Friday, October 30, 2009

Haji… Kesempatan Memperbaharui Keimanan dan Simbol Persatuan Kaum Muslimin

Oleh: DR. Muhammad Mahdi Akif

Allah SWT berfirman: “Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”.

Bismillah wal hamdulillah wassholatu wassalam ala Rasulillah SAW, selanjutnya…

Ibadah Haji merupakan rukun kelima dari rukun Islam yang lima, merupakan ibadah yang menuntut dari manusia hati, jasad, dan hartanya untuk dikeluarkan, diawali dengan niat ikhlas karena Allah, disertai dengan melepas diri dari pakaian yang berjahit dan perhiasan dan kemegahan dan berakhir dengan thawaf di Baitullah Al-Haram.

Dari ibadah haji memberikan bekal yang dapat membersihkan hati, merubah jiwa-jiwa, memperkokoh azam, memperkuat potensi, menyatukan shaf dalam menghadapi berbagai mArabahaya yang mengancam dan dari musuh-musuh yang senantiasa melakukan kesempatan terhadap sesama mereka untuk melumpuhkan umat Islam, menjajah bumi Islam, menguasai dan merampas tempat-tempat suci, contoh yang terdekat adalah muktamar “Annapolis”!!

Di Antara Rahasia Ibadah Haji…

Setiap kegiatan dari ibadah memiliki rahasia yang selalu menyertainya, yang harus difahami dengan cermat. Makna ihram dan talbiyah adalah tajarrud (totalitas) jiwa dari hawa nafsu dan syahwat, menghadapkan seluruh perbuatan hanya kepada Allah, bersegera melakukan ketaatan dan perintah hanya untuk Allah; sehingga mendapatkan ridho dari-Nya dan berharap akan surga-Nya.

Ibadah thawaf adalah merupakan perputaran hati di tempat yang disucikan Allah bersatu antara pencari cinta dan yang dicinta, Dzat yang telah menganugerahkan kenikmatan, sungguh sangatlah hina menyadari kenikmatan yang telah diberikan namun tidak memahami ayat-ayat-Nya. Sa’i adalah pergi balik dari dua tempat yang diberikan rahmat; memohon ampunan dan keridhoan. Wukuf di Arafah adalah usaha yang tiada henti untuk tunduk dengan hati yang penuh rasa takut, lisan yang sibuk dengan do’a, harapan yang tulus dihadapan Dzat yang Maha kasih. Melontar jumroh merupakan simbol celaan dan penghinaan terhadap segala bentuk kejahatan dan kekerdilan jiwa, simbol nyata akan kejujuran azimah dalam menolak hawa yang merusak terhadap individu dan sosial. Menyembelih hewan qurban – sebagai penutup dalam jenjang peningkatan menuju tempat yang bersih dan jernih – kecuali tumpahnya darah kehinaan di tangan yang keras persendiannya dalam membangun kemuliaan, dan simbol pengorbanan dan penebusan jiwa di hadapan tentara Allah yang suci dan mulia.

Dalam ibadah haji ada sarana untuk takhaliyah (pembersihan), tahaliyah (penghiasan) dan zad (pembekalan).

Jika selesai melaksanakan ibadah haji kemudian kembali ke negerinya dengan aman dan selamat, mampu menempatkan dirinya dan umatnya menuju jalan hidayah dan petunjuk, seperti yang telah disebutkan Al-Quran petunjuk kepada orang-orang yang beriman akan misi yang mulia ini, Allah berfirman: “Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (Al-Baqoroh: 197), ini adalah sisi pembersihan dan pensucian diri dari kotoran dan dosa, dan berpecah belah dari jama’ah.

Adapun sisi penghiasan diri berupa akhlak yang dapat membersihkan dan mensucikan hati dan jiwa, dapat dilihat dari firman Allah: “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al-Baqoroh: 197)

Dan dengan kebersihan jiwa dan hati menjadi bekal terbaik; yaitu takwa yang muncul dari jiwa seorang muslim sehingga dapat merubah segala sesuatu dalam hidupnya, memberikan pengaruh terhadap orang yang ada disekitarnya. Allah berfirman: “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al-Hajj: 32)

Arafat… Fenomena Persatuan Umat Islam

Sesungguhnya umat Islam adalah umat yang satu, dan dalam Arafat tampak persatuan tersebut; karena saat itu kaum muslimin dari seluruh benua, walaupun berbeda jenis, warna, bahasa dan tingkatan; mengumandangkan dengan khusyu dan tunduk: “Labbaikallahumma Labbaik” (Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, Aku Penuhi panggilan-Mu”).

Persatuan ini mengharuskan kaum muslimin bersatu terhadap sesama mereka dan dengan yang lainnya dalam senang dan susah, lapang dan sempit, berperan dalam melakukan perbaikan, bekerjasama dalam menghilangkan penyakit dan penghambat jika berada pada seseorang dari mereka, berbuat untuk menolak musuh jika bertemu dengan sebagian dari kaum muslimin, memberikan – dengan jiwa yang bersih – untuk berbagi manfaat dan kebaikan antar sesama, sehingga memberikan kebahagiaan kepada umat Islam yang menderita akibat musibah, atau gempa atau kelaparan, serta terwujud kasih sayang, saling cinta dan berlemah lembut seperti sabda nabi SAW:

“تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى”

“Anda melihat orang-orang beriman dalam berkasih sayang, saling cinta dan saling lemah lembut ibarat satu tubuh; jika bagian tubuh sakit maka bagian tubuh yang lainnya akan ikut terasa sakit dan demam”. (HR. Bukhari)

Karena itu pemerintahan, undang-undang, dan bangsa Arab, serta umat Islam berusaha untuk menghilangkan kepungan kedzaliman terhadap saudara kita di Palestina, sekalipun membuat Amerika atau zionis murka, karena ridha Allah lebih utama dan lebih mulia.

Haji… Muktamar Islam Internasional

Sungguh menakjubkan terhadap realita yang memilukan ini, kita banyak menyaksikan akan muktamar yang dihadiri oleh pemimpin Amerika dan zionis dan dilakukan di tempat mereka; untuk menyelesaikan apa yang tersisa dari Palestina, di samping itu mereka menghantam dengan kekerasan tangan mereka bagi siapa saja yang berbicara akan pentingnya kekuatan Islam dan penting iman yang mengajak untuk berjihad di jalan Allah; mengembalikan bumi yang terampas, membersihkan tempat suci dari najis zionis internasional, berdiri tegak di hadapan Amerika yang kejam, kekuatan yang dzalim yang selalu menggunakan senjata mutakhir untuk menghancurkan, membumihanguskan dan melanggar HAM.!!

Semua ini mewajibkan kaum muslimin memiliki sikap di hadapan peserta pada pertemuan yang umum dan menyeluruh, menentukan sikap mereka dari seluruh yang terjadi di sekitar mereka, guna menyaksikan manfaat yang dapat melindungi mereka dan dunia dari kejahatan dan kekejaman Amerika dan Zionis, yang selalu menyebarkan ketakutan dan kecemasan, menghancurkan ketenangan dan kedamaian.

Memperhatikan Urusan Kaum Muslimin Adalah Wajib

Sesungguhnya memperhatikan urusan kaum muslimin adalah kewajiban kita semua, dan ibadah haji merupakan muktamar umum untuk mencari penyelesaian permasalahan kaum muslimin dari setiap tempat;

مَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin maka bukan bagian dari mereka”; hakikatnya adalah dalam ibadah berkumpulnya para ilmuwan dan cendekiawan, ahli tarbiyah dan tsaqofah, para negarawan dan pejabat, ahli ekonomi dan bisnisman, pemuka agama dan syariat, ahli perang dan jihad… mereka bertemu dan berkumpul dalam satu tempat yaitu kota Mekkah dan bersatu dalam mengumandangkan kalimat Allah, di sekitar baitullah, – sehingga diharapkan – mereka saling mengenal, saling bermusyawarah, dan saling tolong menolong, kemudian saat kembali ke negeri mereka masing-masing menjadi umat yang satu; satu hati, satu jiwa, dan satu perasaan.

Menakjubkan para utusan Arab yang melakukan kesepakatan bersama musuh, namun kita tidak mendapatkan dari umat mengambil kesempatan yang berharga dari muktamar haji internasional; untuk mengajak para pejabat Arab dan kaum muslimin, dan seluruh umat manusia; mengumandangkan satu kalimat yang di dalamnya terdapat kekuatan orang beriman: “Palestina, seluruh rakyat Palestina, Negara Arab dan umat Islam, adalah milik seluruh umat Islam bukan milik perorangan dan tidak boleh diserahkan kepada siapapun walaupun hanya sejengkal.”

Bersamaan dengan mengislamkan daulah Palestina, kaum muslimin bertanggungjwab atas kesucian selain kaum muslimin dari Nasrani dan Yahudi, pelindungan dari orang yang hidup di bumi tersebut dari penduduk asli, sejarah kita menjadi saksi, adapun agresor dan perampas yang keluar dari persembunyian setelah hidup di barat dengan penuh kerusakan, tidak ada tempat untuk mereka atas bumi Palestina.

Bahwa jihad yang suci di jalan Allah adalah salah satu cara mengembalikan hak-hak kita, Rasulullah SAW menghubungkan antara haji dan jihad,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

“Imam Bukhari ra berkata: ditanya Rasulullah SAW: perbuatan apakah yang paling utama? Nabi menjawab: Iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dikatakan lagi: kemudian apa? beliau menjawab: Jihad di Jalan Allah. Kemudian apa lagi? beliau menjawab: Haji yang mabrur”. (HR. Bukhari).

Tidak ada jalan bagi kita selain jihad yang telah disyariatkan oleh agama kita, melawan penjajahan yang merupakan hak bagi bangsa dalam setiap undang-undang dan pemerintahan; setelah kita muak dan bosan terhadap muktamar-muktamar yang dilaksanakan berpuluh-puluh tahun lamanya, setelah rezim internasional telah melemah selama setengah abad seperti lembaga-lembaga internasional dan nasional, yang mana mereka tidak mau bergerak kecuali hanya untuk kemaslahatan zionis dan selalu mendukung setiap tindakan penyerangan dan kejahatan terhadap umat Islam, menyembelih manusia apa yang diinginkan, mengambil apa yang diinginkan, membuat syarat-syarat pada apa yang mereka suka, sementara kaum muslimin dipaksa untuk menerima dan menyerah tanpa boleh membantah!!

Marilah Kita Bersatu dan Saling Tolong-Menolong

Dalam muktamar tahunan ini, seruan untuk seluruh kaum muslimin untuk melakukan persatuan dan pendekatan, menghindar dari perpecahan, saling mendukung dan menjauh dari saling mencela dan menghina, menikmati kekuatan dan perlawanan yang dimiliki oleh Islam; bahwa setiap muslim – di bumi mana saja mereka berada – memiliki hubungan dan ikatan dengan satu milyar kaum muslimin lainnya, bergerak untuknya, menggunakan kekuatan diri yang menyatu dalam jiwa untuk menghilangkan kedzaliman dan keterkukungan darinya.

Menjaga Darah, Harta dan Kehormatan

Setiap muslim hendaknya berhati-hati dari tipuan syaitan yang selalu ingin menumpahkan darah saudaranya sendiri, atau menghalalkan kehormatan, menghalalkan harta dangan apa yang ditemukan dari syubhat dan ucapan yang menipu; untuk mengeluarkan dan mensamarkan agama mereka. Dan hendaknya setiap muslim mendengar begitupun seluruh umat manusia menyimak sabda Rasulullah SAW pada saat haji akbar, beliau menyampaikan pokok-pokok undang-undang secara umum untuk menjaga harta, darah dan kehormatan:

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

“Sesungguhnya darah, harta kalian adalah haram seperti haramnya kalian pada hari ini, pada bulan ini, di bumi kalian ini hingga kalian berjumpa dengan Allah, apakah saya telah menyampaikan?? Mereka menjawab: ya. Beliau berkata: Ya Allah saksikanlah, maka hendaknya yang hadir pada saat ini menyampaikan kepada yang tidak hadir, betapa banyak yang orang yang mampu menyampaikan lebih mengetahui dari orang yang mendengar, janganlah kalian setelah saya menjadi kafir; di antara kalian saling memukul kehormatan yang lainnya”.

Salawat dan salam atas nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat semua, dan segala puji hanya milik Allah tuhan semesta alam.

Sumber : http://www.al-ikhwan.net

Baca Selengkapnya...

Wednesday, October 28, 2009

Boikot Ekonomi Amerika dan Israel… Fardhu Ain Atas Umat Islam


Ditulis oleh Muhammad Yusuf

Penterjemah:

Abu Ahmad

_______

Dalam rangka membela anak-anak, wanita dan orang tua yang terbunuh oleh senjata zionis yang keji.

Dalam rangka membela warga yang sakit dan terluka akibat blokade dan agresi militer zionis.

Dalam rangka membela rumah-rumah yang hancur oleh tangan kotor zionis.

Dalam rangka memobilisasi masa secara nyata untuk mendukung ketegaran umat Islam di Gaza.

Dalam rangka memberikan tekanan ekonomi atas musuh zionis.

Dalam rangka menahan laju tekhnologi militer zionis.

Dalam rangka memberikan dampak negatif pada sistem kapitalisme zionis dan pengaruh-pengaruhnya.

Dalam rangka menjaga kehormatan kita; umat Islam dan Arab.

Dalam rangka memerangi normalisasi dengan Zionis.

Dalam rangka menghormati lembaga-lembaga resmi terhadap konsnsus yang keluar untuk kemaslahatan bersama.

Untuk itu semua, kami menyeru seluruh bangsa Arab dan Islam dan hati nurani umat manusia untuk mengefektifkan boikot ekonomi terhadap berbagai produk Zionis dan Amerika pada urutan pertama pertama, dan produk-produk Negara Eropa yang mendukung agresi brutal, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban dari sipil dan tidak berdosa dan yang terluka pada setiap menitnya.

Syari’at boikot

Para ulama menegaskan bahwa boikot ekonomi saat ini telah menjadi wajib Ain atas setiap Muslim laki-laki dan perempuan.

Dalam Fatwanya, DR. Yusuf al-Qaradawi, ketua persatuan ulama Islam internasional mengatakan bahwa bentuk jihad banyak ragamnya; Ada jihad melalui tangan, ada jihad melalui lisan, ada jihad melalui hati dan ada jihad melalui boikot; jika semua dapat memperlemah kekuatan musuh, memperlemah duri-durinya, dan berbagai sarana lain yang mampu dilakukan oleh setiap individu muslim untuk memboikot musuh maka lakukanlah.

Beliau mengatakan bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang muslim dengan cara apapun menjadi pakaian atau memberikan bantuan kepada musuh agamanya dan musuh negerinya, baik musuh tersebut adalah Yahudi atau kaum animisme atau yang lainnya; Seorang Muslim harus berada berlawanan dengan musuhnya, terutama yang telah melanggar hak-hak dan kewajibannya, melecehkan kehormatannya dengan berbagai cara. Dan minimal yang dapat dilakukan adalah melakukan boikot; karena setiap dinar atau riyal, atau setiap Qirsy atau setiap rupiah yang kita berikan kepada musuh, maka berarti kita telah memberikan kepadanya peluru atau seharga peluru yang nantinya akan bersarang ke dada seorang muslim; karena harta yang kita berikan akan menjadi alat untuk membeli senjata dan digunakan untuk membunuh saudara kita di Jalur Gaza.

Syeikh Faisal Mawlawi dalam fatwanya menegaskan bahawa memboikot barang-barang yang berasal dari Amerika dan Inggris yang diluncurkan oleh para ulama dan para pemimpin gerakan Islam muncul karena Amerika Serikat ikut serta membantu dan mendukung entitas Zionist dengan uang dan senjatanya, yang dengannya pula membuat zionis terus melanjutkan penjajahannya terhadap bumi Palestina dan mengusir sekitar 4 juta penduduknya, sehingga mereka berpencar dan terlantar di berbagai pelosok negeri, dan disertai dengan melakukan penghinaan dan kekerasan terhadap warga yang masih tinggal disana.

Beliau menambahkan, bahwa Amerika Serikat setiap tahunnya memberikan bantuan sebesar 4 miliar dolar kepada Zionist sebagai bantuan resmi, hal tersebut diterjemahkan secara nyata untuk menjadi peluru dan bom yang digunakan untuk membombardir dan menyerang Jalur Gaza. Maka dari itu, setiap negara yang memberikan bantuan seperti itu, maka secara syar’i, kita wajib memboikot segala barang produknya; secara prioritas, makna tersebut bukan antara halal dan mubah, namun antara haram yang paling keras dan haram paling ringan.

Dan Pada waktu bersamaan, kegagalan negosiasi politik Arab politik dalam usaha menghentikan agresi Zionist yang keji di Jalur Gaza, dan munculnya banyak reaksi dan demonstrasi masa yang mengecam agresi zionis ini, sehingga menjadikan pembicaraan tentang boikot ekonomi merupakan hakikat syar’i sebagai ungkapan rasa solidaritas terhadap warga yang tertindas di Jalur Gaza.

Sisi ekonomi

Beginilah hasil dari uang yang kita berikan kepada zionis

Beginilah hasil dari uang yang kita berikan kepada zionis

Sementara itu para pakar ekonomi memandang bahwa kembalinya pembicaraan tenjtang boikot saat ini merupakan

pukulan telak dan keras dari Arab kepada entitas zionis dan terhadap orang-orang yang berada di belakangnya seperti negara-negara Eropa dan Amerika; manfaatnya adalah untuk menegaskan bahwa masyarakat Arab dan umat Islam masih bisa berbuat dan ditangannya ada lembaran-lembaran penekan yang beragam yang tidak mampu dilakukan oleh para pemimpin dan rezim Arab yang hina “walau sekedar menghentikan konspirasi” untuk mengontrol atau melakukan pengawasan atasnya.

Sementara itu, seorang ekonom bernama Abdul Hafiz As-Showi menegaskan bahwa boikot ekonomi merupakan pelajaran sosial yang telah dibuktikan keberhasilannya sejak lama, dan permasalah blokade ekonomi dan boikot tidak dapat dipisahkan pada realitas politik.

As-Shawi menyebutkan beberapa contoh yang menegaskan bahwa kehendak politik adalah penggerak utama terhadap mesin global ekonomi, seperti Amerika Serikat saat mengembargo Kuba, penolakan Bank Dunia dan Amerika Serikat terhadap pendanaan proyek bendungan sehingga memaksa Mesir untuk menerima konsesi politik, dan dalam waktu dekat, Rusia akan menggunakan kerja sama gas untuk memaksa Ukraina dan negara-negara Eropa untuk menerima kondisi dan situasi politik tertentu.

As-Shawi juga menegaskan; bahwa ada kesempatan besar untuk mengefektifkan senjata boikot pada saat krisis keuangan global yang terjadi pada Amerika Serikat dan negara-negara Eropa pendukung utama agresi Zionis di Jalur Gaza; penggunaan minyak sebagai senjata pada saat ini, terutama pada saat krisis keuangan global dan kekurangan likuiditas, ditambah dengan potensi memberikan ancaman kepada negara-negara barat yang berkonspirasi yang berkemungkinan dipindahkannya aset Arab dari bank-banknya; sehingga akan memaksa negara-negara tersebut untuk mengambil posisi yang lebih netral dan manusiawi.

As-Shawi mengkritik kinerja media masa, yang menggambarkan bahwa boikot merupakan senjata yang tidak efektif namun justru akan merugikan ekonomi nasional dan mempengaruhi investasi asing, sehingga hal tersebut sebagai usaha yang gagal secara faktual.

Senjata yang menakutkan

Bebaskan Palestina dengan memboikot seluruh produk zionis

Bebaskan Palestina dengan memboikot seluruh produk zionis

DR. Jihad Subhi, dosen fakultas ekonomi di universitas Al-azhar setuju dengan pendapat As-Shawi. Beliau menegaskan bahwa boikot merupakan senjata menakutkan bagi perusahaan-perusahaan global yang dapat memberikan tekanan kepada pemerintah akan sikap politiknya yang tidak populis sehingga opini umum Arab dan Islam berubah, seperti yang terjadi ketika meletus intifada Al-Aqsha.

Beliau menegaskan bahwa boikot merupakan senjata paling ampuh dalam berbagai tingkatan politik dan ekonomi, – melalui proses matematika sederhana- bahwa masyarakat Arab yang jumlahnya 300 juta jiwa, jika 100 jutanya melakukan boikot atas satu produk Zionis, Amerika Serikat atau Inggris yang nilainya hanya satu pound Mesir (kira-kira saat ini sama dengan nilai Rp. 3000-red), maka kerugian akan ditanggung oleh perusahaan itu sebesar 100 juta pounds perhari sama dengan 25 juta dolar, dan ini hanya dalam satu produk, bagaimana jika kita melakukan boikot terhadap semua produk, maka akan memaksa pemerintah dan rezim-rezim Barat untuk mengambil sikap tidak seperti yang dilakukan sekarang.

Jenis-jenis perusahaan milik zionis

Jenis-jenis perusahaan milik zionis

BOYCOTT ISRAEL COMPANY LIST

AOL Time Warner, Apax Partners & Co Ltd, Coca-Cola, Danone, Delta Galil, Disney, Estée Lauder, IBM, Johnson & Johnson, Kimberly-Clark, Lewis Trust Group Ltd, L’Oreal, Marks & Spencer, Nestle, News Corporation, Nokia, Revlon, Sara Lee, Selfridges, The Limited Inc., Home Depot, Intel, Starbucks, Timberland, McDonald’s, Arsenal FC

Baca Selengkapnya...

Al-Quds dan Al-Aqsha; Di tengah Proyek Penjajahan Zionis Amerika


Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin.

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya…

Barangsiapa yang melindungi musuhnya maka pada suatu hari ia akan hancur.


Sesungguhnya umat yang sadar dan waspada tidak akan bingung dengan segala urusan utamanya, tidak akan mungkin tertipu dengan permasalahannya yang begitu besar, tidak akan mungkin mengabaikan terhadap bahaya yang mengancamnya; karena itu dia akan selalu mengenakan pakaiannya setiap saat, menyiapkan senjata pada setiap pertempuran. Dan pada saat musuhnya melakukan perampasan terhadap negeri, menistakan tempat-tempat sucinya, berusaha mengubah identitasnya, mengusir warganya, dan melakukan ribuan kejahatan yang melanggar kemanusiaan; mereka menyadari tidak ada manfaatnya untuk melakukan negosiasi dan usaha saling memahami, bahkan tidak ada artinya melakukan perdamaian bersamanya. Sungguh benar ungkapan orang Arab dahulu terhadap orang yang merasa dirinya angkuh:

Tidak ada diantara diriku dengan Qais cela # Selain suka menikam tubuh dan memukul budak

Dan itulah yang harus difahamai dan diketahui oleh umat Islam dan para pemimpinnya; menyadari dengan penuh bahwa dirinya telah bersekongkol dengan musuh, melakukan pelanggaran terhadap syariat, konsensus kemanusiaan dan undang-undang internasional, mengeluarkan sikap kontroversial terhadap berbagai kesepakatan internasional, sementara musuh-musuhnya menganggapnya hanya sekedar tinta diatas kertas (hitam diatas putih), sehingga mereka tetap membiarkan –bahkan membolehkdan dan memerintahkan- pasukannya untuk membunuh wanita, anak-anak dan orang tua, melakukan tindak kejahatan perang dihadapan mata dan telinga dunia.

Melalui media televisi dan radio tersebar tindak kejahatan zionis, dan menjadikan seluruh dunia sebagai saksi nyata dan jelas akan tindak kejahatannya; mayoritas bangsa yang memiliki hati yang hidup, bergetar keras perasaan kemanusiaannya pada kebanyakan tokoh di dunia ini mengecam tindakan tersebut, menggugah jiwa kemanusiaan mereka lalu menyeru untuk melawan tindak kejahatan ini, melakukan pembalasan terhadap tindak kejahatan yang telah merobek dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

Sementara itu, ada sekelompok orang melakukan jihad yang agung, usaha yang gigih dan tindakan yang menakjubkan; mereka mampu mengumpulkan beberapa bukti untuk melawan tindak kejahatan yang dilakukan zionis yang keji, berusaha mengajukan para penjahat perang ke Pengadilan internasional; minimal hasilnya adalah mengecam aksi kejahatan zionis, menyebarkan dan memberikan imej negatif dihadapan opini umum dan internasional akan kajahatannya, menyingkap fakta dan realitasnya dihadapan seluruh dunia, menghapus kecurangan, manipulasi dan pemalsuan yang dengannya dapat menipu banyak orang di seluruh dunia.

Sekiranya tidak ada satu kelompok yang memberikan jaminan kepada umat akan permasalahan ini maka akan tampak usaha seperti memberikan hadiah satu loyang emas kepadanya, dengan meminta untuk ditunda atau ditarik kembali keputusan internasional dari perdebatan, tidak ditampilkan dihadapan dewan keamanan; dengan harapan dapat mewujudkan kedamaian dan menyerahkan zionis ke pengadilan internasional.

Inilah harapan yang sulit diwujudkan, maka dari itu, seperti ungkapan seorang penyair Arab:

Lalu melalui lisan saya katakan secara menyeluruh #

Barangsiapa yang melindungi musuhnya maka pada suatu hari akan hancur

Dimanakah posisi umat terhadap bumi Al-Aqsha dan problematikanya yang besar?!

Para penjahat zionis telah menguasai sikap Arab Palestina, mereka begitu cepat melakukan langkah untuk mencapai tujuan yang hina ini; untuk mengakhiri (menghancurkan) eksistensi Palestina Arab Islam di Al-Quds yang suci, mengakhiri (menghancurkan) permasalahan masjid Al-Aqsha, sekiranya tidak satu kelompok anak bangsa –laki-laki dan wanita- yang beriman dan teguh keimanannya, tegar dan teguh dalam memelihara dan melindungi masjid Al-Aqsha, menyerahkan dada dan tubuh mereka dihantam oleh senjata penjahat zionis, mereka berusaha menggagalkan berbagai usaha mereka untuk memasuki masjid Al-Aqsha dan mengusir warga darinya; sehingga memaksa zionis untuk menarik mundur sementara, menunda konspirasi mereka hingga waktu yang belum ditentukan. Namun sangatlah asing dan menakjubkan apa yang diberitakan; bahwa ada kelompok yang meminta penarikan keputusan kejahatan perang kemanusiaan dengan tidak memandang dengan apa yang terjadi dan dialami oleh Al-Aqsha sebagai permasalahan yang mengarah pada seruan diadakannya KTT Arab, bukan sebagai alasan untuk mengadu dalam berbagai acara dan pertemuan arab, domestik atau internasional, seakan usaha penghancuran masjid Al-Aqsha yang diberkahi, membuat puluhan terowongan dibawahnya, mengusir pemilik asli negeri yang disucikan dan menghancurkan rumah-rumah mereka; sebagai perkara yang tidak berhak untuk dijadikan beban sebagai tuntutan untuk mengadakan KTT Arab atau Islam; sebagai sarana untuk meninjau apa yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka menghadapi bahaya laten yang mengancam tempat-tempat suci umat Islam.

Proyek zionis Amerika mengarah pada seluruh umat dan dunia

Tidak sedikit sikap resmi Arab dan Islam yang mengherankan terhadap sikap pemerintah Palestina; mereka berusaha menjadikan permasalahan Al-Aqsha, Al-Quds dan Palestina sebagai permasalahan domistik belaka, tidak ada ada sangkut pautnya dengan negara lain, atau adanya turut campur –atau terlibat- di dalamnya negara dan bangsa lain.

Ini merupakan suatu kerancuan besar yang selalu kami ingatkan dan khawatirkan, karena permasalahan ini bukan permasalahan internal Palestina belaka merupakan permasalahan bangsa Arab dan umat Islam secara keseluruhan, tanggungjawab pemerintah dan bangsa lainnya.

Jika bangsa Palestina bagi mereka menjadi tembok penghalang dalam terwujudnya proyek zionis Amerika yang aphartheid dan imperialis ini; maka bahaya tersebut tidak sekedar mengarah pada bangsa Palestina belaka, namun mengarah kepada umat secara keseluruhan; kemarin, saat ini dan masa yang akan datang, mengarah pada agama dan aqidahnya, nilai-nilia, akhlak dan peradabannya, mengarah pada kehormatan, stabilitas dan keamanannya, mengarah pada pemerintah dan bangsanya.

Karena tidaklah entitas zionis sang penjahat melakukan itu kecuali perang yang ditargetkan kepada seluruh umat, dan jika Al-Quds dan Al-Aqsha jatuh maka akan jatuh pula benteng kekuatan Palestina –semoga itu tidak terjadi- dan pada akhirnya akan jatuh pula yang lainnya –semoga ini pula tidak terjadi- seperti beberapa ibukota Arab dan umat Islam; karena proyek penjajahan Barat tidak bertujuan pada Palestina saja namun bertujuan pada target umat Islam seluruhnya.

Karena itu, seluruh umat harus berada dibelakang jihad Palestina sebagai pendukung dan penyangga, guna mempertahankan jiwa dan eksistensinya, sebelum api penjajahan mencapai pada berbagai ibu kota, kota-kota dan desa-desanya, karena mimpi “Israel raya” masih terus berjalan dan berusaha mewujudkan khayalan mereka sebagai kenyataan, dan akan terus diperbaharui ketika tampak terjadi kebingungan, kehinaan dan kelemahan di tubuh umat.

Karena itu apakah para cendekiawan dan tokoh hanya berdiam diri dan tidak berusaha untuk mematikan apinya, tidak mau bergerak sehingga api perang tersebut masuk ke rumah-rumah mereka, dan mereka tidak mampu mematikannya kemudian menyesal pada saat penyesalan sudah tidak ada manfaatnya sama sekali.

Dalam sejarah dikisahkan bahwa ada salah seorang mukhlisin saat melihat adanya pembangkangan terhadap pemerintahan Umawiyah; beliau bersegera menulis surat yang ditujukan kepada Marwan bin Muhammad, sebagai khalifah terakhir khilafah Umawiyah, beliau berkata:

Saya melihat di balik debu pasir ada percikan api # seakan memiliki letupan yang besar

Bahwa api yang terdapat pada musuh akan selalu diingat # dan perang biasanya di mulai dari ucapan

Sekiranya para cendekiawan pada suatu kaum tidak berusaha meredamnya # maka percikan apinya akan menjadi mayat bergelimpangan

Saya sampaikan dengan penuh rasa heran: kalau bukan karena syairku # apakah umat ini akan bangun atau tetap tidur?

Jika mereka pada saatnya mereka tetap tertidur # maka katakanlah: bangunlah kalian, sudah tiba saat kalian bangun

Namun sekalipun peringatan telah sampai kepada pemimpin Negara, namun dirinya telah terdorong melakukan pembunuhan opini, tidak memahami akibat buruk dari pengabaian peringatan, sehingga runtuhlah negaranya dan tenggelamlah masa keemasan masa khilafahnya, dan ketika ditanya: Apa yang membuat kerajaan anda lemah setelah pada sebelumnya kuat dan kokoh pondasi-pondasinya? Dia berkata: “Karena adanya pembinasaan pendapat (opini).

Apakah para pemimpin arab dan Islam menyadari akan pelajaran ini, menemukan jati dirinya akan peringatan yang tulus ini, atau apakah akan terulang kembali kesalahan ini dan menghadpi kehancuran seperti sebelumnya?! Apakah para pemimpin Arab dan Islam memahami akan adanya ketergantungan dan keterkaitan yang erat umat Islam terhadap Al-Quds dan masjid Al-Aqsha, bahwa eksistensinya tergantung pada sikap yang benar terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi umat, terutama permasalahan masjid Al-Aqsha dan Palestina.

Bahwa hal tersebut tidak akan ada yang mampu memberikan kekuatan di muka bumi guna melindungi pemerintahan dari kemarahan bangsa yang tidak menerima jatuhnya Al-Quds dan masjid Al-Aqsha, yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah bagaimana cara menolaknya terutama bagi orang yang mengabaikan tempat-tempat suci dan mengkhianati permasalahan yang sedang dihadapinya?!

Saya tidak menduga tidak semua cendekiawan dari para tokoh dan budayawan serta pemikir dari umat ini semuanya tidak memiliki ikatan yang kuat dan jelas menyembunyikan terhadap apa yang terjadi di Palestina dan apa yang terjadi di belahan dunia Arab dan Islam, baik apa yang terjadi karena ulah perang Amerika dan Barat seperti di Iraq dan Afghanistan, atau apa yang terjadi karena berbagai intrik perang saudara, seperti yang terjadi di Sudan, Somalia, Yaman, Pakistan dan lain-lainnya, atau apa yang terjadi oleh karena adanya konspirasi dengan menebar fitnah seperti di Iran, atau apa yang telah dicapai untuk melakukan penahanan dan perdiskreditan warga Arab dan umat Islam dan para penyeru kebaikan dan reformasi di Mesir, Tunisia dan yang lainnya, atau apa yang terjadi dari berbgai tindakan pemalsuan keinginan umat, kecurangan pemilu yang terjadi dimana-mana; sehingga tidak mampu diterima oleh orang-orang yang tulus akan permasalahannya, dan para pelindung dan penjaga kehormatan dan tempat-tempat sucinya, atau juga terhadap apa yang terjadi penghancuran nilai-nilai, akhlak, peradaban dan eksistensi umat, dan adanya pemaksaan kehendak untuk mengekor pada nilai-nilai, perilaku permisif barat di tengah masyarakat Islam, yang semua itu tampak sempurna terjadi oleh kerja proyek zionis Amerika.

Proyek zionis ancaman bagi seluruh dunia

Para cendekiawan dn tokoh di dunia ini sadar bahwa proyek zionis merupakan proyek rasial dan imperialis, dan apa yang dilakukan mereka dari berbagai tindak kejahatan setiap harinya di Palestina merupakan aib bagi kemanuisaan dan merupakan penistaan terhadap berbagai perjanjian dan nilai-nilai kemanusiaan, bertentangan dengan norma-norma yang dianut oleh dunia, dan bahwasanya eksisnya rezim rasial yang tidak mengenal bahasa lain kecuali membunuh dan merusak merupakan ancam bagi keamanan dan kedamaian dunia; karena itu, orang-orang yang cinta kemerdekaan di dunia ini dituntut untuk berdiri dalam satu barisan guna melawan para penumpah dan penghisap darah yang telah memotori berdirinya entitas penjajah dan perampas ini, dituntut untuk membela warga Palestina, membantu menyelamatkan bangsa Palestina yang terzhalimi, dituntut untuk melintasi berbagai arah sehingga dapat mengambil sikap yang tegas dalam menetapkan hak, menyebarkan keadilan, kebebasan dan kemanusiaan di seluruh negeri, dan bangsa Barat hendaknya menampakkan perannya dalam menekan pemerintah Barat; untuk bersama-sama menghentikan dukungannya kepada entitas zionis yang telah banyak menebar permusuhan, kezhaliman dan kelalimannya, dan keangkuhannya yang selalu menisbatkan entitasnya sebagai bagian yang berada diatas undang-undang.

Tahiyah dan raja (selamat dan harapan)

Kami menyadari bahwa banyak dari orang-orang merdeka dan tokoh di dunia Barat memahami akan kondisi ini, dan banyak dari mereka memiliki peran yang sangat besar dan usaha yang gigih dalam mengumpulkan fakta dan realita guna menuntut tindakan entitas zionis yang zhalim terhadap warga Gaza yang sabar dan tegar, dan kami memberikan selamat kepada seluruh lembaga dan personal yang telah bergerak dan berjuang untuk membela kebenaran, dan kami menyeru kepada mereka semua untuk tetap tabah dan tegar atas prinsip-prinsip kemanusiaan yang mulia, tidak berputus asa atau merasa gagal terhadap apa yang telah dicapai atau belum tercapai dari usaha menggagalkan rencana zionis Amerika terhadap bangsa Arab dan Palestina; sedangkan mereka yang loyal kepada Zionis -pada hakikatnya- tidak mewakili umat, namun mewakili diri mereka sendiri dan lembaga-lembaga serta kursi yang berusaha mereka pertahankan dan mendapatkan upah darinya; guna memberikan sikap dan keputusan yang tidak memberikan kebaikan bagi umat dan bangsa mereka.

Adapun bangsa Palestina yang percaya dengan problematika mereka, ikhlas dan tulus bersama bangsa dan umatnya; maka mereka akan selalu bersama dengan seluruh bangsa Arab dan Islam, menghargai usaha yang telah dikorbankan oleh para tokoh dan pejuang kebenaran guna menolak kezhaliman, mempertahankan kebenaran dan melawan permusuhan.

Dan kami yakin bahwa kemenangan pada akhirnya akan berpihak pada kebenaran, keadilan dan cahaya, seperti yang dijanjikan Allah SWT:

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آَمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”. (Ghafir:51)

Allah Akbar walillahilhamdu…

Dan shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya…

Dan segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.
Baca Selengkapnya...

Wednesday, October 21, 2009

Komitmen Seorang Muslim Pada Sisi Ibadah

Oleh : Abu Ahmad

“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadah kepada-Ku. Aku tidak sekali-kali menghendaki rezki pemberian dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah, Dialah saja Yang Memberi rezki (kepada sekalian makhluk-Nya, dan Dialah saja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kokoh kekuasaan-Nya”. (Adz-Dzariyat :56-58)

Allah juga berfirman:

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:162)

Jadi apa komitmen seorang muslim yang harus dipegang teguh???

Paling tidak ada beberapa hal komitmen seorang muslim yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan ibadah, sehingga dengan ini menjadi langkah untuk menggapai ridha Allah SWT:

1- Memastikan diri bahwa ibadah yang dilakukan mempunyai hubungan dengan Allah yang disembah. Inilah apa yang dikatakan dengan tingkatan “keihsanan dalam ibadah”. Rasulullah saw sendiri pernah ditanya (oleh malaikat Jibril) tentang tingkatan”ihsan” ini, lalu baginda menjawab:

“Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya (sedikitpun) maka yakinlah bahwa Allah melihat engkau” (Muttafaqun ‘Alaih).

2- Memastikan diri bahwa ibadah yang dilakukan penuh kekhusyu’an sehingga dapat merasakan kenikmatan, kelezatan dan manisnya ibadah serta mendatangkan kekuatan ke dalam dirinya sehingga berkelanjutan mengerjakannya.

Aisyah ra pernah berkata:

“Adalah Rasulullah saw berbicara dengan kami dan kami juga berbicara dengannya tetapi bila tiba saja waktu shalat ia seolah-olah tidak mengenali kami dan kami pula tidak mengenalinya.” (Hadits diriwayatkan oleh Al-Azdi)

Kekhusyu’an inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw:

“Betapa banyak orang yang mengerjakan shalat, namun tidak diterima kecuali hanyalah rasa penat dan lelah belaka”. (An-Nasa’i)

“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh ganjaran apa-apa kecuali lapar dan dahaga”. (An-Nasa’I dan Ibn Majah dari Abu Hurairah)

3- Memastikan diri bahwa dalam beribadah, hati dan jiwanya merasakan kehadiran Allah, membuang dan melupakan kesibukan dunia dan hiruk-pikuknya.

Beribadah dalam keadaan seperti inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

“Allah SWT tidak memandang kepada shalat seseorang yang mengerjakan tanpa kehadiran hati beserta gerak badannya.” (Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Mansur Ad-Dailami dalam “Musnad Al- Firdaus” daripada Ubayy Ibn. Ka’ab dan sanadnya da’if.)

Seorang ulama berkata:

“Shalat itu adalah urusan akhirat, maka ketika masuk menunaikannya (berarti) Anda telah keluar dari dunia.”

Al-Hassan Al-Basri meriwayatkan:

“Setiap shalat yang tidak disertai kehadiran hati, maka ia adalah lebih hanya sekadar siksaan.”

4- Memastikan diri bahwa ibadah yang dilakukan dalam keadaan senantiasa ingin menambahnya, tidak merasa cukup dengan yang ritual dan wajib saja. Namun berambisi untuk menambahnya dengan amalan-amalan sunnah sebagai mengikuti seruan Allah, seperti yang termaktub dalam sebuah hadits qudsi:

“Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku (wali-Ku), maka Aku mengisyaratkan perang terhadapnya. Tidak ada satu perbuatan mendekatkan diri seorang hamba (taqarrub) kepada Aku yang lebih Aku cintai selain daripada kewajiban-kewajiban yang Aku fardhukan ke atasnya. Dan hamba-Ku akan terus beramal mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku sudah mencintainya maka Aku (menjadikan) pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia menggenggam dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia memohon sesuatu dari Aku niscaya Aku memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan Aku (dari sesuatu) niscaya Aku akan melindunginya. Aku tidak pernah ragu dari sesuatu yang Aku lakukan seperti Aku ragu (hendak mengambil) nyawa hamba-Ku yang Mukmin, di mana dia membenci maut sedang Aku tidak menyakitinya.” (Al-Bukhari)

5- Berusaha menunaikan ibadah qiyamullail (shalat malam) serta melatih diri melakukannya sehingga ia menjadi satu kebiasaan. Hal ini adalah karena qiyamullail adalah sumber kekuatan yang memantapkan iman. Sebagaimana firman Allah:

“Sebenarnya shalat dan ibadah malam lebih kuat kesannya (kepada jiwa) dan lebih mantap bacaannya”. (Al-Muzammil:6)

Dan Allah SWT juga menerangkan sifat hamba-hambanya yang mukmin:

“Mereka senantiasa mengambil waktu sedikit saja: Masa dari waktu malam, untuk mereka tidur. Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun)“. (Adz-dzariat:17-18)

Allah juga berfirman:

“Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit tidur, karena mengerjakan shalat tahajjud dan amal-amal shalih); mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaan-Nya) serta dengan perasaan ingin memperoleh (keridhaan-Nya) dan mereka selalu pula mendermakan sebahagian dari apa yang Kami beri kepada mereka”. (As-Sajdah:16)

Di antara amalan-amalan sunnah yang dikerjakan selain qiyamulail adalah shalat Dhuha, shalat tarawih, puasa pada hari senin dan Kamis, puasa pada Hari Arafah, puasa pada Hari Asyura’, puasa enam hari dalam bulan Syawal, tiga hari di setiap pertengahan bulan hijriyah (13,14 dan 15) dan beri’ktikaf di masjid dan lain sebagainya.

6- Senantiasa meluangkan waktu tertentu untuk membaca Al-Quran dengan cara merenungi maksud dan makna-maknanya terutama pada waktu menjelang subuh karena Allah berfirman:

“Dirikanlah olehmu shalat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam, dan (dirikanlah) shalat subuh sesungguhnya shalat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya)”. (Al-Isra’ :78).

Membacanya dengan penuh tadabbur tafakkur dan tadzakkur, merenunginya dengan khusyuk karena Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Al-Quran diturunkan dalam keadaan dukacita, maka apabila kamu membacanya hendaklah kamu merasakan keduka citaan tersebut.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Abu Nu’aim).

Demikian juga senantiasa mengingat peringatan Allah dalam firman-Nya:

“Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, niscaya engkau melihat gunung itu khusyuk serta pecah belah karena takut kepada Allah”. (Al-Hasyr:21).

Rasulullah saw bersabda:

“Tidaklah beriman dengan Al-Quran oleh orang yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Al-Quran” (Diriwayatkan oleh At-Tirmizi)

Nabi juga bersabda:

“Ibadah yang paling utama bagi umatku ialah membaca Al-Quran”. (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Fadha’ilul-Quran)

Di dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, oleh karena itu hendaklah kamu menyebutnya dengan kekuatan yang kamu mampu menyebutnya. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah tali Allah, cahaya yang terang benderang dan penawar yang berguna. Penjaga kepada siapa yang berpegang kepadanya, jaminan kejayaan bagi yang mengikutinya. Ia tidak salah yang menyebabkan ia tercela, ia tidak bengkok yang menyebabkan ia perlu dibetulkan, keajaibannya tidak kunjung habis dan ia tidak menjadi cacat sekalipun banyak (kandungannya) ditolak orang. Bacalah Al-Quran karena Allah akan memberi ganjaran ke atas setiap huruf dari bacaanmu dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan kepadamu Alif, Lam, Mim itu satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (Riwayat Al-Hakim)

Dalam satu wasiat kepada Abu Zar Rasulullah berkata:

“Kamu wajib melazimkan dirimu membaca Al-Quran karena ia adalah cahaya untuk kamu di bumi dan perbendaharaan untuk di langit.” (Riwayat Ibnu Hibban)

7- Senantiasa menjadikan doa sebagai perantara berhubungan dan permohonan kepada Allah di dalam setiap urusan hidup. Karena doa adalah inti bagi segala ibadah.

Untuk itu dirinya selalu memilih doa-doa yang ma’tsur dari Rasulullah saw. Sesungguhnya benar firman Allah bila Ia mengatakan:

“Mintalah doa kepadaku, niscaya aku akan memperkenankan permintaanmu”.

Adapun beberapa doa yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita untuk dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim adalah sebagai berikut:

1. Doa saat akan tidur

“Dengan nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan pinggangku dan karena Engkau aku mengangkatnya; jika Engkau tahan jiwaku (Kau ambil jiwaku) ampunilah diriku, jika Engkau lepaskan ruhnya, maka peliharalah diriku sebagaimana Kau pelihara hamba-hamba-Mu yang shalih”. (Hadits riwayat Jama’ah).

2. Doa ketika bangun dari tidur.

“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah kami mati. Dan kepada-Nya kami kembali.” (Hadits riwayat Bukhari)

3. Doa ketika memakai pakaian dan menanggalkannya.

“Ya Allah aku memohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang ada padanya. Aku berlindung pada-Mu dari kejelekan pakaian ini dan kejelekan apa yang ada padanya”. (Hadits Riwayat Ibnus Sunni)

4. Doa ketika keluar dari rumah dan memasukinya.

“Dengan nama Allah aku bertawakal kepada-Nya; tidak ada daya, tidak ada kekuatan kecuali karena Allah”. (Sunan At-Tirmizi)

5. Doa ketika berjalan ke Masjid.

“Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, dalam pandanganku cahaya, pada pendengaranku cahaya, sebelah tangan kananku cahaya dan pada sebelah tangan kiriku cahaya, di atasku cahaya, di bawahku cahaya, di mukaku cahaya dan di belakangku cahaya dan jadikanlah bagiku cahaya.” (Bukhari)

6. Doa ketika memasuki masjid.

“Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu”.

7. Doa ketika keluar dari masjid.

“Ya Allah, aku memohon kepadamu kurniaan-Mu”. (Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud dan Nasa’i)

8. Doa ketika hendak makan.

“Ya Allah, berkahilah kami pada apa-apa yang Kamu rezkikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka, dengan nama Allah”. (Hadits riwayat Ibnu Sunni)

9. Doa setelah selesai makan.

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan kepada kami, memberi minuman kepada kami dan menjadikan kami dari golongan Muslim”. (Hadits Riwayat Abu Daud, Tirmizi, Nasa’ie dan Ibnu Majah)

10. Doa ketika akan masuk kamar mandi.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari khubuth dan khaba’ith”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

11. Doa setelah keluar dari kamar mandi.

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan aku mengecap kelezatannya dan menjauhkan aku dari kesakitannya”. (Hadits riwayat Ibn Sunni dan Al-Tabarani)

12. Doa sebelum bersetubuh.

“Dengan nama-Mu, ya Allah jauhkanlah dari kami syaitan dan jauhkan syaitan daripada apa yang Kau karuniakan kepada kami”. (Hadits riwayat Bukhari).

Jika ditakdirkan bagi mereka akan memperoleh anak, syaitan tidak akan memudharatkannya selama-lamanya.

13. Doa ketika tidak dapat tidur.

“Ya Allah, sudah terbenam bintang-bintang sudah terkatup banyak mata sedangkan Engkau hidup dan jaga, tidak tidur. Wahai Yang Tegak, Yang Hidup dan Yang Jaga, tenteramkanlah mataku”. (Hadits riwayat Ibnus Sunni daripada Zaid Ibn Tsabit)

14. Wirid selepas shalat.

“Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah (membaca Subhanallah) sesudah setiap shalat 33 kali, membaca tahmid (Alhamdulillah) 33 kali dan membesarkan Allah (Allahuakbar) 33 kali. (Hadits riwayat Muslim daripada Abu Hurairah)

Dan digenapkan menjadi seratus dengan membaca:

“Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya segala kekuatan dan kepunyaan-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu”. (Hadits riwayat Muslim)

15. Doa ketika selesai majelis.

“Maha suci Engkau ya Allah dengan segala puji-Mu aku bersaksi tidak ada Tuhan kecuali Engkau, aku bermohon ampun kepadamu dan kau bertobat kepada-MU”.(Hadits riwayat Muslim daripada Ibn Umar)

16. Doa ketika menaiki kendaraan.

“Segala puji bagi Allah yang menggerakkan bagi kami kendaraan ini, padahal kami tidak sanggup melakukannya, dan sesungguhnya kami semuanya kembali kepada Tuhan kami”.(Hadits riwayat Muslim daripada Ibn Umar)

17. Doa ketika bermusafir.

“Ya Allah karena Engkau aku berusaha dan karena Engkau aku berjalan dan karena Engkau pula aku bepergian. Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dalam perjalanan ini kebajikan dan ketakwaan dan berupa amal yang Engkau ridhai. Ya Allah, ringankanlah bagi kami perjalanan kami ini dan dekatkanlah bagi kami yang jauhnya. Ya Allah, Engkaulah sahabat dalam perjalanan dan Wakil di tengah-tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kepayahan perjalanan, dari kesedihan penglihatan, dari kejelekan saat kembali pada harta, keluarga dan anak-anak”. (Hadits ini sambungan dari hadits sebelumnya)

18. Doa ketika hujan turun.

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat (dua kali atau tiga kali)”. (Hadits riwayat Ibnu Syaibah dari hadits Aisyah).

19. Doa ketika mendengar guruh.

“Ya Allah, jangan Engkau bunuh kami dengan murka-Mu dan jangan Engkau binasakan kami dengan siksa-Mu dan selamatkan kami sebelum itu”. (Hadits riwayat Tirmizi, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, dari hadits ‘Abdullah bin ‘Umar)

20. Doa ketika melihat anak bulan.

“Allah Maha Besar, ya Allah, muncullah bulan ini bagi kami dengan penuh berkah dan iman, keselamatan dan keislaman, taufiq pada apa-apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai ya Tuhanku dan Tuhanmu,Allah”. (Hadits riwayat At-Tirmizi dan Ibnu Hibban dan At-Tirmizi berkata: Hadits ini Hasan)

21. Doa kepada pengantin.

“Semoga Allah memberkati engkau dan memberkati atas kau dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”. (Hadits riwayat Bukhari, Muslim dan empat ahli hadits dari Anas
dan Abu Hurairah).

22. Doa ketika melihat kanak-kanak.

“Aku bermohon perlindungan untukmu dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan dan racun, dan dari setiap mata yang membawa kejelekan”. (Hadits riwayat Bukhari dari hadits Ibnu ‘Abbas)

23. Doa ketika menziarahi orang sakit.

“Ya Allah, hilangkanlah penyakit ini, wahai yang memelihara manusia. Sembuhkan lah, sesungguhnya Engkaulah yang menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang diberikan oleh-Mu, kesembuhan yang tidak disertai rasa sakit”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

24. Doa ketika dukacita.

“Tidak ada Tuhan yang berhak menyembuhkan melainkan Engkau, sesungguhnya aku termasuk di kalangan orang-orang yang zhalim”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Usamah Ibn Zaid)

25. Doa takziah kematian.

“Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang Ia ambil dan kepunyaan-Nya, apa yang Ia berikan dan segala sesuatu pada sisi-Nya sampai waktu yang ditentukan. Hendaklah kamu bersabar dan mengharapkan ganjaran”. (Hadits riwayat Bukhari dari hadits Usamah).

26. Doa dalam shalat jenazah.

“Ya Allah, maafkanlah dia dan berilah rahmat ke atasnya, selamatkanlah dia dan ampunilah dia, muliakanlah tempatnya, luaskan tempat masuknya dan bersihkanlah dia dengan air salju dan air dingin. Sucikanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan pakaian
yang putih dari kotoran, gantikanlah baginya rumah yang lebih baik daripada rumahnya, keluarganya dan pasangan yang lebih baik daripada pasangan yang dimilikinya. Masukkanlah dia ke surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka”.
(Hadits riwayat Muslim daripada ‘Aus Ibn Malik)

8. Meyakini bahwa ibadah kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan beban yang telah diwajibkan Allah, dan Allah SWT sama sekali tidak membutuhkan ibadah hamba-hamba-Nya, sehingga akan selalu memeliharanya dan menjaganya bagaimanapun dan kapanpun serta dimanapun keberadaannya

9. Meyakini bahwa ibadah yang dilakukan tidak menjamin diri masuk surga kecuali karena rahmat Allah SWT, namun dengan ibadah kepada Allah dirinya berharap semoga Allah memberikan rahmat dan ridha serta menjadi sarana untuk mendapatkan pahala dan ketaqwaan yang menjadi langkah menggapai ridha Allah.

10. Meyakini bahwa ibadah sebagai jalan terbukanya rizki dan berbagai kebaikan.

Baca Selengkapnya...

Wasiat Hasan Al-Banna; Jika Anda Ingin Menjalin Hubungan Dengan Allah, Perbaharuilah Taubat


JIKA ANDA INGIN MENJALIN HUBUNGAN DENGAN ALLAH, PERBAHARUILAH TAUBAT

Kita panjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Ikhwan yang mulia…

Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkahi:

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Saya ingin agar Sentuhan Hati Hari Selasa ini senantiasa dapat membuka pembicaraan dan mengambil intisarinya pada awal kajian.

Ikhwan sekalian..

Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad akan baik dan jika ia rusak maka seluruh jasad juga akan rusak. Ketahuilah, itu adalah hati.

Kita tidak ingin merampas hak hati kita untuk memperoleh sentuhan yang mulia, yaitu sentuhan cinta dan persaudaraan karena Allah, yang ditumbuhkembangkan di dalam hati oleh acara ini dan oleh pertemuan yang tulus semacam ini, satu malam dalam sepekan. Karena itu, saya tetap ingin memberikan hak sentuhan ini pada malam yang mulia ini, yang kedatangannya sangat saya nantikan lantaran saya berbahagia melihat dan berbicara kepada Anda semua.

Sebagaimana yang pernah dan selalu saya katakan, juga yang saya harapkan agar Anda ketahui, Ikhwan sekalian, janganlah Anda membatasi manfaat pertemuan ini hanya dengan menyerap berbagai hakikat keilmuan yang Anda pelajari atau ungkapan indah yang Anda hafalkan. Tetapi hendaklah Anda semua ingat bahwa ada nilai lain yang lebih tinggi dan lebih luhur, yaitu adanya santapan untuk ruhani kita, kedekatan antar kita, serta kebahagiaan kita oleh perjumpaan di jalan Allah dan karena Allah ini.

Di samping itu, cinta dan persaudaraan, yang merupakan bekal bagi orang-orang lemah, kekayaan bagi orang-orang miskin, serta kebahagiaan bagi orang-orang yang menderita. Pada malam Rabu ini, sebagaimana antusiasme kita untuk memperoleh manfaat pengetahuan, kita juga harus antusias untuk memperoleh kekuatan ruhani dan kebahagiaan jiwa yang terus akan dicurahkan ke dalam jiwa dan disiramkan ke dalam ruhani oleh perjumpaan yang tidak diniatkan selain untuk mencari ridha Allah swt. dan tolong-menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan. Kita memohon kepada Allah swt. agar menjadikannya sebagai sikap cinta yang tulus, semata-mata karena mencari ridha-Nya, serta bermanfaat di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik Pemimpin dan Penolong.

Ikhwan yang mulia…

Ada semacam perasaan baru yang ditimbulkan oleh Sentuhan Hati Hari Selasa di dalam jiwa saya pada malam ini, yaitu menerawangnya pikiran dan perasaan saya secara bersamaan ke bukit Shafa. Saya mulai merasakan hal ini untuk pertama kali ketika saya berdiri melaksanakan shalat maghrib pada malam hari ini. Saya hadapkan pandangan kepada para Ikhwan. Saya melihat ke belakang untuk merapikan shaf dan menjalankan sunah ini, karena Rasulullah saw. tidak pernah bertakbir untuk melaksanakan shalat kecuali setelah melihat barisan yang ada di belakangnya. Kadang-kadang beliau meluruskan shaf sendiri dan kadang-kadang beliau menyuruh orang untuk meluruskan shaf-shaf tersebut. Beliau pernah bersabda:

سَوُّوا صُفُوفَكُمْ وَحَاذُوا بَيْنَ مَنَاكِبِكُمْ وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ

“Luruskanlah shafmu, luruskanlah telapak kaki dengan telapak kaki dan pundak dengan pundak. Dan bersikaplah lunak terhadap tangan saudara-saudaramu. ” (Ahmad)

Saya berdiri dan memandangi para Ikhwan. Pandangan inilah yang membawa pikiran dan perasaan saya kepada peristiwa di tengah bukit Shafa, ketika Rasulullah saw. untuk pertama kali dalam sejarah dakwah berkumpul bersama beberapa orang pilihan yang terdiri dari berbagai usia dan berasal dari berbagai tempat. Di antara mereka ada yang masih anak-anak, ada yang tua, ada yang muda, ada yang kaya, ada yang miskin, ada tokoh terkenal, ada orang yang tidak terkenal, ada cerdik pandai dan terdidik, ada yang ummi dan buta huruf, ada yang berstatus budak dan ada yang berstatus sebagai orang merdeka. Secara keseluruhan jumlah mereka bisa dihitung dengan jari dan tidak lebih dari seratus orang. Beliau saw. berkumpul bersama orang-orang pilihan ini di tengah-tengah bukit Shafa, menyirami mereka dengan semangat spiritual beliau, menuntun mereka membaca kitab Allah yang agung, dan mendiktekan ayat-ayat Allah. Dari mereka itulah beliau membangun umat yang baru, dengan dakwah baru dan untuk dunia baru. Demi Allah, wahai Ikhwan, hampir saja saya lupa bertakbir dalam shalat karena hampir larut membayangkan peristiwa itu. Saya lantas memendam bayangan dalam diri saya. Sekarang kesempatan berdiri di hadapan Anda semua, saya manfaatkan untuk menyampaikan perasaan yang terpendam itu. Tidak mungkinkah kelompok yang ada ini menjadi pelanjut dari kelompok dahulu itu? Tidak mungkinkah Anda menyampaikan dakwah baru untuk membentuk sebuah kelompok baru yang menjadi fondasi bagi berdirinya sebuah dunia baru?

Rasulullah saw. bersabda:

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ

“Akan tetap ada sekelompok umatku yang muncul di atas kebenaran, yang tidak akan menjumpai bahaya dari siapa pun yang memusuhi mereka.” (Muslim)

Dalam sebuah atsar juga disebutkan:

“Kebaikan akan ada pada diriku dan pada umatku hingga hari kiamat”.

Saya mengidamkan dari Anda semua menjadi sebagaimana kelompok pilihan yang ada di hadapan Rasulullah saw. ketika itu, yang dimulai dari anak usia 9 tahun hingga orang dewasa berusia 40 tahun. Di dalamnya terhimpun orang miskin yang kebutuhan sehari-harinya tidak terpenuhi dan orang kaya yang rezkinya dilapangkan oleh Allah. Persatuan kelompok ini bertumpu pada seseorang, bukan yang paling berpangkat, yang paling banyak keluarganya, atau yang paling memiliki berbagai perangkat hidup, tetapi pada seorang laki-laki dari kalangan mereka.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu adalah Tuhan Yang Esa.” (Al-Kahfi: 110)

Mereka bersatu di sekeliling Nabi saw. Apa yang dicita-citakannya? Apa yang dipikirkannya? Apa yang diinginkannya? Sampai sejauh manakah cita-cita kelompok yang mengadakan pertemuan dan pembicaraan secara sembunyi-sembunyi ini? Apakah yang diinginkan oleh orang-orang itu? Mereka ingin menanamkan paradigma baru dalam pemikiran masyarakat, menegakkan dunia baru di muka bumi ini, dan menyusun bangunan baru dari struktur masyarakat, serta menyambung hubungan antara langit dan bumi.

Kelompok kecil yang terpisah dari masyarakat ini ingin memberikan tatanan dan nilai-nilai kemanusiaan yang baru kepada umat manusia, dengan izin Allah. Tak lama kemudian kelompok ini berhasil memancangkan panji-panji Allah di bumi, menyatukan hati manusia pada Tuhan manusia, menumbuhkan perasaan baru dalam hati, meletakkan kitab baru di hadapan umat manusia, dan menciptakan generasi teladan di tengah-tengah manusia, yang berhak mendapatkan sifat dan Allah swt.

“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)

Setelah dengan penghayatan jiwa, saya mengkhayalkan kelompok pertama yang merupakan pilar dakwah Rasulullah saw. di tengah-tengah bukit Shafa ini dan saya dapati bahwa faktor utama yang menjadi landasan tegaknya dakwah tersebut dalam jiwa kelompok ini ada tiga. Seandainya ketiga hal itu berhasil terwujud di dalam diri kita sebagaimana yang telah terwujud dalam diri mereka, niscaya kita akan dibawa melangkah di jalan kemuliaan dan kemenangan, sebagaimana yang telah terjadi pada mereka.

Pertama adalah unsur keimanan yang sempurna.

Keimanan inilah yang membersihkan mereka dari keinginan apa pun selain dakwah. Mereka telah mendengarkan seruan:

“Maka segeralah kembali kepada Allah.” (Adz-Dzariyat: 50)

Mereka menjadikan La ilaha Mallah sebagai slogan, pada saat yang sama mencampakkan slogan selainnya. Orang-orang musyrik berada dalam kesesatan, karena mereka mempertuhan selain Allah. Orang-orang Persia berada dalam kesesatan karena mereka mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Ahli Kitab berada dalam kesesatan karena mereka menjadikan para pendeta dan orang-orang alim mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.

Bumi ini secara keseluruhan berputar di atas poros kesesatan, karena tidak mendapatkan petunjuk dan tidak mengambil cahaya dari Allah. Sedangkan mereka berada di atas kebenaran yang nyata karena mereka telah menghindari penyembahan kepada berhala dan hawa nafsu serta menyerahkan seluruh pengabdian kepada Allah. Mereka tidak beribadah kecuali kepada Allah, tidak patuh kecuali kepada Allah, tidak bergantung kecuali kepada Allah, tidak memohon kecuali kepada Allah, dan tidak merasakan kebahagiaan kecuali karena berdekatan dengan Allah. Mereka tidak merasa menderita kecuali oleh dosa yang menjauhkan dari Allah.

Semua itu merupakan faktor pertama yang menyatukan hati mereka, karena mereka tidak berafiliasi kepada si Fulan atau si Fulan. “Bapakku Islam, tidak ada bapak selainnya bagiku. Ketika orang-orang berbangga dengan Qais dan Tamim Mereka tahu bahwa bumi ini milik Allah yang diwariskan kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan bahwa kesudahan yang baik akan diperoleh orang-orang yang bertaqwa. Segala perbedaan yang biasanya mencabik kelompok-kelompok dan menjauhkan hati seseorang dari yang lainnya, musnah, lantaran mereka telah diwarnai dengan sibghah (celupan) Allah.

“Sibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik sibghah-njz daripada Allah?” (Al-Baqarah: 138)

Kedua, unsur cinta, kesatuan hati, dan keterpautan jiwa.

Faktor apalagi yang bisa menjadikan mereka berselisih? Apakah mereka akan berselisih gara-gara kenikmatan dunia yang fana ataukah karena perbedaan gaji, tugas, dan status, sedangkan mereka mengetahui bahwa,

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (Al-Hujurat: 13)

Jadi tidak ada faktor-faktor yang mengakibatkan mereka terpecah belah. Mereka bersatu dan bersaudara, yang satu tidak menghinakan yang lain, tetapi masing-masing mencintai saudaranya dengan sepenuh kecintaan, kecintaan yang mencapai tingkatan itsar (mengutamakan orang lain).

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Al-Hasyr: 9)

Mereka juga senantiasa menghayati firman Allah:

“Katakanlah, ‘Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (At-Taubah: 24)

Ketiga, adalah unsur pengorbanan.

Mereka telah paham semua ini, sehingga rela memberikan apa saja untuk Allah, sampai-sampai ada di antara mereka yang merasa keberatan mengambil ghanimah yang telah dihalalkan oleh Allah untuk mereka.

“Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kalian ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik.” (Al-Anfal: 69)

Terhadap hal ini pun mereka merasa keberatan dan menghindari. Mereka meninggalkannya karena mengharapkan pahala dari Allah swt. agar amal mereka tidak dikotori oleh ambisi pribadi.

Ketiga unsur ini, yaitu keimanan yang membersihkan diri mereka dari pikiran apa pun selain ma’rifatullah dan ukhuwah yang mengikat hati mereka sehingga seakan-akan menyatu, dan pengorbanan yang mendorong mereka untuk memberikan jiwa dan harta dalam rangka menggapai ridha Allah, yang menyebabkan mereka tampil dalam profil seperti ini.

Faktor-faktor inilah yang telah mengeluarkan sekelompok manusia tersebut dari kehinaan kepada kemuliaan, dari perpecahan kepada persatuan, dan dari kebodohan kepada ilmu. Mereka adalah pemberi petunjuk bagi umat manusia dan calon-calon pengantin di surga.

Perasaan ini, Ikhwan sekalian, meluap di dalam diri saya ketika saya berdiri melihat Anda semua dalam shaf, dan ketika berdiri berceramah di hadapan Anda semua. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan kita sebagai pengganti-pengganti mereka, agar kita memurnikan iman kita kepada Allah, agar Dia menjadikan kita orang-orang yang bercinta karena Allah, bersatu di atas kalimat-Nya, sebagaimana mereka telah bersatu dan memberikan sesuatu untuk menggapai ridha Allah.

Ya Allah, kami menginginkan yang demikian itu; maka jadikanlah kami, ya Allah, demikian.

Salah seorang akh sepekan yang lalu mengusulkan sebuah tema kepada saya. Barangkali dalam kondisi seperti ini, banyak yang mengharapkan saya menyampaikan ceramah dengan tema yang jauh dari apa yang akan saya bicarakan kepada Anda semua sekarang. Tetapi, sebenarnya saya mempunyai anggapan bahwa pembicaraan ini sangat dekat dengan keadaan kita sekarang.

“Sesungguhnya mereka melihatnya jauh, tetapi kita melihatnya dekat.” (Al-Ma’arij: 6-7)

Seorang akh pernah membisikkan ke telinga saya pada akhir kajian yang lalu, “Berbicaralah kepada kami tentang taubat.” Ia lantas pergi meninggalkanku. Tiba-dba ada akh lain berbisik pula, “Ingatkan kami kepada Allah, karena dosa-dosa kami sudah banyak.” Datang orang ketiga yang berbisik, “Insya Allah, pembicaraan kita pada pekan mendatang adalah ‘kita berpikir tentang taubat kita.’” Sedangkan Akh Yahya Afandi Abdul Aziz meminta agar saya melengkapi pembicaraan tentang sejarah para nabi dan agar tema yang dipilih malam ini mengenai Sayidina Ibrahim as., supaya tema serial yang pernah saya sampaikan itu lengkap.

Kemudian saya berpikir, tema apakah yang akan saya bicarakan, kemudian saya dapati diri saya tertarik untuk berbicara tentang tema pertama, “Taubat”.

Ikhwan sekalian…

Sungguh menakjubkan. Sebelum berbicara kepada Anda semua, pembicaraan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri. Ini bukan sekedar masalah pembahasan kitab atau pentransferan ilmu, tetapi masalah hati yang saling terpaut dan bersatu.

Barangkali di antara kita ada yang berhati waspada kemudian berhubungan dengan hati yang lalai dan mempengaruhinya sehingga ikut waspada. Barangkali di antara kita ada seorang yang maqbul, lantas kita menjalin hubungan dengannya sehingga ia limpahkan kepada kita sebagian kabar gembira tentang kedatangan rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Ikhwan sekalian..

Saya telah banyak berbicara mengenai hal-hal yang tampaknya jauh melenceng dari tema pembicaraan kita sekarang, tetapi saya menganggapnya sangat dekat. Demi Allah, andaikata kita semua bisa melaksanakan taubat dengan sebaik-baiknya, niscaya kita akan mempunyai salah satu senjata yang paling tajam. Itulah yang saya katakan bahwa “orang-orang melihatnya jauh, tetapi saya melihatnya dekat”, karena kekuatan ada dua macam: kekuatan khalik dan kekuatan makhluk. Jika kekuatan makhluk tidak kita miliki, maka kita bertumpu kepada kekuatan Al-Khalik. Jika kita tidak mampu membela diri kita sebagaimana yang bisa dilakukan oleh penduduk bumi yang lain, maka hendaklah kita memohon pertolongan kepada Allah, sang Khalik.

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (Al-Hajj: 38)

Jika kita gagal menyempurnakan kekuatan materi, tiada yang harus kita lakukan selain menyempurnakan kekuatan spiritual. Karena itu, Ikhwan sekalian, izinkan saya berbicara kepada Anda mengenai taubat. Semoga dalam pertemuan ini kita bisa menghadapkan hati dan bertaqarub kepada Allah dengan sebaik-baiknya, sehingga rahmat dan ketenangan dari Allah akan turun kepada kita.

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung- kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kalian tiada menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumahrumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.”(AI-Hasyr: 2)

“Jika kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (At-Taubah: 40)

Perhatikan, wahai Akhi, firman Allah swt. ketika menceritakan kisah Nabi-Nya saw.

“Di waktu dia berkata kepada temannya, Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’”

Ketika pertolongan dari Allah datang, maka tidak ada satu kekuatan pun bisa mengalahkannya. Kemudian Allah memberikan kasih sayang dan rahmat-Nya. Betapa perlunya kita bertaubat, dengan taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya), semoga Allah meliputi kita dengan perhatian dan rahmat-Nya.

Ikhwan sekalian, jika kita berbicara tentang taubat, maka seakan-akan kita berbicara tentang sesuatu yang menjadi tujuan kita. Manusia itu dipengaruhi oleh dua kekuatan: kekuatan ruhani dan kekuatan materi.

Anda, wahai Akhi, adalah makhluk spiritual dengan ruh yang Anda miliki, tetapi juga makhluk materi dengan badan yang membungkus Anda. Karena itu, Anda bisa dipengaruhi oleh kebaikan berkat komponen spiritual Anda, sekaligus bisa dipengaruhi oleh keburukan lantaran komponen material Anda. Anda makhluk spiritual dengan rahasia firman Allah,

“Dan telah Kutiupkan padanya ruh-Ku.” (Shad: 72)

Pada saat yang sama Anda juga makhluk materi dengan rahasia firman Allah,

“Dan Engkau ciptakan dia dari tanah.” (Al-A’raf: 12)

Ini adalah penciptaan Anda pertama kali. Masing-masing dari keduanya mempunyai tuntutan, keinginan, permulaan, dan akhir yang berbeda dari yang lain, sedangkan Anda maju mundur di antara keduanya. Sekarang Anda pahami firman Allah berikut:

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Al-Balad: 10)

Anda berada di pertengahan. Ruh menarik Anda ke alamnya yang tinggi, sedangkan materi menarik Anda ke alamnya (tanah) yang rendah.

Allah swt. telah mengutus seorang rasul untuk menjelaskan kepada Anda apa yang baik dan yang buruk bagi Anda. Allah juga menciptakan musuh yang senantiasa siaga, yaitu iblis, yang telah bersumpah untuk menjerumuskan Anda kepada keburukan.

“Kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’raf: 17)

Jadi, wahai Akhi, Anda dihadapkan kepada dua kekuatan ini. Jika kekuatan spiritual menang, Anda naik ke alam Al-Malaul A ‘la, tetapi jika kekuatan materi —yang berunsur tanah— menang, Anda jatuh hingga ke martabat yang serendah-rendahnya.

“Maka sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Sjams: 9,10)

Wahai Akhi, taubat adalah timbangan yang menguatkan dan tangga untuk meningkatkan kebaikan. Orang-orang bijak pernah mengatakan, “Seluruh maqam mempunyai awal dan akhir, kecuali taubat. Ia senantiasa menyertai seseorang sejak dari awal hingga akhirnya. Jika Anda terseret oleh kekuatan jahat, boleh jadi Anda mendapatkan ilham untuk bertaubat sehingga kembali sebagaimana keadaan sebelumnya, atau Anda terdorong untuk terus melakukan kemaksiatan dan tetap pada kejahatannya, sehingga Anda kalah dalam pertarungan.”

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).” (Al-A’raf: 176)

Adapun orang yang terjerumus, jatuh, dan cenderung kepada daun timbangan kejahatan, sedangkan tali yang menghubungkannya dengan kebaikan hampir terputus, akan tetapi ia menyadari kesalahan dan bertaubat, segera berdiri dengan penuh rasa takut, tunduk, taubat dan penyesalan, maka ia akan pulih kembali kepada posisinya semula, bahkan daya tahannya semakin kuat, sehingga dirinya semakin dekat kepada kebaikan.Itu telah diisyaratkan oleh firman Allah:

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali Imran: 135-136)

Jika seseorang tekun bertaubat, terus-menerus mengingat dan melaksanakannya, maka sebagai hasilnya akan tumbuh dalam dirinya daya kewaspadaan. Jika setan datang membisiki dan menggoda untuk mengikutinya, ia segera sadar, tetap pada pendiriannya, dan takut kepada perintah Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raf: 201)

Jika ia terus memegang teguh taubat, maka setan akan putus harapan terhadapnya, karena tahu bahwa ia telah melindungi diri dengan kewaspadaan; diri, perasaan, dan ruhnya telah disinari oleh hakikat pengetahuan yang benar, selain juga ketaatan. Ketika itulah ia berada dalam lindungan Allah.

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagi kalian terhadap mereka.” (Al-Hijr. 42)

Wahai Akhi, ini semua tidak terjadi karena ia senantiasa membawa semangat bertaubat. Karena itulah, wahyu berikut diturunkan:

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (An-Nashr: 1-3)

Ketika shalat, dalam ruku’ dan sujud beliau membaca:

“Mahasuci Allah, dan dengan memuji-Mu maka ampunilah aku.”

Wahai Akhi, Anda mendapati anjuran untuk bertaubat. Cukuplah bila Anda mengetahui bahwa ia merupakan sebab yang mendatangkan kecintaan Allah.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah: 222)

Di antara sentuhan makna halus yang terkandung dalam taubat, Ikhwan yang mulia, adalah bahwa ketika bertaubat, Anda memuji Allah.

Taubat adalah karunia Allah kepada Anda, bukan karunia Anda kepada Allah. Tetapi Allah swt. adalah Dzat yang telah memberikan taufiq dan ilham kepada Anda untuk melaksanakan taubat, sebagaimana Dia telah mengilhamkan hal itu kepada moyang Anda:

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 37)

Semula Adam tidak mengetahui bagaimana cara bertaubat, lantas Allah mengajarinya. Itulah teladan yang dibuat oleh Allah untuk Anda.

“Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya.” (Thaha: 1 2 2 )

Jika Allah tidak menghendaki Anda bertaubat, niscaya Dia tidak memberikan ilham kepada Anda untuk bertaubat.

Jika Anda kembali kepada Allah dengan bertaubat, maka itu merupakan petunjuk bahwa Dia mencintai Anda.

“Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.” (At-Taubah: 1 1 8 )

Dalam doa sayyidul istighfar, Rasulullah saw. berdoa:

‘Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan diriku, sedangkan aku adalah hamba-Mu dan aku berada di atas perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada- Mu dari kejahatan perbuatanku. Aku mengakui nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku dan mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Nabi saw. pernah bersabda:

“Barangsiapa mengucapkannya pada sore hari dengan penuh keyakinan, kemudian pada malam harinya meninggal dunia, niscaya ia masuk surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada pagi hari dengan penuh keyakinan, kemudian pada siang itu ia meninggal dunia, maka ia masuk surga.”

Pertama kali yang Anda katakan kepada Tuhan Anda dalam istighfar ini adalah, ‘Ya Allah, Engkaulah Tuhanku.” Anda bertawasul kepada Allah dengan pendidikan-Nya terhadap Anda, perjanjian-Nya terhadap Anda, kemudian dengan keesaan-Nya dalam tauhid.

Setelah itu Anda menyatakan bahwa segala nikmat berasal dari-Nya. Lantas Anda mengatakan, “Engkau telah menciptaku,” berarti Anda mengakui sifat kehambaan bagi diri Anda: “Sedangkan aku adalah hamba-Mu,” berarti Anda mengakui perjanjian antara Anda dengan-Nya; “Dan aku berada di atas perjanjian-Mu,” yakni mengakui janji yang dijanjikan-Nya, ketika Ia mengambil perjanjian darimu: “dan janji-Mu, sebatas kemampuanku. “Kemudian mengakui nikmat yang diberikannya kepada Anda, “Aku mengakui nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku,” karena sesungguhnya Allah swt. adalah sumber segala nikmat dan yang memberikan taubat. Kemudian Anda mengakui dosa, “Dan aku mengakui dosadosaku”.

Ternyata Anda adalah seorang pelaku dosa yang suka memohon ampunan, “Maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” Seraya mengatakan, “Ya Allah, tidak ada alasan yang bisa aku kemukakan, tidak ada kekuatan yang bisa kumintai pertolongan; jika Engkau mengampuni, itu merupakan kemurahan, dan jika Engkau menyiksa, itu pun merupakan keadilan.”

Ikhwan sekalian…

Apakah Anda semua ingin agar kita bisa berhubungan dengan Allah, sehingga kita memperbarui taubat?

“Mudah-mudahan Tuhan kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8)

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.


Sumber : www.al-ikhwan.net

Baca Selengkapnya...

Monday, October 19, 2009

Membangun Negara Islam

Studi Politik Menuju Tegaknya Negara Islam dan Sebab-sebab Keruntuhannya dalam Perspektif Politik Imam Hasan Al-Banna

Imam Hasan Al-Banna -semoga Allah merahmati Beliau- semenjak awal telah berupaya memberikan pencerahan wawasan politik pada banyak kalangan dan mencurahkan perhatian khusus terhadap para kader dakwah di sela-sela ceramah-ceramah, untaian-untaian nasehat serta tulisan-tulisannya.

Di antara isyarat ketajaman insting politik Beliau ialah upaya memberikan pencerahan wawasan politik. Ini terefleksi secara gamblang ketika Beliau memproklamirkan keinginan mendirikan sebuah negara yang mirip dengan negara bentukan Rasulullah pada fase dakwah Rasulullah.

Imam Hasan Al-Banna mengambil intisari ajaran Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah dalam menyimpulkan kaidah-kaidah umum yang menjadi sandaran negara Islam tersebut. Beliau menyebutkan sekitar sebelas kaidah umum di antaranya adalah:

- Memproklamirkan spirit persaudaraan umat manusia,
- Menjamin keberlangsungan masyarakat dengan menghormati hak hidup, kepemilikan, hak memperoleh pekerjaan, kesehatan, kebebasan, pendidikan dan keamanan bagi setiap individu.
- Membuka lapangan pekerjaan.
- Mengontrol dua nsting dasar manusia yakni, insting menjaga diri dan keturunan dan mengatur kebutuhan kemaluan dan mulut (makan dan minum).
- Mengokohkan persatuan dan kesatuan, memerangi semua bentuk pertikaian dan faktor-faktor yang berpotensi akan menimbulkan persengketaan dan perselisihan.
- Menjadikan negara sebagai agen, media dan wadah yang merefleksikan ideologi yang dianut, negara yang menjaga keberlangsungan perjalanan dakwah, bertanggung jawab penuh dalam perealisasian misi dan target yang ingin dicapai.

Selanjutnya Beliau menjelaskan implementasi dari kaidah-kaidah umum tersebut dalam pemerintahan Islam, khususnya pemerintahan Islam pada era kepemimpinan Rasulullah, lalu pada fase kepemimpinan para Khulafaurrasyidin. Beliau juga mengkaji metode negara Islam pada zaman tersebut hingga mampu menghapus doktrin-doktrin paganisme yang berkembang pesat di negara-negara Arab dan Persia, serta mengusir kabilah-kabilah Yahudi yang berusaha menandingi ajaran Islam dan berupaya menggalang kerjasama dengan kaum paganis serta mengadakan gerakan bawah tanah yang berjuang untuk menumbangkan pemerintahan Islam.

Di samping itu, negara Islam juga berhasil mengusir sekte-sekte Kristen yang masih bergelimang dengan praktek-praktek kesyirikan serta masih menganut dogma trinitas, sehingga akhirnya sekte-sekte tersebut keluar dari tanah Arab dan mendapatkan hawa kebebasan di negeri asalnya yaitu di kota Kostantinopel. Namun, kondisi tersebut tidak bertahan lama, hingga akhirnya umat Islam berhasil menaklukkan kota Konstantinopel dan menyulapnya menjadi negeri Islam, bahkan pasukan Islam sampai ke jantung Eropa seperti yang diceritakan Andalusia (Spanyol sekarang).

Dalam beberapa abad pemerintahan Islam mampu bertahan menjadi pemerintah terkuat di dunia Internasional dan kekuasaannya menyebar ke berbagai wilayah seantero dunia. Namun pada abad ke 7H, bangsa Tar-tar mengadakan invasi besar-besaran terhadap pusat pemerintahan Islam di Baghdad. Serangan ini mengakibatkan Baghdad runtuh dan jatuh ke tangan bangsa Tar-tar tersebut. Dalam peristiwa ini, di Baghdad saja tercatat sekitar 2 juta korban dari kalangan umat Islam berjatuhan se¬bagaimana dituliskan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah jilid XIII hal 202. Dan pada abad XX, tentara salibis berhasil meruntuhkan dinasti Utsmaniyyah dan Khilafah Islamiyyah secara umum.

Imam Hasan Al-Banna telah melakukan pengkajian dan analisa mendalam mengenai faktor-faktor penyebab keruntuhan Daulat Utsmaniyyah tersebut. Dari hasil analisa Beliau tergambar pemahaman dan insting politik yang lahir dari keluasan wawasan keislaman dan pemahaman fiqih politik Islam yang mendasar, diiringi pula oleh pengetahuan mengenai rentetan peristiwa sejarah serta pemahaman karakteristik dan watak-watak dasar beragam suku bangsa. Karena sesuatu yang tak bisa dipungkiri, bila masing-masing bangsa memiliki karakteristik yang tidak dimiliki bangsa lain, seperti bangsa Turki yang terkenal dengan keahlian mereka dalam strategi peperangan, sehingga mereka kurang tertarik mendalami ilmu-ilmu seperti ilmu syariah, hukum dan perundang-undangan Islam.

Faktor-faktor Utama Penyebab Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah dalam Pandangan Imam Hasan Al-Banna adalah sebagai berikut:

a. Pertikaian Politik, Rasis dan Perebutan Kekuasaan.

Pertikaian politik dan perebutan kekuasaan tentu saja akan meluluh lantahkan, memecah belah dan melemahkan persatuan serta kesatuan umat Islam. Al-Qur`an telah memberikan warning terhadap masalah tersebut. Firman Allah dalam Qur’an surah Al-Anfal 46:

(وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ) [الأنفال: 46]
Artinya: janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.

Ketika para pejabat pemerintahan Islam telah dikuasai oleh perasaan gila kekuasaan dan jabatan, sehingga mengakibatkan perseteruan antara sesama kubu Islam demi merebut puncak kekuasan tertinggi. Kondisi ini meninggalkan dampak negatif terhadap masyarakat yang akhirnya ikut terpecah. Akibatnya kekuatan umat melemah dan musuh dengan mudah dapat menyerang sewaktu-waktu.

Maraknya pertikaian dalam keberagamaan, perbedaan partai maupun ideologi serta pendistorsian implikasi Islam sebagai aqidah dan amal hingga berubah menjadi label-label hampa tak bermakna, pengabaian ajaran Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WA SALLAM, kejumudan (statis) serta fanatisme terhadap pandangan dan pendapat tertentu.

Kesemua itu merupakan wa¬bah penyakit berbahaya yang sangat diwan¬ti-wanti oleh Islam agar senantiasa dijauhi oleh kaum Muslimin. Karena Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WASALLAM telah menginformasikan jaminan keberadaan umat Islam dalam petunjuk kebenaran selama mereka masih berpegang teguh dan konsekuen terhadap ajaran Al-Qur`an dan Sunnah Rasullulah. Rasul bersabda:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدِيْ أَبَدًا، كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ.
Artinya: telah kutinggalkan bagi kalian dua perkara -jika kalian berpengang teguh de¬ngan keduanya- niscaya sepeninggalku kalian tidak akan sesat selamanya, dua perkara tersebut adalah kitabullah dan sunnah Rasulullah.

Menurut hemat penulis, fanatisme umat terhadap mazhab dan aliran pemikiran tertentu terbukti telah menjadikan umat terpecah ke dalam beberapa kelompok, pada hakikatnya perbedaan tersebut malah akan menjadi bumerang terhadap umat Islam sendiri dan tak berpengaruh terhadap musuh Islam, malah akan memudahkan musuh Islam menyerang kita. Fanatisme mazhab di akhir-akhir dinasti Utsmaniyyah sampai pada taraf kebencian antara satu mazhab dengan mazhab lain, kebencian tersebut berbuah permusuhan dan pertikaian. Sehingga kala itu, kerap ditemukan seorang bermazhab Hanafy tidak mau menjadi makmum shalat yang diimami oleh seorang Imam bermazhab Syafiiy, begitupula seorang Hanbaly tidak terima keimaman seorang Syafiiy. La haula wa laa quwwata Illa billah.

b. Larut dalam kemewahan dunia dan syahwat

Wabah penyakit ini tidak hanya melanda kalangan rakyat biasa, tapi termasuk para pejabat pemerintahan selama beberapa kurun waktu menjelang keruntuhan Dinasti Utsmaniyyah, kemudian kondisi semakin parah dan bertambah genting hingga akhirnya kepe¬mimpinan para pemangku kekuasaan dalam pemerintahan semakin melemah dan tak sanggup memperbaiki kondisi negara, agama dan perpolitikan.

Allah Ta’ala telah memberikan “lampu kuning” terkait penyakit yang satu ini dalam firman-Nya QS. Al-Isra 16:

(وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيْراً) [الإسراء: 16]
Artinya: Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

c. Transformasi Kekuasaan terhadap Non-Arab

Seorang yang gemar membaca dan mengamati sejarah Islam akan mengerti bahwa dalam beberapa periode pemerintahan Islam, tampuk kekuasaan sempat dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya dan tidak pantas menduduki jabatan tersebut, dikarenakan keawaman mereka terhadap agama dan hukumnya.

d. Pengabaian Sains dan Teknologi serta Tenggelam dalam Teori-teori Filsafat

Sebuah negara yang kuat adalah negara yang menerapkan hukum syariat serta pengembangan sains dan teknologi yang akan menopang kemajuan dan peradabannya dari hasil pemanfaatan temuan-temuan baru dalam teknologi itu. Kala itu, umat Islam malah tertipu dan larut dalam perasaan kemapanan dan kekuatan mereka, sehingga terkesan mengabaikan dan meremehkan kekuatan musuh, tanpa pernah merasa peduli guna melakukan upaya-upaya penelitian untuk menjajaki peta kekuatan musuh dari segi materi, teknologi, maupun konspirasi-konspirasi terselubung demi memerangi Islam dan kaum Muslimin. Aki¬batnya, umat Islam tidak mempersiapkan kekuatan militer yang cukup mengantisipasi serangan musuh-musuh Islam dan memaksa mereka bertekuk lutut. Yang terjadi malah sebaliknya, umat kalah total di hadapan para aggressor tersebut.

Hal ini juga didorong oleh bujuk raru dan pererasaan terpana dengan gaya hidup mereka yang hanya memuaskan syahwat. Padahal Islam telah melarang secara jelas perilaku meniru-niru orang-orang kafir. Sebagaimana Firman Allah dalam Qur’an surah Ali-Imran 149:

(يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تُطِيْعُوا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَرُدُّوْكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خَاسِرِيْنَ) [آل عمران: 149]
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.

Akibat dari keterpanaan tersebut, orang-orang kafir dengan mudah menguasai negara-negara Islam, bahkan kaum penjajah seperti, Inggris, Perancis, Italy, Belanda, Belgia dan Negara Komunis (Uni Soviet) dengan mudah berhasil mengelompokkan negara-negara Islam -menjadi Negara-negara kecil dan lemah-. Mereka berupaya menjauhkan Islam dari pemerintahan dan menebar propaganda atheisme dan liberalisme di segenap negara Islam serta menebarkan fitnah dan desas-desus dalam pemahaman Islam.

Kemudian Imam Hasan Al-Banna berpendapat bahwa kondisi sulit yang menimpa banyak negara Islam, selayaknya memacu umat Islam berpikir ekstra supaya bisa keluar dari permasalahan-permasalahan yang membelit. Imam Hasan Al-Banna dan beberapa orang kawan karibnya kala itu, termasuk dalam barisan garda terdepan di antara umat Islam yang berpikir mencari solusi dari permasalahan pelik yang melanda. Dalam siatuasi kolonialisme yang melanda banyak negara Islam, Beliau dan beberapa rekannya berjuang mendirikan sebuah jamaah Ikhwanul Muslimin yang berperan membangunkan umat Islam dari tidur panjang, memberikan pencerahan serta membebaskan mereka dari mental-mental terjajah dan terhina.

Untuk mewujudkan misi itu, Ikhwanul Muslimin memasang beberapa target yang bersifat umum dan khusus. Target umum berupa pembebasan dunia Islam dari segala bentuk kekuatan, pengaruh dan otoritas asing serta berupaya mendirikan sebuah negara Islam. Sementara target-target khusus ialah reformasi pendidikan, memerangi kemiskinan dan kebodohan, menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan tindak pidana serta menata sebuah masyarakat percontohan yang pantas dinisbatkan pada Islam.

Imam Hasan Al-Banna berusaha memerangi kebodohan dan keterbelakangan dengan memajukan dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lain, Beliau berupaya menanggulangi kemiskinan dengan membuka peluang kerja lewat pendirian perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik. Beliau juga berjuang menanggulangi masalah-masalah kesehatan dengan membangun klinik-klinik pengobatan. Dalam mewujudkan cita-cita mulia tersebut, Beliau menyarankan tiga hal berikut: iman yang kokoh, organisasi yang solid, serta kerja yang berkesinambungan.

Target umum dan khusus dari Ikhwanul Muslimin di atas terbukti memancing kemarahan para penjajah dan kaum kolonialis. Mereka tak menemukan alternatif lain kecuali harus menabuh genderang perang terhadap dakwah dan para kadernya serta menebar rintangan-rintangan dakwah yang diharapkan dapat menghalangi para kader dakwah dalam merealisasikan target umum dan khusus tersebut. Namun Imam Hasan Al-Banna telah lebih dahulu mengisyaratkan rintangan-rintangan yang bakal menghalangi para kader dalam jalan dakwah yanag mereka tempuh. Beliau te¬lah menggambarkan resiko-resiko yang harus dilalui dengan sabar dan tetap komitmen da¬lam medan perjuangan menghadapi tantangan para kaum kolonialis tersebut.

Beliau mengakhiri ceramahnya dengan untaian nasehat yang mengandung pelajaran-pelajaran berharga dalam dunia pergerakan, perpolitikan dan dakwah. Beliau kembali merunut kewajiban-kewajiban yang mesti dipenuhi oleh para kader Ikhwanul Muslimin demi perwujudan cita-cita mulia, sembari menyemangati mereka bahwa kemenangan umat Islam pasti akan datang. Beliau mengungkapkan: “Ingatlah kemenangan yang telah dijanjikan Allah, karena waktu itu pasti akan datang dan tak diragukan lagi”. Lalu Beliau mengutip firman Allah dalam Qur’an surah Ar-Ruum 5:

(وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُوْنَ بِنَصْرِ اللهِ يَنْصُرُ مَنْ يَّشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ) [الروم: 4-5].
Artinya: dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. dan dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
Baca Selengkapnya...

Template by - Abu Syamil