utama Kami

Mereka telah mengetahui dengan pengetahuan yang sebenar-benarnya dan sekuat-kuatnya bahwa dakwah mereka tidak akan memperoleh kemenangan kecuali dengan jihad, kesungguhan, dan pengorbanan jiwa raga. Maka mereka pun persembahkan jiwa dan raganya. Mereka berjihad dengan sebenar-benar jihad dan menyambut seruan Zat Yang Maha Rahman kepada mereka:

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya..”‘ (At-taubah: 24)

Maka begitu mereka mendengar peringatan, mereka lari meninggalkan segalanya dengan jiwa yang bersih dan kalbu. yang ridha. Mereka bersuka. cita dengan janji setia yang telah mereka ikrarkan kepada Allah. Salah satu dari mereka memeluk akrab kematian sambil bergumam, “…Menuju keharibaan Allah tanpa bekal. ”

Salah satu dari mereka mempersembahkan seluruh hartanya sembari berkata, “Untuk keluarga saya sisakan Allah dan Rasul-Nya ”

Satu lagi dari mereka bahkan bersenandung tatkala pedang musuh telah menempel di lehernya,

Dan aku pun tiada peduli # tatkala terbunuh sebagi muslim

Dalam keadaan bagaimana jua # pangkuan Allah lah tempat robohku

Demikianlah, mereka adalah orang-orang yang gigih perjuangannya, besar pengorbanannya, dan luas persembahannya. Demikian juga yang kita inginkan.

Jihad Adalah Bekal Kami juga

Setelah itu semua kami persembahkan, kami percaya sepenuhnya akan pertolongan Allah, dan kami yakin atas dukungan-Nya.

وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ (39) الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Al-Hajj:39-40)

Antara Hayalan dan Kenyataan

Orang-orang yang mendengar uraian ini akan berkata. bahwa itu adalah hayalan dan impian belaka.

Bagaimana mungkin orang-orang yang tidak memiliki kekuatan apapun kecuali iman dan semangat jihad dapat mengalahkan kekuatan raksasa yang memiliki senjata beranekaragam?

Bagaimana mungkin mereka dapat menembus jantung pertahanan musuhnya padahal ia berada di antara dua taring harimau ?

Banyak orang akan mengatakan ungkapan yang serupa ini. Yang demikian itu bisa dimaklumi, karena mereka telah putus asa akan nasib dirinya dan telah putus asa akan terjalinnya hubungan dengan Yang Mahakuat dan Maha Menentukan.

Akan halnya kami, tidaklah demikian keadaannya. Kami tegaskan bahwa ia adalah kenyataan yang kami yakini wujudnya dan tengah kami perjuangkan tegaknya. Kami merenungi firman Allah swt.,

وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu berharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan..” (An-Nisa: 104)

Sesungguhnya para pendahulu kami, yang telah membebaskan berbagai wilayah bumi dan telah Allah swt. kokohkan kedudukannya, tidaklah besar bilangan personilnya dan tidak pula melimpah bekal persiapannya, namun mereka beriman dengan sungguh-sungguh dan berjihad.

Dan hari ini kami akan kalkulasi diri dengan penuh optimisme sebagaimana Rasulullah saw. mengkalkulasi pada suatu hari, tatkala beliau bersabda,

“Berilah Khubbaib kabar gembira akan munculnya kemenangan ini sehingga seorang pengembara berjalan dari Adn ke Amman tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan domba pun aman di hadapan serigala.”

Padahal ketika itu mereka masih bersembunyi.

Sebagaimana suatu hari beliau menjanjikan kemenangan kepada Suraqah bin Malik, mahkota salah seorang petinggi Kisra. Padahal beliau ketika itu berhijrah dengan agamanya tanpa bekal sesuatu pun kecuali Allah dan sahabatnya (Abu Bakar).

Dan sebagaimana beliau berteriak suatu hari tatkala menyaksikan istana putih Romawi, padahal ketika itu ia dikepung pasukan musyrikin di Madinah dengan tentaranya dari segala penjuru,

وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ

“…Dan tatkala tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesal sampai ke tenggorokan..” (Al-Ahzab: 10)

Lalu Apa Lagi Setelah Itu ?

Setelah itu semua, kita menyaksikan telinga zaman dengan khusyuknya mendengarkan dakwah Rasulullah saw., lisan sejarah pun menggemakan suara ayat-ayat suci Al-Qur’an, maka menyemburatlah mentari hidayah dari kalbu para sahabat dan pengikutnya di setiap tempat, besinarlah cahayanya menerangi alam, semerbaklah harum bunga kedamaian menghiasi dunia, dan manusia pun dapat menikmati manisnya kebahagiaan lantaran keadilan hukum. Rakyat merasakan aman sentausa bernaung di bawah payung generasi awal ini, yakni murid-murid Muhammad saw., maka direbutlah kemudian istana Romawi, tunduk pula bersamanya kota-kota di Persia.

Lalu bumi dipenuhi dengan bentangan ajarannya. Tunduklah ia untuk menerima petunjuk yang menyelamatkan. Nafas kenabian mengalirinya berpadu dengan wahyu Ilahi yang suci sehingga Rahmat Allah meliputinya. dari Segala penjuru.

وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا . وَأَنْزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا . وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا

“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Dan Ia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraidhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 26)

Wahai manusia, kami akan mempersiapkan diri dengan bekal ini, dan kami akan memperoleh kemenangan sebagaimana yang diperoleh para pendahulu kami di saat yang lalu. Tiada kemenangan kecuali dari sisi Allah Yang Perkasa lagi Bijaksana. Dan Allah akan mewujudkan janji-janji-Nya kepada kami:

وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (AlQashash: 5)

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ

“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Ar-Ruum:60)

Seandainya Kita Memiliki Pemerintahan

Seandainya kita memiliki pemerintahan Islam yang sebenarnya yang dilandasi kebenaran iman, yang mandiri pola pikir dan aplikasinya, yang menghargai kebenaran ilmu dan melimpah ruahnya harta kekayaan yang dimiliki, yang menghargai keagungan sistem nilai Islam yang diwarisi, dan yang percaya bahwa ia merupakan obat bagi derita masyarakatnya dan petunjuk bagi manusia seluruhnya, niscaya kita dapat menuntutnya untuk menegakkan dunia ini atas nama Islam.

Kemudian kita mempersilahkan berbagai bangsa untuk melakukan Studi dan observasi atasnya, kita tunjukkan bangunan umat kepada mereka dengan dakwah yang terus menerus, dengan pembicaraan yang argumentatif serta pengiriman duta-duta terbaiknya secara berkala, juga cara-cara lainnya. Dengan demikian jadilah wilayah ini titik sentral di tengah berbagai bangsa, baik secara politik, moralitas maupun aktivitas sosial lainnya. Ia pun dapat melakukan pembaharuan terhadap dinamika masyarakat, memberi dorongan kepada mereka untuk meraih kejayaan dan menggapai sinar terang di masa datang, dan menanamkan semangat serta kesungguhan dalam bekerja.

Adalah sangat mengherankan, sebuah faham seperti Komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendakwahkan ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat menuju ke sana.

Demikian juga Fasisme dan Nazi. Keduanya memiliki bangsa yang mensucikan ajarannya, berjuang untuk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan lagi kita dapati berbagai ragam ideologi sosial dan politik di dunia ini bersatu. untuk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dengan jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna; hidup dan mati dipersembahkan untuknya.

Namun sebaliknya, kita tidak mendapatkan tegaknya suatu pemerintah Islam yang bekerja untuk menegakkan kewajiban dakwah kepada Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia.

Padahal syari’at Islam menetapkan bahwa dakwah adalah kewajiban mutlak, wajib atas seluruh kaum muslimin, baik sebagai bangsa maupun sebagai kelompok kecil, jauh sebelum semua ideologi tadi diciptakan dan sebelum diketahui bahwa di sana ada sistem dakwahnya.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran 104)

Akan tetapi, di mana gerangan para pemimpin negeri kita ini? mereka semua telah dididik di sarang pendidikan asing, mereka telah tunduk kepada pola pikirnya, mereka demikian antusias mengikuti jalan hidupnya, dan mereka berlomba menjilat untuk mendapatkan keridhaannya. Tidaklah berlebihan kiranya jika kami katakan bahwa gagasan-gagasan mandiri dalam mengurus berbagai persoalan dan aktivitas, tidak lahir dari benak mereka sendiri apalagi lahir dari sistem nilainya.

Sebenarnya telah kami tawarkan keinginan ini kepada banyak pemimpin di Mesir. Namun sebagaimana biasa, mereka tidak menyambutnya dengan antusias dan tidak memberi pengaruh sedikitpun pada aktivitas mereka.

Orang-orang yang jiwanya, rumah tangganya serta urusan hidupnya, baik yang pribadi maupun sosial telah kehilangan ruh Islamnya, tentu. tidak mampu mengalirkannya. kepada orang lain, tidak kuasa untuk menyerukan nilai-nilai dakwah yang bertentangan dengan sasaran yang diseru.

Sebuah ungkapan mengatakan,

فاقد الشيء لا يعطيه

“Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak dapat memberikannya.”

Memang bukan itu urgensi keberadaan mereka, wahai Ikhwan. Suatu eksperimen telah membuktikan bahwa mereka tidak berdaya sama sekali dalam mengemban tugas ini. Oleh karenanya, ini menjadi tugas generasi baru.

Perbaikilah aktivitas dakwahmu kepada mereka, bersungguh-sungguhlah dalam melakukan pembinaan, ajarilah mereka akan kemandirian jiwa dan hati, kemandirian pemikiran dan penalaran, dan kemandirian kerja dan jihad. Penuhilah jiwa mereka yang enerjik dengan keagungan Islam dan keindahan Qur’an, dan gemblenglah mereka di bawah kibaran panji Muhammad saw. Niscaya tidak lama lagi kalian akan menyaksikan munculnya seorang pemimpin Islam, yang siap berjuang memerangi aib dirinya. dan siap menciptakan kebahagiaan bagi orang lain.

Karakter Pola Pikir Kami

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Wahai manusia seluruhnya…

Kami bukan partai politik, meskipun politik sebagai salah satu pilar Islam adalah prinsip kami.

Kami bukan yayasan sosial dan perbaikan, meskipun kerja sosial dan perbaikan adalah bagian dari maksud besar kami.

Kami bukan klub olah raga, meskipun olah raga dan olah rohani menjadi salah satu perangkat terpenting kami.

Kami bukan kelompok-kelompok macam itu semua, karena itu semua diciptakan untuk tujuan parsial dan terbatas, untuk masa yang terbatas pula. Bahkan terkadang tidak dibuat kecuali sekedar menuruti perasaan sesaat; ingin membuat organisasi, lalu dihias dengan berbagai slogan dan sebutan kelembagaan yang muluk-muluk.

Namun wahai sekalian manusia, kami adalah pemikiran dan akidah, hukum dan sistem, yang tidak dibatasi oleh tema, tidak diikat oleh jenis suku bangsa, dan tidak berdiri berhadapan dengan batas geografis. Perjalanan kami tidak pernah berhenti sehingga Allah swt. mewariskan bumi ini dengan segala isinya kepada kami, karena ia adalah sistem milik Rabb, Penguasa alam semesta, dan ajaran milik rasul-Nya yang terpercaya.

Bukan sombong, kami inilah, wahai sekalian manusia, pemegang tongkat estafet panji Islam sesudahnya. Kami angkat benderanya tinggi-tinggi sebagaimana para shahabat mengangkatnya, kami kibarkan dan kami sebar luaskan ia sebagaimana mereka menyebar luaskannya, kami jaga Qur’annya sebagaimana mereka menjaganya, dan kami diberi janji kemenangan sebagaimana mereka diberinya. Kami inilah rahmat Allah untuk seluruh alam,

“Dan sungguh engkau pasti mengetahui beritanya beberapa saat lagi.”

Wahai ikhwanul Muslimin..

Itulah posisi kalian, janganlah kalian kecilkan arti dirimu, dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, janganlah kalian tempuh jalan bukan Islam dalam dakwahmu, janganlah kalian ukur dakwahmu, yang cahayanya diambil dari cahaya Allah dan sistemnya dari sistem yang dibawa Rasulullah, dengan dakwah lain yang munculnya lantaran kebutuhan sesaat dan lalu sirna ditelan masa dan berbagai peristiwa.

Kalian telah berdakwah dan telah pula berjihad. Dan kalian telah menyaksikan buah dari kesungguhan kalian yang besar ini.

Dengarlah, suara dakwah menggema, menyeru kepada kepemimpinan Rasulullah saw. dan keunggulan undang-undang Qur’an, menyeru kepada kebangkitan untuk berkarya dan memurnikan tujuan hanya untuk Allah swt. semata.

Lihatlah, darah telah mengalir di jalan Allah dari para pemuda yang suci dan mulia, dan lihatlah pula semangat untuk meraih syahadah (mati syahid) di jalan Allah telah berkobar.

Ini semua adalah keberhasilan. Sebuah keberhasilan yang lebih besar dari sekedar apa-apa yang kalian nantikan. Maka teruskan perjuanganmu, berkaryalah secara nyata, Allah selalu bersamamu, sedangkan amalmu sekali-kah tidaklah sia-sia.

Barang siapa bergabung bersama kami hari ini, ia telah beruntung sebagai pendahulu. Dan barang siapa masih enggan bersama kami hati ini, padahal ia seorang yang berhati ikhlas, ia akan bersama kami esok hati. Yang lebih dahulu tentu lebih utama.

Sedangkan barangsiapa yang berpaling dari dakwah kami, baik karena tidak punya perhatian, atau karena sombong, atau karena meremehkan, atau karena tidak yakin dengan kemenangannya, maka hari-hari mendatang akan membuktikan bahwa dirinya salah besar, dan Allah swt. akan melempar kebatilannya dengan kebenaran kami lalu Dia hancurkan kebatilan itu dan lenyaplah akhirnya.

Marilah bersama kami, marilah bersama kami, wahai para aktifis dakwah dan para mujahid yang ikhlas. Di sinilah jalan lurus itu, di sini pula arah yang lempang, maka janganlah kau bagi-bagi kekuatan dan kesungguhanmu hingga tercecer.

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan sesungguhnya, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah agar kamu bertaqwa,” (Al-Anam: 153)

Hasan Al-Banna

Baca Selengkapnya...

Template by - Abu Syamil